36. Overprotektif kapTen

3.4K 219 3
                                    

Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat Membaca

Mungkin bagi Rion, tidak penting menanggapi asumsi asumsi orang. Dan mungkin, lelaki itu tidak mau peduli pula. Namun tidak untuk Ayana. Gadis itu sejak tadi bergerak kecil menggambarkan bahwa tak nyaman pada situasi sekarang.

"Em.. Lion."

"Hem?"

"Apa pantes anak sekolah kaya gini? Kita kaya gaya pacaran orang dewasa gak sih?" tanyanya ragu di dekapan erat lelaki di belakangnya. Iya, lelaki itu nyaman pada tubuh yang pas di pelukannya.

"Biasa," ujar Rion santai. Ayana menatap sekitar.

"Masa? Tapi mereka lihatin kita segitunya. Lagian, ini kan lagi di pinggir lapangan." ujar Ayana.

Rion menangkap itu semua,"Nahkan ada yang lebih dari itu, sayang."

Mata cantik berbulu lentik itu berkedip. Rupanya tengah mencerna apa yang dikatakan oleh kekasihnya. "Serius?!"

Rion mengangguk pelan di bahu Ayana. "Emang ngapain?"

"Anak kecil gak boleh tau!" ucap Rion lembut. Ayana berdecak mendengarnya, "Aya udah mau kelas 12 Lion!" Hal itu seolah menyinggungnya.

"Umur kamu berapa?" tanya Rion.

"16 tahun."

"Nah, masih di bawah umur belum cukup buat ngerti! Mending kamu tenang biarin Lion isi tenaga dulu."

Wajah cantik Ayana merengut,"Bentar lagi juga mau umur 17."

Rion tersenyum menanggapinya. Ia mengeratkan pelukannya pada gadis itu. Setelah jam istirahat tadi, kepala sekolah sempat meminta seluruh siswa siswi SMA GARUDA ini untuk berkumpul di lapangan. Karena ada pesan dan penghargaan untuk para siswa siswi yang mengikuti lomba sains di tingkah provinsi. Yang telah Di menangkan beberapa hari lalu.

***

"Mohon maaf dengan siapa?" tanya seorang resepsionis rumah sakit.

"Ayana, aku temennya Kak Dimas. Ruangannya dimana, ya?" tanya antusias namun tenang. Gadis yang mengenakan jepit rambut mutiara disebelah sisi kanannya.

"Sebentar," resepsionis itu tengah mengecek ruangan dengan pasien bernama Dimas Delonar.

"Oh ada di ruangan VIP lantai dua, nomor 228."

"Baik, makasih Kak." Tidak tahu harus berkata apa. 

Kakinya bergerak memutar tubuhnya, melihat sekeliling lif dan akhirnya ia memilih lif sebelah kanan.

Tak butuh waktu lama. Sampailah Ayana pada ruangan nomor 228 tepat didepan matanya. Keraguan menyelimutinya. Apakah is benar benar harus masuk ke dalam? Tapi jika tidak, akan sia sia dirinya sampai kesini. Padahal, sangat susah mencari celah waktu untuk pergi sendiri tanpa Rion.

Akhirnya dengan penuh yakin Ayana mengangkat satu tangannya untuk mengetuk pintu itu. Beberapa kali diketuk, terlihat wanita paruh baya nampak sedikit terkejut melihatnya.

"Assalamualaikum, Tante." ujar Ayana menarik sudut bibirnya.

Ita membuyarkan keterkejutannya. Dan ikut menarik simpul diujung bibirnya. "Waalaikumsalam, Nak. Silahkan masuk."

Overprotektif kapTen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang