Karaoke dulu yuk sebelum baca 😍
Chika masih bergelung dengan nota analisa saat azan Isya berkumandang. Itu artinya hari ini bisa dipastikan dia akan kembali menggunakan waktu lemburnya untuk menyelesaikan pekerjaan yang ada di depan mata. Ternyata menjadi seorang team leader tidak lantas mengurangi beban pekerjaannya di kantor karena dia telah memiliki anak buah. Jabatan ini justru membuatnya semakin aktif untuk bergerak dan lebih banyak membantu anak buahnya untuk melakukan beberapa analisa kredit termasuk dengan penilaian kelayakan bisnis mereka untuk menerima fasilitas kredit dari bank.
"Lembur lagi Chik?" Sandrina menyapanya saat dia bersiap untuk pulang.
"Sepertinya iya, nota analisa kreditku ditunggu bos besar. Malam ini harus sudah terkirim ke regional."
"Busyet deh, ibu TL kita yang baru ini, semangat sekali kerjanya. Pantas saja ya manajemen menganugerahi kamu sebagai pegawai teladan tahun ini. Bagaimana tidak, kerja sampai sebegitunya. Padahal target tahunan sudah hijau. Apalagi yang ingin kamu capai Chik? Nggak takut tahun depan dapat limpahan target lebih besar dari sekarang?" Sandrina tersenyum tipis.
Teman Chika satu angkatan ODP ini memang berbeda devisi. Sandrina menjabat sebagai Customer Service Officer yang bertanggung jawab atas perolehan funding sementara Chika bertanggung jawab untuk perolehan lendingnya. Kolaborasi keduanya cukup dinamis, referral marketing sangat membantu mereka dalam meningkatkan performa cabang. Itu sebabnya keduanya cukup dekat bahkan untuk saling mengolok pun.
"Bang Andra sudah jemput ya? Buru-buru banget pulangnya Na," tanya Chika dengan mengalihkan pandangannya kepada Sandrina sesaat.
"Iya, sudah di depan. Papa dan mamanya baru saja datang dari luar kota, sepertinya aku harus ke rumah mereka malam ini."
"Cie, cie. Iya, iya, yang sudah punya calon mertua." Chika tertawa mengolok sahabatnya.
"Makanya, jangan jomlo aja yang dipelihara. Biar pulang kantor ada yang jemput," ledek Sandrina.
"Alah, sok iyes loh!" Chika mengibaskan tangan pertanda mengusir Sandrina untuk segera meninggalkannya.
"Lagian, kamu ini hampir tiap hari bolak-balik ke MSH, masa iya tidak ada dokter yang masih single yang bisa diajak kencan." Sandrina buru-buru meninggalkan Chika sebelum dia mendapat hadiah lemparan bolpoin yang sudah siap melayang dari tangan Chika. "Aku duluan Chik, salam ya, buat Dokter Raka kalau ke MSH besok."
Masih dengan tawa membahana yang terdengar sangat renyah. Bukan untuk menitipkan salam seperti ucapannya, Sandrina sengaja melakukan itu untuk mengolok Chika terkait dengan beberapa kali pertemuan mereka terkait dengan pemberian kredit multiguna yang diajukan oleh Othman Raka.
"Sebenarnya ada yang ingin saya tanyakan tadi Mbak terkait dengan pinjaman. Hanya saja malu kalau harus di depan umum. Maaf mengganggu sedikit jadwal Mbak Chika."
"Oh, tidak masalah, Dok. Dengan senang hati. Kira-kira apa yang bisa saya bantu?" tanya Chika dengan sopan.
"Sebenarnya saya berencana membeli sebuah ruko yang akan saya peruntukkan sebagai tempat praktik pribadi. Selama ini hanya ngontrak dan terus terang tempatnya kecil, kurang nyaman apabila pasien sedang membludak. Masalahnya budget saya kurang, tidak banyak, hanya saja kalau menunggu bisa jadi tahun depan baru bisa terealisasi. Sementara pihak pengembang tidak mungkin bersedia menunggunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Words [Completed]
Fiksi UmumMenikah dengan dokter bagi seorang yang memiliki konsep hidup ala kadarnya seperti Chika Davinia adalah cita-cita. Meski dikata telah sukses dalam pekerjaan, nyatanya Chika hampir tidak bisa membagi waktu bekerja dan me time untuk dirinya sendiri. S...