Happy reading..!
Sasuke menyalakan api sambil menunggu Hinata sadar dari pingsan nya. Dia melirik gadis yang masih terbaring dengan napas teratur itu. Jujur saja, dia merasa heran. Hanya dibekap sebentar, tapi gadis ini langsung pingsan. "Apa dia memang selemah ini?" pikir Sasuke. Matanya menatap api yang berkobar kecil, pikirannya masih berusaha memahami kenapa dia malah membawanya ke Goa kecil ini.
Seharusnya dia membiarkan Hinata kembali ke desa. Apalagi, Neji sudah ada di sana, datang mencarinya. Tapi entah kenapa, detik itu juga, dia justru menarik Hinata dan membawanya pergi. Dia telah memperumit keadaan. Sekarang, keluarga Hyuuga dan ninja Konoha pasti sudah sibuk mencarinya.
Terdengar lirih, suara Hinata bergumam sambil mengerjapkan matanya, mengerutkan dahi saat mencoba menyesuaikan pandangannya. "Aku di mana?" gumamnya. Pandangannya menangkap siluet seseorang, dan begitu matanya terfokus, dia langsung sadar. "Sasuke?... Ah iya, dia menculikku," pikirnya sambil menelan ludah.
Jantungnya berdegup kencang. "Apa dia akan membunuhku di sini? Kenapa jalan ceritanya jadi berbeda seperti ini?" Hinata bertanya dalam hati. Bahkan setelah terdampar di dunia asing ini, nasib sialnya tetap tidak berubah. Ia tidak tahu apakah bisa kembali atau tidak, dan sekarang malah terjebak dalam skenario yang lebih buruk.
"U-Uchiha-san... m-maaf, aku tidak berniat mengganggumu, t-tapi kenapa kau membawaku ke sini? A-apa kau berniat membunuhku?" Hinata mendengar suaranya sendiri bergetar. Dia merutuki dirinya yang masih terbata-bata. Tapi bagaimana bisa dia tidak gemetar? Sasuke sangat dingin dan mengintimidasi. Dia bahkan tidak habis pikir bagaimana Sakura bisa jatuh cinta pada pria seperti ini.
Sasuke menatapnya dengan ekspresi datar, lalu mendengus pelan. "Kau baru sadar tapi sudah sangat berisik. Aku tidak tahu kau sekarang sangat berani dan lancang, Hyuuga. Kupikir kau masih sama seperti dulu, bocah aneh dan tidak tahu malu," ujarnya dengan nada sinis. "Aku tidak akan membunuhmu. Sebenarnya bagiku, tidak ada bedanya kau mati atau tidak. Tapi akan sangat merepotkan jika Hyuuga memburuku dan merusak semua rencanaku. Kau bisa pergi dari sini sekarang."
Hinata membeku sejenak. Tidak tahu malu? Dasar Uchiha sialan! Tapi tunggu, tadi dia bilang apa? Aku dibebaskan? Begitu saja? Apa ini jebakan? Jangan-jangan dia akan menikamku dari belakang? Hinata melirik Sasuke yang masih duduk di tempatnya, tatapannya tetap dingin.
Tapi... ah, tidak peduli! Dia sudah menyuruhku pergi. Aku harus kabur sebelum pria aneh itu berubah pikiran! Hinata buru-buru berdiri, melangkah cepat ke arah mulut gua. Sebelum benar-benar pergi, dia melirik Sasuke untuk terakhir kalinya. Lelaki itu masih tak bergerak, bahkan tidak menatapnya. Oke, ini kesempatan!
Hinata berlari ke dalam hutan, menembus pepohonan lebat tanpa melihat ke belakang.
"Bagaimana, Naruto? Kau bisa melacaknya?" tanya Neji.
"Belum. Mungkin dia jauh dari lokasi kita sekarang. Kita harus memperluas pencarian," ujar Naruto serius.
Saat ini, tim pencari terdiri dari Neji, Naruto, Shino, dan Kiba. Keahlian Kiba dan Shino dalam melacak aroma tubuh Hinata sangat membantu, sementara Neji menggunakan byakugan-nya untuk menyisir area lebih luas. Naruto, meskipun belum sepenuhnya pulih, tetap memaksa ikut.
Flashback.
Neji kembali ke desa dan langsung melapor ke Hiashi tentang hilangnya Hinata. Setelah itu, ia segera menghadap Kakashi, Hokage sementara, untuk meminta instruksi.
"Tim pencari akan dipimpin oleh Neji, dengan Kiba dan Shino. Kalian yang paling cocok untuk tugas ini," perintah Kakashi.
Namun, Naruto yang mendengar hal itu langsung protes. "Aku ikut!"
"Kau tidak bisa, Naruto. Tubuhmu belum sepenuhnya pulih," ujar Sakura khawatir.
"Aku sudah baik-baik saja, Sakura-chan. Aku tidak bisa tinggal diam. Hinata dalam bahaya!"
"Tapi sudah ada tim 8 dan Neji!"
"Aku tidak bisa tenang, Sakura-chan. Hinata tanpa ragu menyelamatkanku waktu itu. Aku tidak bisa membiarkan ini. Sensei, izinkan aku ikut!" Naruto menatap Kakashi penuh tekad.
Kakashi terdiam sesaat, lalu menghela napas. "Baiklah. Aku percayakan misi ini kepadamu. Temukan Hinata dan pastikan kalian semua kembali dengan selamat."
"Terima kasih, Sensei!" Naruto tersenyum lebar, sementara Sakura hanya bisa menghela napas panjang.
Namun, sudah lebih dari setengah hari berlalu dan mereka masih belum menemukan Hinata.
"Hinata, kau di mana?" gumam Naruto, ekspresinya penuh kecemasan. Dia teringat momen ketika Hinata nyaris mati demi menyelamatkannya. Hinata harus selamat. Naruto tidak bisa membayangkan jika Hinata menghilang selamanya.
"Disana! Aku mencium bau Hinata dari arah sana!" Kiba tiba-tiba berteriak.
Naruto memfokuskan sage mode-nya dan merasakan chakra Hinata tidak jauh dari sana. Ia segera melesat menuju pohon besar tempat Hinata berada.
Hinata bersandar di batang pohon, napasnya tersengal. Kakinya lemas, tubuhnya lelah. Dia berlari tanpa arah, hanya ingin menjauh dari Sasuke. Sekarang, dia bahkan tidak tahu ada di mana.
"Aku tidak mau mati sia-sia di sini..." gumamnya.
Namun, tiba-tiba, suara langkah kaki mendekat. Hinata merasakan jantungnya mencelos.
"Hinata-sama?!"
Suara itu... Neji? Kiba? Naruto?
Hinata menoleh dan melihat mereka. Air matanya langsung menggenang. "Nii-san? Naruto-kun? Kiba-kun? Shino-kun?"
Kakinya terasa lemas, tubuhnya bergetar. Seketika, ia jatuh berlutut, menangis lega. "Aku selamat... aku selamat..."
Naruto berlari dan langsung merangkulnya. "Hinata! Kau baik-baik saja? Kau terluka?"
Hinata masih menangis, tapi menggeleng. Neji mengangguk, memberi isyarat untuk segera kembali ke desa.
"Ayo kita pulang sebelum matahari terbenam," ujar Neji.
"Hinata, naiklah ke punggungku," kata Naruto sambil berjongkok di depannya.
Hinata ragu sejenak, tapi melihat teman-temannya mengangguk, akhirnya ia naik ke punggung Naruto.
Deg...
Jantungnya berdebar tidak karuan. Dia bisa merasakan kehangatan tubuh Naruto. Tapi seiring perjalanan, rasa kantuk menyerangnya, dan tanpa sadar, Hinata tertidur.
Naruto tersenyum kecil. "Sepertinya dia sangat kelelahan."
Dari kejauhan, Sasuke menyaksikan mereka. Mata onyx-nya menatap tanpa emosi.
"Dasar Hyuuga lemah," gumamnya, lalu tersenyum tipis sebelum menghilang ke dalam bayangan malam.
*TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FanfictionIsekai Bagi Hikari hanya sebuah genre komik yang sering dia baca, tapi apa jadinya jika dirinya sendiri malah terjebak dan mengalami kejadian persis seperti komik dan novel bacaannya. ------------ Jarak di antara mereka hampir hilang. Hinata bisa me...