Bertemu Kembali

27 8 2
                                    

"Eh eh... plis jangan berheti! Duh jangan mati lagi dong... kan masih jauh..."  sorang wanita terus saja berceloteh di atas kendaraanya yang mendadak mogok lagi, ke-sekian kalinya.

Beberapa orang di sekitarnya menatap acuh, adapula yang bingung karena melihat dirinya mengomel sedaritadi_sendirian...

"Plis atuh jangan mati dulu. Ini teh masih jauh tau... hhuh... astaghfirullah, bagaimana ini? Beneran mati deh." dia menepikan kendaraanya di sekitar trotor jalan, mengeceknya lagi. Siapa tau olinya bocor lagi, padahal baru saja kemarin di service.

Bingung dengan keadaan yang menimpanya lagi membuatnya resah lemas berpasrah diri. Dia melihat arloji di pergelangan tangannya. "Mau minta bantuan Rama, dia belum saatnya pulang sekolah. Kalau minta bantuan Abi, sayang. Pasti Abi lagi sibuk-sibuknya, mana tugasnya makin banyak lagi. Terus aku harus minta bantuan siapa dong?! Duh Allah... aku bingung. Mana... masih jauh lagi bengkelnya."

Saat bergumam diri meratapi nasibnya, tiba-tiba sebuah mobil putih berhenti di depannya. Dia yang menyadarinya mengerjap bingung dengan  dahi yang mengerut dalam.

Loh, siapakah?...

Saat mesinnya sudah mati, seseorang di dalamnya keluar dengan setelan jas putih khas dokternya. Matanya langsung membulat seketika. Dia hafal, dia ingat betul siapa orang tersebut!"Aisyah?..."

Dia makin terkejut dengan mulut menganga syoknya sambil menutupinya dengan satu tangan. Bahkan orang tersebut masih ingat namanya, wah! Hebat.

Pria itu berjalan menghampirinya dengan raut bingung karena ditatap seperti itu. Dalam diam dan samar sudut bibirnya tertarik keatas dengan mata jeli dan sedikit berbinar."Aisyah... kamu, benar Aisyah kan?..." tanyanya sambil membungkukan sedikit tubuhnya dikarenakan perbedaan tinggi keduanya.

Gadis itu menengadah sambil berkedip bingung, lalu mengangguk kecil."I-iya..."

Pria itu berdiri tegap kembali, lalu tersenyum."Assalamualaikum Aisyah..."

"W-wa, waalaikumssalam warohmatullah wabarokatu dokter..." jawabnya mencicit di akhir sambil menurunkan tangannya lalu menunduk resah dengan kedua tangan mengepal gugup.

Dokter ini. Haduh ya rabb...

"Kamu, sedang apa berdiri di sini Aisyah? Apakah terjadi sesuatu?"

Dia menelan ludahnya lagi lalu menatapnya tanpa ragu, tak seperti biasanya. Seperti mereka memiliki sebuah keterikatan."I-ini dok, tiba-tiba motor saya mati lagi. Saya bingung cara pulangnya bagaimana, mana bengkelnya masih jauh lagi. Kalau saya tinggal begitu saja takut ada yang maling, kalau ga saya tinggal saya juga jadi bingung sendiri dok. Oh iya, mana adik saya masih lama lagi pulang sekolahnya. Duh saya beneran bingung nih dok..." curhatnya berceloteh panjang lebar dengan raut prustasi bin bingungnya.

Sedangkan pria itu, tanpa disadarinya dia mengulum senyum, bahkan dia menahan mulutnya agar tidak terkekeh geli menutupnya dengan punggung tangannya. Menyadari atas sikapnya tadi, gadis itu membola sambil menunjukan ekspresi terkejutnya lagi. Dia mengadah menatap si dokter yang masih menjulang tinggi dihadapannya itu.

"Astaghfirullah! Yaampun, dok. Duh maaf nih ya saya jadi bawel gini sama dokter. Dasar mulut... ga pernah bisa di kontrol ya kamu. Malu-maluin aja!" grutunya di akhir sambil menepuk pelan mulutnya sendiri.

Tak bisa menahan lagi, pria itupun langsung tertawa dengan merdunya. Aisyah sendiri malah terkejut dengan menatapnya bingung sambil berkedip polos.

"Eh?!..."

Duh nih dokter, kok ketawanya merdu gitu ya. Emang ada yang lucu ya? Mana cakep lagi, eh! Astahfirullah...

Menyadari kebingungannya, diapun segera menghentikannya."Maaf-maaf.. hhaha... ya ampun, maafkan saya Aisyah."

"..." dia hanya mengangguk, masih dengan raut kebingungannya.

"Bagaimana kalau saya mengantarkanmu pulang, Aisyah?"

"Eh, jangan dok! Nanti malah merepotkan. Jangan-jangan..." jawabnya ribut melambaikam kedua tangannya dengan wajah terkejutnya.

Lagi-lagi pria yang berpropesi sebagai dokter syaraf itu mengulum bibirnya lagi. Dia terhibur dengan segala ekpresi dan tingkah laku pada gadis bertubuh kecil dihadapannya ini. Mengingatkannya pada..."Tidak apa-apa, Aisyah. Mari, naiklah ke mobil saya biar saya antar pulang."

"Tapi dok..."

"Tidak apa-apa. Jangan sungkan..."

"Tap..."

"Memangnya kamu mau seharian berdiri ditempat ini dengan motor matimu?"

"..." gadis itu menggeleng pelan.

"Makannya ayo masuk, biar saya yanga akan mengantarkanmu pulang."

"Tap-tapi... bagaimana dengan motor saya dok? Masa ditinggal begitu saja? Kalau ada yang nyuri bagaimana? Bisa-bisa saya dimarahin Umi Abi yang ada dok?!"

"Jangan khawatir... nanti saya utus karyawan saya untuk membawa motormu ini kebengkel. Saya pastikan motormu ini akan kembali dengan selamat ke rumahmu, Aisyah." jawabnya panjang lebar disertai senyuman hangat nan menawan.

"Dokter... serius, mau antar saya pulang?" tanyanya meragu, namun matanya berbinar cerah.

"Iya, Aisyah..."

"Memang tidak keberatan dan merepotkan?"

"Tidak sama sekali. Saya yang menawarkan, Aisyah..."

"Saya... takut kalau ada yang marah karena dokter ngantar saya pulang..."

"Siapa?"

"Um, pacarnya dokter mungkin? Atau si ade yang kemarin. Kalau dia marah bagaimana dok?..."

Pria itu kembali tersenyum."Tidak apa-apa Aisyah. Jangan menghawatirkan yang tidak akan terjadi. Adik saya tidak akan tahu, kan dia tidak ikut dan untuk pacar? Sudahlah ayo segera masuk mobil, saya akan mengantarkanmu pulang." pria itu menghampiri mobilnya lalu membuka pintunya."Ayo, masuklah Aisyah..." ucapnya lembut sambil tersenyum ramah.

Bagaikan terhipnotis, diapun mengangguk kecil. Dia membawa kunci motor beserta tas gendongnya."Baik, dokter. Terimakasih atas bantuannya."

Pria itu balas mengangguk."Terimakasih kembali, Aisyah. Silahkan masuk."

"Um!"

Merekapun melaju dengan kecepatan sedang ikut berlalu lalang dengan kendaraan lainnya. Tanpa disadari bahwa sedaritadi ada sepasag mata yang memperhatikannya sejak dari tadi. Hm...

AISYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang