Terjebak Tawuran

88 12 24
                                    

Seorang gadis berpakain serba merah marun sedang mengendarai motor maticnya di jalanan yang cukup lenggang, tidak terlalu sepi ataupun ramai. Dia baru saja pulang kajian rutin yang diadakan setiap sebulan sekali di majlis tetangga.

Semua teman-teman sebayanyapun ikut menghadiri kajian tersebut, begitupun kaum buibu yang tidak pernah kalah kompak dan terlewatkan menghadiri acara tersebut.

Orang yang berjihad untuk mencari (keridhoan Allah) kami akan tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami dan sungguh Allah bersama orang-orang yang berbuat baik.(Qs.Al-Ankabut :69)

Hari mulai cukup siang, kurang lebih pukul 12.45, dan untungnya saja dia sudah menuaikan kewajibannya di area majlis terdekat. Matahari di atasnya tidak terlalu terik, karena terhalang oleh banyaknya awan kelabu yang melintas di sekitarnya.

Sedang santai-santainya berkendara sambil melantunkan shalawat dengan lirih, tiba-tiba ada segerombolan anak SMA yang berbondong-bondong saling mengejar dan melempar batu.

Sebagian dari mereka membawa benda tajam yang sering di pakai oleh para pekerja keras bangunan. Mereka saling serang menyerang sehingga menimbulkan suara kegaduhan yang amat keras dan lantang menentang.

Aisyah, gadis pengendara motor merah matic tersebut dibuat kaku dan ketakutan melihatnya. Posisinya saat ini tidak memungkinkan untuk pergi melarikan diri dan meninggalkan area tersebut, sebab dia sudah terjebak dan berdiri di tengah-tengah mereka.

Tubuhnya bergetar hebat dan kaku, wajah putihnya menjadi pucat pasi karena menahan rasa takut yang di alaminya. Andaikan dia tahu akan ada anak-anak yang terlibat tawuran seperti ini, maka dia akan memilih jalan pintas. Tapi apalah daya, musibah memang tidak bisa di elak dan di prediksi sesuka hati. Semuanya sudah terjadi atas kehendaknya, qodratullah...

"Ya Allah bagaimana ini? Umi... tolong Ais Umi... Ais terjebak diantara kerumunan mereka. Ya Allah... selamatkan Ais, Ais mohon Ya Allah..." ucapnya lirih dengan menundukan kepalanya sedalam-dalamnya.

Kedua tangannya mengerat, dia hanya bisa berdoa dan berdzikir meminta bantuan. Siapa tahu ada seseorang yang melintas di hadapannya, lalu menolongnya dari situasi mencengkram dan menegangkan ini.

"WOY SINI LO! JANGAN BERANI-BERANI KABUR LO."

"SIALAN EMANG TUH ANAK. BERANI-BERANINYA MEREKA NGANCEM ADEK KELAS GUE. SINI LO NJIR... JANGAN JADI BANCI, LAWAN GUE HAYO..."

"BERENGSEK!"

"KEPARAT EMANG! NGGAK BAKAL GUE KASIH KENDOR LO"

"MATI LO MATI..."

"DASAR GILA"

"SMA TAIK..."

"SINI WOY!!! DASAR PADA BANCI LO SEMUA."

"MAJU AYO MAJU... BERENGSEK LO PADA. YANG LAINNYA, JANGAN SAMPAI KALAH."

"HABISI MEREKA."

"SERANG!..."

Begitulah koar mereka yang saling menyerang dan adu mulut satu sama lain dengan pedasnya, selevel boncabe ekstra pedas. Banyak diantaranya yang tumbang dan berdarah-darah, juga luka yang cukup parah dan serius.

AISYAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang