Keluarga

182 16 10
                                    

Hendaklah kamu beri Nur (cahaya) rumah tanggamu dengan shalat dan membaca Al-Quran. {Hr.Bukhari dari Annas Ra}.

...

Suara gemercik air keran di kamar mandi terdengar begitu riuh dan ada seseorang yang berada didalamnya sedang melakukan wudhu untuk melaksanakan shalat sunah di 1/3 malam.

Sudah biasa setiap hari ia melakukannya, bahkan sejak dia kecil pun  keluarganya sudah menerapkan kaidah islami kepada anak-anaknya. Baik itu hal sunnah maupun wajib.

Barang siapa berwudhu dan menyempurnakannya, kemudian shalat 2 rakaat dengan sempurna, maka Allah memberi apa saja yang ia minta. Baik segera, maupun lambat.(Hr.Ahmad)

Setiap malam mereka akan melaksanakan shalat malam bersama, setelah itu mereka akan bermurojaah kepada kedua orang tuannya. Hal itu rutin di lakukan setelah melaksanakan shalat wajib yang terdiri 5 waktu.

Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang gemar melakukan shalat tahajud sebagai ibadah tambahan bagimu. Semoga tuhan mengajakmu ke tempat yang terpuji. (Qs-Al-Isra.75)

"Aisyah... sudah belum neng?" panggilnya seseorang dari arah luar kamarnya sambil mengetuk daun pintunya.

"Sudah Umi. Sebentar Umi, Ais pakai mukena dulu."

"Umi tunggu di ruangan ya neng. Jangan lupa bangunkan adikmu juga..."

"Baik Umi."

Setelah semuanya beres, diapun beranjak keluar sambil membawa sejadah di kedua tangannya. Tubuhnya sudah terbalut rapih dengan kain mukenanya. Saatnya dia mengunjungi kamar adiknya untuk membangunkannya juga. Perlahan dia mengetuk pintunya."Dek bangun dek, kita shalat dulu yuk."

"..." tidak ada jawaban sama sekali.

"Dek, Teteh masuk ya."

"..." ok, tidak ada jawaban sama sekali maka, diapun masuk. Untung saja kamarnya tidak dikunci, tapi memang tidak pernah dikunci sih oleh si empunya.

Setelah dia memasukinya, dia mendapai seorang pria yang masih terlelap tidur dengan lelapnya. Dia yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya saja, lalu menghampirinya dan menepuk pelan tubuhnya."Dek, Rama. Bangun dek..."

"Heum..." gumamnya terusik sambil membalikan tubuhnya ke arah lain.

"Rama... bangun dek. Kita shalat malam dulu yuk."

"Hm... nanti Teh, 5 menit lagi..."

Gadis itu pun menghela nafas, namun dia masih tetap berusaha untuk membangunkannya."Hey... anak ini. Rama bangun dek, kebiasan sih kamu kalau waktunya shalat suka susah di bangunin. Kamu itu sudah besar Ram, inisiatif sendiri dong, masa harus di bangunin terus sama Teteh?" omelnya menarik-narik baju yang di kenakan adiknya.

Pria itu semakin terusik, dia memilih menutupi kedua matanya dengan salah satu tangannya dengan suara paraunya."Teh, Rama tuh masih ngantuk... jangan di ganggu."

Gadis itu mendengus kesal mendengarnya, dia pun menepuk-nepuk perutnya."Ngantuk mulu kamu. Makannya jangan suka bergadang, gilirannya shalat susahnya minta ampun, mana harus di bangunin terus lagi."

"Teteh bawel. Berisik..."

"Astagfirullahaladzim... anak ini. Yasudah, Teteh keluar deh, biar Abi aja yang bangunin kamu."

Baru saja dia beranjak bangun, pergelangan tangannya sudah di tarik dan di cengkram oleh sang empu. Pria itu terbangun dengan posisi duduknya, matanya membulat sepurna dengan pancaran takut dengan rambutnya yang berantakan, tidak lupa dengan pakaiannya yang sudah kusut disana sini.

Benar saja, adiknya itu paling takut dengan Abinya sendiri. Abinya tidak jahat kok, malah dia sangat baik, sangat baik sekali. Namun karena ketegasannya dalam mendidik anak-anaknya, Rama, anak tersebut memilih takut jika berurusan langsung dengan sang Abi dan dia lebih memilih patuh dan mengikuti apa yang di katakannya.

"Jangan pergi Teh! Tungguin... nih Rama sudah bangun nih. Teteh jangan pernah bilang apa-apa sama Abi, ok Teh? Teteh kan baik, cantik dan imut. Teteh tungguin Rama ya, Rama mau siap-siap dulu. Awas jangan pergi dulu, tungguin pokoknya!" ucapnya beruntun dan langsung melesat pergi ke kamar mandinya sendiri.

Gadis itu hanya menggelengkan kepalannya saja, dia pun memilih mendudukan dirinya di tempat tidur adiknya. Rama, anak itu sedang sibuk di dalam kamar mandinya.

Setelah beberapa menit, anak itupun keluar dengan tampang segarnya. Pakainnya sudah berganti dengan baju koko dan sarung hitam yang melekat di pinggangnya, wajahnya menjadi cerah dengan anak rambut yang menjutai ke dahinya karena basah."Sudah Teh, ayo kita keluar."

"Tunggu, ada yang kurang." gadis itu pun beranjak menghampiri lemari si adik, lalu mengambil salah satu peci hitamnya, dia kembali menghampiri adiknya."Merunduk..."

Si empunya hanya patuh dan mengulum senyum saat sang kakak berhasil memakaikan peci hitam di kepalanya. Setiap kali dia akan memakaikannya, pasti dia akan menyuruhnya untuk merunduk. Bukan tanpa alasan, karena memang ada sebabnya.

Adiknya itu sangat tinggi sekali dari tubuhnya sendiri, bahkan Abinya pun kalah tinggi dari tubuhnya sendiri. Maka dari itu, dia selalu menyuruhnya merundukan badannya. Dia yang bersanding dekat dengannya saja hanya mencapi sedada, begitupula dengan Uminya.

"Ok selesai..." gumamnya dan tersenyum cerah kepadanya.

Pria tinggi itu kembali berdiri tegak dan membalas senyuman manis kakaknya."Sip Teh, sudah selesai? Mari, lets go, kita temui raja dan ratu kita, pasti mereka sudah menunggu kehadiran kita dan hm... sepertinya kita terlambat."

Gadis itu menatap malas kepadanya."Ck memang siapa penyebabnya? Sadar diri ya dek, semuanya juga gara-gara kamu. Awas loh, kalau Teteh sampai di tegur sama Abi, kamu harus bertanggung jawab. Ini kan gara-gara kamu."

Pria itu malah terkekeh kecil."Hhe iya Teh... iya, Rama pasti tanggung jawab kok. Rama bakal bilang alasannya juga, Abi pasti ngerti kok... Teteh jangan marah-marah, apalagi sewot kayak tadi. Lihat itu wajahnya jadi jelek, nggak secantik tadi."

"Rama..." geramnya tertahan sambil menatap tajam kepadannya.

"Hhehe. Vis Teh vis... damai ok, mari kita berdamai..." ucapnya sambil meyeringai polos.

Jalan terbaiknya adalah, dia harus mengalah atas sikap tengil adiknya tersebut. Merekapun beranjak pergi menghampiri kedua orang tuannya yang sudah menunggu di ruangan shalat, untuk melaksanakan shalat berjamaah bersama.

AISYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang