Happy reading..!!!
*"Hinata!!"
Seruan serempak membuat langkah Hinata terhenti di ambang pintu. Matanya membulat, bingung dengan tatapan intens yang dilemparkan ke arahnya.
Suasana di ruangan Hokage terasa aneh.
Di satu sisi, Sasuke dan Shikamaru menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca, bercampur antara ketegangan dan tekad. Di sisi lain, Kakashi hanya menghela napas pelan, seolah sudah memperkirakan kekacauan ini akan terjadi.
Hinata menatap mereka satu per satu, mencoba memahami situasi yang tengah berlangsung. Tapi sebelum ia sempat mengucapkan sepatah kata, Kiba dan Shino dengan santai menariknya ke depan meja Kakashi.
Mereka berdua tahu lebih baik daripada ikut campur dalam situasi ini.
Tapi tetap saja, mereka tidak bisa mengabaikan keberadaan Sasuke di ruangan ini.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Kakashi, yang menyadari bahwa suasana ini bisa semakin memanas, akhirnya mengambil alih situasi. Ia harus membuat Hinata keluar dari ruangan ini secepat mungkin.
"Baiklah, laporan kalian sudah cukup. Terima kasih untuk kerja kerasnya. Kalian boleh kembali ke tempat masing-masing," ujar Kakashi dengan nada yang dibuat setenang mungkin.
Hinata masih merasakan keganjilan di udara, tapi ia memilih untuk tidak memperpanjang masalah. Tatapan itu, tatapan mereka—terasa berbeda.
Tapi kenapa?
"Baik, Hokage-sama. Terima kasih, kami permisi dulu," ujar Hinata sopan, sebelum membungkuk dan berbalik pergi.
Saat berjalan keluar, ia sengaja melirik ke belakang.
Tatapan itu masih ada.
Sasuke dan Shikamaru masih menatapnya dengan cara yang tidak bisa ia pahami. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik ekspresi mereka.
Tapi Hinata menepis pikirannya. Mungkin ini hanya perasaannya saja.
Namun, rasa ganjil itu tidak pergi begitu saja.
"Kau merasakan ada yang aneh tidak, Kiba-kun?" suara lembut Hinata akhirnya pecah setelah mereka cukup jauh dari ruangan Hokage. "Kenapa mereka terlihat begitu tegang? Pandangan mereka... berbeda. Apa terjadi sesuatu?"
Kiba menoleh sekilas, tapi tidak ingin Hinata mengetahui lebih dari yang seharusnya. Ia pun memasang ekspresi santai dan mengangkat bahunya.
Kiba tidak langsung menjawab.Ia sempat melirik Shino, seolah meminta pendapat, sebelum akhirnya mengambil keputusan untuk menyembunyikan kebenaran ini dari Hinata.
Ia tahu jika ia mengatakan yang sebenarnya, Hinata pasti akan mulai berpikir macam-macam.
Dan mungkin, itu hanya akan membuat keadaan semakin rumit.
Jadi, dengan nada santai, Kiba mengangkat bahunya dan berkata, "Abaikan saja, Hinata."
"Mungkin mereka sedang membicarakan sesuatu yang penting dan terkejut saat kita masuk. Kalau memang ada masalah serius, Kakashi-sensei pasti akan memberitahu kita atau ninja lainnya."
Hinata terdiam, mencoba mencerna jawaban Kiba. Mungkin dia benar.
Tapi kenapa firasatnya mengatakan sebaliknya?
"Ah, iya... mungkin saja," jawab Hinata akhirnya, meski ada nada ragu di suaranya.
Namun, rasa penasaran itu kalah oleh niat lain yang lebih mendesak dalam pikirannya. Ada tempat yang ingin ia kunjungi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FanfictionIsekai Bagi Hikari hanya sebuah genre komik yang sering dia baca, tapi apa jadinya jika dirinya sendiri malah terjebak dan mengalami kejadian persis seperti komik dan novel bacaannya. ------------ Jarak di antara mereka hampir hilang. Hinata bisa me...