Impulsive

15 4 0
                                    

*

Malam semakin larut, tetapi suasana di meja mereka bertiga masih saja terasa berat. Tidak ada obrolan santai seperti biasanya, tidak ada tawa yang biasanya menghiasi pertemuan mereka bertiga. Hanya ada ketegangan yang menggantung di udara, semakin pekat seiring waktu berlalu.

Hinata berusaha fokus pada makanannya, mencoba untuk tidak terlalu peduli dengan kehadiran Sasuke di sebelahnya dan tatapan diam Shikamaru di seberangnya. Tetapi, semakin dia berusaha mengabaikan mereka berdua, semakin sulit rasanya untuk bernapas.

Dan semuanya semakin memburuk ketika Sasuke, entah karena apa, tiba-tiba bergerak ke arahnya.

Dia mengulurkan tangannya ke arah Hinata. Tanpa peringatan, jemarinya menggenggam pergelangan tangan gadis itu, menariknya mendekat. Kedua wajah mereka hanya terpisah beberapa centi, bahkan Hinata bisa merasakan deru nafas Sasuke dari jarak sedekat itu.

"Sa—Sasuke...?" suara Hinata tercekat hampir berbisik, matanya melebar.

Tapi pria itu tidak merespons. Ia semakin mencondongkan tubuhnya ke arah Hinata, hampir memangkas habis jarak antara dia dan Hinata. Bisikan suaranya bahkan hanya bisa didengar oleh Hinata

"Kenapa kau malah menghindariku?"

Hinata menegang. Sasuke saat ini terlalu dekat dan terlalu intim. Seakan-akan jika sedikit saja bergerak, dia akan benar-benar mencium Hinata di hadapan semua orang.

Seluruh meja langsung membeku. Semua menyaksikan kejadian itu.

Naruto, yang tadinya hanya asik berbicara dengan Kiba, berhenti di tengah kalimatnya. Ino yang duduk di sebelah Shikamaru sempat tersedak. Dan tentu Sakura menegang di tempatnya, tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Semua orang di meja Konoha 11 menatap mereka dengan keterkejutan yang sama.

Tetapi reaksi paling besar datang dari orang yang duduk tepat di seberang Sasuke.

Shikamaru mengeratkan rahangnya, tangan yang bertumpu di pangkuannya terkepal erat. Matanya yang tajam menyipit, menatap Sasuke dengan kegelapan yang tidak biasa. Dia hampir melayangkan tinjunya di depan Sasuke saat ini. Dia tidak tahu atas dasar apa Sasuke coba memprovokasinya saat ini.

Tapi ia tidak mengatakan apa-apa. Tidak saat itu juga. Dirinya yang kehilangan akal hanya akan mengacaukan situasi di meja ini.

Sebagai gantinya, ia beralih ke Ino yang ada di sampingnya. Suaranya terdengar dingin dan berat saat ia berkata, "Aku mau keluar sebentar. Merokok."

Ino menoleh dengan sedikit cemas, Ino sangat tahu apa yang dirasakan Shikamaru saat ini, tetapi Shikamaru sudah bangkit. Dengan ekspresi yang nyaris kosong, dia berjalan menuju pintu keluar, meninggalkan ruangan tanpa menoleh sedikit pun ke belakang. Dalam ingatan Ino, Shikamaru jarang memiliki ekspresi gelap seperti itu, terakhir kali hanya ketika guru mereka Asuma dan ayahnya meninggal. Dan Ino tahu keadaan tidak baik-baik saja saat ini.

Mengalihkan pandangannya dari Shikamaru yang menjauh, Ino melihat Sasuke dan Hinata.

Sasuke hanya diam, matanya mengikuti kepergian Shikamaru. Tidak ada ekspresi di wajahnya, tetapi ada sesuatu di sorot matanya yang tidak bisa dijelaskan.

Hinata, di sisi lain, terlihat seperti ingin menangis. Ino ingin membawa Hinata keluar dari situasi kacau ini. Dia bisa melihat bagaimana Hinata tidak menyukai situasinya saat ini.

Hinata tidak suka bagaimana semuanya menjadi semakin kacau. Tidak suka bagaimana dia merasa semakin jauh dari kesempatan untuk menjelaskan perasaannya kepada dua pria ini.

Untuk pertama kalinya, dia benar-benar ingin pergi dari sini.

---------

Ino bukan orang yang bodoh. Dia bisa merasakan ketegangan yang memenuhi meja makan itu bahkan sejak awal kedatangan Hinata, bagaimana Shikamaru tiba-tiba diam kaku dan Sasuke yang penuh selidik, dan setelah melihat ekspresi Hinata yang begitu kacau setelah kejadian barusan, dia tahu gadis itu harus segera pergi dari sini. Dia harus menolong Hinata keluar dari situasi ini

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang