Part 6

1.4K 133 2
                                    

"Aku Pulang." Suara Gaara menggema diruangan itu, matanya mencari keberadaan sang kakak, namun ia tak menemukannya dimana pun.

Gaara menjatuhkan diri di sofa yang ada disana, tubuhnya lelah dan lengket. Ia harus segera membersihkan diri.

"Kau sudah pulang?" Suara itu menyapa pendengaran Gaara, dan mata Gaara menemukan pemuda yang ia cari. Shikamaru.

Pemuda tampan dengan tubuh yang sungguh membuat Gaara iri. Gaara sangat iri sebenarnya dengan Shikamaru, ia memiliki banyak penggemar, dan lagi Shikamaru sangatlah pintar. Sangat bertolak belakang dengan Gaara.

Gaara tidak sepandai Shikamaru, ia tidak setampan Shikamaru. Mereka sangat berbeda. Tapi Gaara beruntung karna memiliki sepupu seperti Shikamaru, Gaara bisa bertanya kapan saja tentang tugas nya, dan Shikamaru akan dengan senang hati mengajarkan Gaara hingga larut malam, Shikamaru sangat memanjakan Gaara.

Meski terkadang sikap tegas Shikamaru selalu ia tunjukan. Shikamaru menerapkan peraturan untuk pulang tepat waktu, makan tepat waktu, bangun pun harus tepat waktu. Shikamaru sangatlah disiplin, berbeda dengan Gaara yang selalu melanggar semua peraturan itu.

"Sudah makan?" Tanya Shikamaru duduk tepat disamping Gaara.

Tangannya mengusap sayang surai merah berantakan Gaara, mata kuacinya bahkan menatap lembut wajah lelah Gaara. Shikamaru selalu bersikap seperti itu pada Gaara, ia merasa memiliki tanggungjawab untuk menjaga pemuda manis seperti Gaara, kedua orangtuanya meminta Shikamaru untuk menjaga putra kecil mereka.

"Belum, Aniki. Aku sangat lapar, sangat amat lapar. Kau masak apa untuk malam ini?" Jawab Gaara dengan tingkah menggemaskannya.

Shikamaru tersenyum melihat betapa menggemaskannya tingkah sang adik. "Kau mandilah, saat kau sudah selesai akan aku pastinya semuanya sudah siap." Sahut Shikamaru.

Gaara tak membantah, ia langsung berlari mengambil handuk dan pergi membersihkan diri.

....

"Apa kau sudah pernah berkencan sebelumnya?" Tanya Naruto.

Mereka berjalan beriringan, entah kemana langkah kaki itu akan membawa mereka, Naruto hanya ingin sedikit lebih mengenal seseorang yang mungkin akan menghabiskan sisa hidupnya.

Yap! Setelah keterkejutan Sasuke, pemuda manis itu buru-buru mengajak Naruto keluar dari sana, tak ingin kedua temannya melihat semua kekonyolan ini, entah harus bagaimana Sasuke menjelaskannya jika mereka melihat hal itu.

Sasuke menggelengkan kepala sebagai jawaban, ia menjawab jujur. Sasuke belum pernah berkencan atau semacamnya, ia belum pernah memikirkan semua itu, ia hanya fokus belajar, lulus dengan nilai sempurna.

"Dan... apa kau tau cara berkencan?" Tanya Naruto lagi yang mendapat gelengan kepala dari Sasuke, Sasuke masih berusaha untuk tidak mengeluarkan suaranya, tak ingin sampai Naruto tau jika yang kini bersamanya bukanlah Sasuko, bukanlah seorang gadis yang ia harapkan.

Naruto menghentikan langkah kakinya, dan begitu juga dengan Sasuke. Mereka saling berhadapan, memandang satu sama lain.

Tatapan yang Naruto lontarkan berhasil membuat jantung Sasuke bekerja dua kali lebih cepat, bahkan semu kemerahan sudah menjalar dikedua pipinya, membuat wajah Sasuke menjadi lebih menggemaskan dimata biru indah Naruto.

"Aku tak mengerti, mengapa kau begitu menggemaskan." Tangan Naruto mengacak gemas rambut raven itu, rambut yang terasa begitu lembut dan halus.

"Aku akan menjadi pemuda yang paling beruntung karna bisa mendapatkan mu." Lanjut Naruto lagi.

Sasuke tidak pernah tau jika Naruto bisa selembut dan semanis ini. Yang ada dalan benak Sasuke adalah Naruto pemuda yang sangat serius, ia tidak akan pernah melontarkan kata-kata manis yang dapat membuatnya tersipu.

Tapi, semua itu tidaklah benar. Nyatanya Naruto lebih manis dari yang ia duga.

Jika Sasuko masih ada, Sasuko akan menjadi gadis yang paling beruntung karna mendapatkan pemuda yang akan menyayanginya, ia akan hidup dengan bahagia tanpa penderitaan, kehidupan pernikahaan yang mungkin akan seperti kedua orangtua mereka.

Jika Sasuko masih ada, mungkin saat ini ia yang mendapat semua pujian serta kata-kata manis itu, mungkin saat ini Sasuko yang ada dihadapan Naruto, mungkin saat ini Sasuko yang dapat melihat senyum Naruto.

Tanpa sadar sudut mata Sasuke mengeluarkan air mata, air mata itu akan selalu mengalir setiap kali Sasuke mengingat adik kesayangannya, Sasuke sangat amat merindukan Sasuko, merindukan gadis itu ada disisinya.

"Hei? Kenapa menangis?" Tanya Naruto menghapus jejak air mata itu dengan lembut, membuat Sasuke merasa beruntung.

Sasuke menarik nafas dan tersenyum lembut, sebelum ia mengangkat wajah lalu menggelengkan kepala, menandakan jika dirinya baik-baik saja.

"Kau bisa menceritakan apapun itu padaku, aku akan selalu mendengarkan mu." Tangan Naruto membingkai wajah itu dengan lembut, bahkan senyum lembut itu terukir dengan sangat indah.

Sasuke menganggukan kepala sebelum akhirnya mereka melanjutkan langkah kaki mereka yang sempat terhenti.

....

Terbangun.
Gaara membuka matanya, ia melihat kesamping dan tak menemukan Shikamaru. Mungkin pemuda Nara itu sedang membuat sarapan.

Gaara sempat terdiam, memikirkan mimpi apa ia semalam? Entah mengapa mimpi itu terasa begitu nyata, bahkan Gaara tak bisa membedakannya antara mimpi dan kenyataan. Gaara berusaha untuk mengingat, namun seakan otaknya tak dapat mengingat mimpi itu.

"Kau sudah bangun?" Suara Shikamaru membuyarkan pikiran Gaara, membuat segala yang ada diotak Gaara terbang keudara dan menghilang begitu saja. "Aniki, semalam aku bermimpi, namun terasa begitu nyata." Cerita Gaara.

Shikamaru melangkahkan kakinya mendekat, duduk disisi ranjang, tangannya ia bawa untuk merapikan surai itu dengan begitu lembut. "Seperti apa?" Tanya Shikamaru. "Aku tidak bisa mengingatnya, tapi aku merasa itu bukanlah mimpi." Sahut Gaara.

"Kau terlalu banyak berpikir."

Gaara tak menjawab, mungkin benar, ia terlalu banyak berpikir. Entah apa yang Gaara pikirkan, Gaara sendiri tak ingat jika dirinya pernah berpikir. "Tapi Aniki. Aku tak pernah sadar jika aku pernah berpikir, apa itu salah satu efek dari terlalu banyak berpikir?" Shikamaru sempat mengernyit tak mengerti sebelum akhirnya tertawa merasa lucu akan ucapan Gaara.

Dengan gemas Shikamaru mengusak surai itu, mengapa Gaara harus semenggemasan ini? Tidak sadarkah Gaara hal itu membuat perasaan Shikamaru tidak karuan.

Shikamaru tidak mengerti akan dirinya sendiri setelah ia bertemu dengan Gaara. Pemuda manis itu tanpa sadar membuat Shikamaru terjatuh kedalam pesonanya, Shikamaru sempat menyangkal perasaan yang semakin hari semakin tumbuh itu, mengatakan pada dirinya jika ia menganggap Gaara hanya sebagai adik tidak lebih.

Namun semakin ia sangkal perasaan itu semakin mengendalikan dirinya, bahkan saat Shikamaru berusaha untuk membuang perasaan itu, semakin ia merasa menyukai Gaara. Semakin ia menolak, semakin Shikamaru sadar bahwa ia tak bisa menolak perasaan yang ada dalam dadanya, perasaan yang dengan lancang mengisi kekosongan hati Shikamaru.

Bahkan kini Shikamaru merasa ingin memiliki Gaara, memiliki Gaara seutuhnya.

Shikamaru cukup tau diri, ia tak bisa memiliki Gaara, sekeras apapun Shikamaru berusaha, ia tidak akan pernah bisa memiliki Gaara.

TBC...

Baby Doll🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang