*
Waktu terus berjalan
Sudah berminggu-minggu sejak mereka terakhir melihatnya
Beberapa minggu yang terasa lebih panjang dari yang seharusnya
SasukeSasuke duduk di tepi tebing, menatap cakrawala yang mulai berubah warna. Langit senja yang membara dengan warna merah dan jingga, memantulkan bayangan gelapnya di permukaan sungai yang mengalir jauh di bawahnya.
Tugas ini memakan waktu lebih lama dari perkiraannya.
Menyusup ke wilayah perbatasan musuh, mengumpulkan informasi, bergerak tanpa meninggalkan jejak, semua ini adalah bagian dari keahliannya. Ia seharusnya bisa menyelesaikan tugas ini lebih cepat. Tapi kali ini, justru keadaan lebih rumit. Dan semakin lama ia terjebak di sini, semakin besar rasa gelisah yang mengendap di dadanya.
Bukan karena misi.
Tapi karena dia.
Hinata.
Sasuke mengeratkan genggaman pada hilt pedangnya.
Ia tidak suka mengakui bahwa sesuatu bisa mengganggu fokusnya saat melakukan misi. Tapi bahkan di tengah kegelapan malam dan suara langkah musuh yang harus ia awasi, bayangan Hinata masih selalu muncul.
Kilatan ekspresi di wajahnya saat itu.
Kejutan yang membeku di bibirnya.
Bagaimana tubuhnya sedikit menegang, tapi tidak menjauh. Hinata tidak menolaknya saat itu
Sasuke tidak pernah meragukan keinginannya saat itu. Ia menciumnya karena ia mau. Karena ia ingin Hinata tahu bahwa ia menginginkannya. Tapi sekarang, semakin jauh dirinya dari Hinata, semakin banyak pertanyaan yang bergema di kepalanya. Kekhawatiran mulai menyusupi pikirannya.
Apakah Hinata saat itu hanya diam karena kaget?
Apakah Hinata... menyesal tidak mendorongnya menjauh?
Sasuke menghela napas. Tidak. Tidak mungkin. Jika Hinata benar-benar tidak menginginkannya, dia pasti akan mengatakan sesuatu. Dia pasti akan menolaknya.
Iya bukan? Sasuke meragukan dirinya sendiri
Sasuke mengangkat kepalanya, menatap matahari yang perlahan tenggelam.
Setelah misi ini selesai, ia harus menemui Hinata lagi.
Ia ingin melihatnya.
Ia ingin mendengar jawabannya.
ShikamaruDi tempat lain, yang juga jauh dari Konoha, Shikamaru duduk bersandar di pohon, menghela napas panjang setelah seharian bergerak tanpa henti. Tugasnya kali ini lebih politis daripada fisik. Diplomasi antar negara, negosiasi dengan para daimyo, memastikan sekutu mereka tetap setia. Dan ini sangat merepotkan baginya, namun tidak ada yang bisa dia lakukan. Ini sudah menjadi tanggungjawabnya sebagai tangan kanan Hokage
Tapi selama menjalankan misipun, otaknya terus kembali ke satu hal.
Satu orang.
Hinata.
Sudah berminggu-minggu sejak terakhir kali ia melihatnya, dan keheningan juga perpisahan saat ini terasa lebih menyiksa daripada yang ia kira.
Ia selalu berpikir dirinya bisa menekan perasaan, tetap rasional, tetap objektif dalam menjalankan misi. Tapi apa yang terjadi sekarang, ia menyadari sesuatu yang seharusnya sudah jelas sejak lama. Dia selalu diganggu rasa khawatir karena jaraknya yang jauh dengan Hinata
Hinata bukan sekadar seseorang yang membuatnya nyaman.
Hinata adalah seseorang yang ingin ia jaga.
Hinata adalah seseorang yang ingin ia miliki.

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FanfictionIsekai Bagi Hikari hanya sebuah genre komik yang sering dia baca, tapi apa jadinya jika dirinya sendiri malah terjebak dan mengalami kejadian persis seperti komik dan novel bacaannya. ------------ Jarak di antara mereka hampir hilang. Hinata bisa me...