Prolog: Rahasia Hati Raka

1K 107 3
                                    

"Raka, pernahkah kamu merasakan, kerinduan yang begitu menusuk hatimu? Sebanyak apapun kamu menyibukkan diri, kamu akan selalu teringat orang yang kamu rindukan. Sekuat apapun usahamu untuk membencinya, kamu malah semakin merindukannya. Bahkan meski kamu dikelilingi oleh banyak orang yang menyayangimu, tapi tetap saja ada sebuah ruang hampa di hatimu, yang hanya bisa terisi oleh kehadiran orang yang kau rindukan itu."

Raka tercenung mendengarnya. Ucapan Raina membuatnya mengingat sesuatu, sebuah ruang kosong di hatinya yang selama lima tahun terakhir terasa begitu hampa.

"Itulah yang kurasakan selama ini, Ka." Raina melanjutkan. "Aku nggak bisa melupakan Mas Rama. Dia selalu ada di hati dan pikiranku. Sejauh apapun aku pergi, sebanyak apapun alasanku untuk membencinya, tapi hatiku terus merindukannya. Dan aku nggak mau terus terusan tersiksa karena kerinduan yang tak bisa kuhapuskan."

Raka mendesah, merasa kalah. Baik ibu mereka ataupun Raina, hanya mencintai satu orang pria. Usaha apapun yang dilakukan Raka untuk memisahkan mereka dengan orang yang dicintai, walau itu untuk kebaikan mereka sendiri, pasti akan berujung sia-sia.

"Baiklah. Kali ini saja. Ini satu-satunya kesempatan yang akan kuberikan pada Rama. Sekali lagi dia membuatmu menangis, aku nggak akan pernah membiarkan dia mendekatimu lagi. Tak peduli apapun yang kamu katakan. Mengerti?"

Senyum di wajah Raina merekah, iapun langsung memeluk Raka dengan erat sambil mengucapkan terimakasih.

"Kamu kakak terbaik sedunia!" Kata Raina.

Raka terdiam. Pada akhirnya, dia akan melakukan apapun demi melihat adiknya tersenyum bahagia. Meski ia tahu bahwa keputusan ini akan ia sesali, namun ia tak bisa berbuat apapun. Jika alasan Raina bisa tersenyum bahagia adalah Rama, maka mau tak mau Raka harus menerima kehadirannya. Karena kebahagiaan adik dan ibunya, merupakan hal terpenting dalam hidup Raka.

Dengan senyum tersungging di bibir, Raina berlari kembali masuk ke dalam villa untuk menemui Rama.

Raka menarik napas panjang, lalu ia hembuskan. Kata-kata Raina membuatnya teringat kembali, pada seseorang yang begitu ia rindukan.

Ia raba dadanya perlahan, rasa sakit di dalam sana masih bertahan. Entah sampai kapan. Mungkin selamanya, luka itu takkan tersembuhkan.

Bagaimana bisa kau melupakan seseorang
Yang kau cintai begitu dalam
Hingga segala milikmu rela kau serahkan

Raka mendesah perlahan.

Ia berjalan kembali masuk ke rumah, namun langkahnya terhenti ketika melihat Rama dan Raina berpelukan.

Meski tak suka, dan enggan mengakuinya, Raka tahu persis, bahwa ia takkan bisa memisahkan Rama dari Raina sekarang.
Karena Rama adalah pria yang Raina butuhkan, untuk membuat adiknya itu kembali merasakan kebahagiaan.

Raka berharap, keputusannya membiarkan Rama kembali dalam hidup Raina tidak ia sesali.

Raka terpaku memandang Rama yang sedang menatap Raina, mulut memang bisa dengan mudah berbohong. Karena itu dia takkan percaya dengan apapun yg dikatakan Rama.
Namun mata takkan bisa berdusta.
Dan mata Rama yang saat ini sedang menatap Raina, bagaikan orang yang baru saja menemukan mata air setelah berjalan berhari hari di tengah gurun pasir.
Saat itulah Raka sadar, Rama tidak saja mencintai Raina, namun juga tergila gila pada adiknya.

Dulu, Raka juga pernah seperti itu. Menatap orang yang ia cintai dengan sorot mata penuh damba dan kekaguman. Sayangnya, perasaan itu hanya sepihak ada pada Raka, karena orang itu pergi meninggalkan Raka dengan luka menganga, tanpa berpamitan, ataupun memberi kabar. Hingga sampai sekarang, Raka menjadi enggan untuk berhubungan dan memfokuskan diri pada kebahagiaan orangtua dan adiknya.

Raka sudah menyerah untuk menemukan kebahagiaan sendiri. Dan hanya punya tujuan hidup untuk membahagiakan orang-orang di sekitarnya.

To be continued
Published on 20th March 2022 17:35 pm. 550words

Risalah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang