Kirigakure 2

31 3 0
                                    

*
Malam di Kirigakure menyelimuti desa dengan udara lembab dan sejuk, angin laut membelai lembut di antara bangunan-bangunan berarsitektur khas negeri kabut. Para ninja yang bertugas di misi ini telah tiba di kediaman kepala desa Kirigakure, di mana mereka akan menghadiri jamuan makan malam bersama para penasihat desa sebagai bagian dari diplomasi.

Hinata berdiri di depan cermin di kamar tamunya, jemarinya dengan hati-hati merapikan lipatan dress hitam yang dikenakannya. Gaun itu panjang hingga hampir menyentuh lantai, membentuk siluet ramping di tubuhnya, menonjolkan lekuknya tanpa terkesan berlebihan. Bahu telanjangnya terekspos, kulitnya tampak lebih pucat dalam pencahayaan kamar yang remang. Rambut panjangnya yang biasa terurai kini digulung ke atas dengan beberapa helaian halus yang dibiarkan jatuh membingkai wajahnya. Riasannya tipis, hanya sedikit sentuhan pada mata dan bibir, tapi cukup untuk memberikan kesan berbeda dari biasanya.

Ketika Hinata melangkah keluar kamar dan berjalan menuju aula utama tempat acara berlangsung, ruangan yang semula dipenuhi suara percakapan perlahan-lahan meredup. Pandangan orang-orang secara alami tertuju padanya, termasuk dua pria yang sejak awal sudah memperhatikannya lebih dari yang seharusnya.

Shikamaru, yang sebelumnya bersandar santai di salah satu pilar, tiba-tiba berhenti bermain dengan cincin sigarnya dan menegakkan tubuh. Matanya yang biasanya dipenuhi kebosanan kini menyipit tipis, memperhatikan Hinata dari ujung kepala hingga ujung kaki. Rahangnya sedikit mengencang, napasnya terasa lebih berat meski dia berusaha menyembunyikannya.

Sasuke, di sisi lain ruangan, yang semula berdiri dengan tenang sambil berbicara dengan salah satu penasihat Kirigakure, tiba-tiba menghentikan pembicaraannya. Matanya menajam, pupil onyx-nya bergerak perlahan mengikuti setiap langkah Hinata. Rahangnya mengatup rapat, jemarinya mengepal tipis di sisinya.

Seolah-olah udara di ruangan itu berubah, ada sesuatu yang tak kasatmata tapi terasa jelas di antara mereka bertiga.

Hinata yang menyadari tatapan itu menelan ludahnya. Ia sudah terbiasa diperhatikan dalam misi, tapi ini berbeda. Tatapan Sasuke begitu intens, membuatnya merasa seperti tertangkap basah, seolah pria itu bisa membaca isi pikirannya hanya dengan satu lirikan. Sedangkan Shikamaru... tatapannya tidak hanya menilai, tapi juga mengandung sesuatu yang lebih dalam.

"Ayo," suara Shikamaru terdengar lebih rendah dari biasanya saat dia berjalan mendekat dan menawarkan lengannya dengan santai. "Acara sudah dimulai."

Hinata sedikit ragu, tapi menerima uluran tangannya. Saat telapak tangan mereka bersentuhan, Shikamaru meremas jemarinya sebentar, bukan dalam genggaman erat, tapi cukup untuk memberi tahu bahwa dia sadar betul akan kehadirannya.

Dari sudut ruangan, Sasuke hanya menatap.

---

Acara berjalan cukup lancar, dengan perbincangan politik dan strategi perang terselip di antara jamuan yang mewah. Musik orkestra ringan mengalun lembut di latar belakang, mengisi jeda di antara obrolan formal.

Saat sesi dansa dimulai, pasangan-pasangan mulai beranjak ke lantai dansa. Shikamaru menoleh ke arah Hinata yang duduk di sebelahnya.

"Ternyata ada dansa juga" gumamnya santai, meskipun matanya mengamati para tamu yang mulai bergerak mengikuti irama.

Hinata tersenyum kecil. "Sepertinya ini tradisi mereka."

Shikamaru menghela napas sebelum menatapnya langsung, matanya menyala dengan sesuatu yang berbeda dari biasanya.

"Kalau begitu, mau berdansa denganku?"

Hinata tidak begitu terkejut dengan ajakan langsung itu, tapi sebelum dia bisa berpikir lebih jauh, tangannya sudah ditarik perlahan oleh Shikamaru, membawanya ke lantai dansa.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang