Setelah makan siang itu, Naruto mengantar Sasuke kembali ke kampus, Sasuke masih memiliki kelas, dan lagi ia ingin berkumpul dengan teman-teman nya.
Naruto menghentikan laju mobilnya tepat didepan pintu masuk fakultas Sasuke, beberapa pasang mata menatap kagum mobil mewah itu, bahkan ada yang berdecak kagum.
"Aku akan menjemput mu." Ucap Naruto.
"Tak perlu, aku memiliki tugas kelompok bersama Gaara dan yang lain." Tolak Sasuke dengan melepas seat belt.
Naruto mengerutkan dahinya. Gaara? Siapa dia? Teman Sasuke kah? Mengapa Naruto tidak mengetahuinya?
Sasuke keluar dari dalam mobil itu, menutup pintu mobil itu sebelum ia melambaikan tangan dan pergi begitu saja.
Di ujung sana Gaara sudah menunggu, Naruto melihat betapa dekatnya mereka, bahkan dengan ringan pemuda bersurai merah itu merangkul bahu Sasuke.
Dan Sungguh! Naruto tidak menyukainya!
...
Sasuke, Gaara, Ino dan Sakura meregangkan otot mereka. Lelah. Itu yang mereka rasakan, duduk dengan mata yang terfokus pada buku tebal diatas meja, sungguh melelahkan.
Gaara melihat jam yang menghias tangan mungilnya, jam yang menunjukkan pukul 5 sore, entah sudah berapa lama mereka duduk disana.
"Aku harus pulang. Aku tidak ingin membuat Aniki ku marah." Ucap Gaara dengan merapikan buku-buku itu.
"Alasan." Ucap Ino.
"Kau tidak tau betapa galaknya Aniki ku, Ino." Sahut Gaara dengan bangkit berdiri.
"Aniki mu terlalu posesif." Kini Sakura yang mengeluarkan suara.
"Dia peduli padaku, Saku."
"Kau sudah dewasa dan bisa menjaga dirimu sendiri, Gaara." Sahut Sakura.
"Aku juga harus pergi, Aniki ku juga sudah menelpon ku." Kini Sasuke yang mengeluarkan suara, tangannya memperlihatkan layar hpnya yang memperlihatkan nama Ita-Aniki disana.
Sakura maupun Ino menghela nafas, mereka, Gaara dan Sasuke memiliki aniki yang sama. Sama-sama posesif.
...
Sasuke memasuki cafe, Itachi menghubungi nya, meminta Sasuke untuk bertemu dengannya. Itachi sungguh merindukan adiknya, ia ingin memeluk Sasuke.
Mungkin tampak begitu berlebihan, namun ini pertama kalinya Sasuke pergi jauh darinya, pertama kali Sasuke meninggalkan rumah.
Sasuke mendudukkan diri saat mata onyx nya menemukan dimana Itachi berada.
"Ada apa, Aniki?" Tanya Sasuke.
"Aku merindukan mu." Sahut Itachi yang tentu membuat Sasuke merinding seketika. Itachi tidak sedang sakit, kan?
"Aku rasa kau harus pergi kerumah sakit." Sahut Sasuke.
Itachi menghela nafas, menatap Sasuke dengan malas, apa salah jika Itachi merindukan adiknya sendiri? Dan yah... Memang tidak seharusnya Itachi merindukan adik nya yang satu ini.
Sasuke mengangkat tangan untuk memanggil salah seorang pelayan, ia ingin memesan minum atau mungkin beberapa camilan.
Sasuke memesan jus tomat dengan cheese cake yang biasa ia pesan.
Setelah selesai dengan pesanan nya, Sasuke membuka suaranya, ia ingin menceritakan apa yang sudah terjadi selama ia tinggal bersama dengan Naruto, dan sungguh ia pun sedikit terkejut akan perilaku Naruto.
Sasuke menceritakan semuanya, menceritakan bagaimana Naruto memberinya kecupan ringan, bagaimana Naruto menjaganya, bagaimana Naruto bersikap terhadapnya.
"Apa menurutmu ia terlalu berlebihan? Maksud ku... Ia tau bahwa aku bukanlah Sasuko, tapi kenapa ia tetap memperlakukan ku layaknya seorang gadis?" Oceh Sasuke tak habis pikir.
"Mungkin ia sudah terbiasa memperlakukan mu seperti itu." Sahut Itachi.
"Atau! Ia benar-benar menyukai mu!" Lanjut Itachi terkejut dengan pemikiran nya sendiri.
"Tidak masuk akal." Gumam Sasuke.
Itachi hanya mengangkat bahu acuh. Namun ia percaya jika Naruto benar-benar menyukai adiknya, atau mungkin hanya sebuah alasan? Entahlah, Itachi tak ingin memikirkannya.
...
Sudah hampir satu Minggu Sasuke tinggal bersama dengan Naruto, dan entahlah, Sasuke hanya belum terbiasa akan perlakuan Naruto padanya.
Naruto selalu memperlakukan Sasuke seperti seorang gadis, dan lagi Naruto selalu memberi kecupan ringan sebelum pergi bekerja.
Tidak sampai disitu, Naruto selalu memeluk Sasuke saat hendak tidur, mengucapkan kata-kata manis yang entah mengapa setiap Sasuke mendengar itu ia ingin memuntahkan semua isi perutnya. Mereka sudah seperti pengantin baru, begitu manis tanpa pertengkaran.
Terkadang Sasuke berpikir, apa benar apa yang dikatakan Itachi? Bahwa Naruto memiliki rasa padanya? Bagaimana jika iya? Itu tak seharusnya terjadi, mereka berdua laki-laki dan Sasuke yakin jika Naruto tidak mungkin memiliki ketertarikan padanya, Sasuke meyakini jika Naruto masih menyukai seorang gadis. Naruto tidak akan mungkin menyukainya, bukan begitu?
“Suke?” Sasuke tersadar dari lamunannya saat suara Naruto menyapa telinganya.
“Kau belum berangkat?” Tanya Sasuke.
Naruto sempat terdiam sebelum ia menjawab. “Aku tidak pergi kekantor hari ini, aku sudah memberi tau mu kemarin malam, apa kau lupa?” ucapnya.
Naruto memang sudah mengatakan jika ia mengambil hari libur. Meski sebenarnya begitu banyak rapat serta dokumen-dokumen yang ia tinggalkan. Naruto menyesuaikan jadwalnya dengan jadwal kuliah Sasuke, ia ingin menghabiskan waktu bersama dengan sang tunangan, mengenal pemuda Uchiha itu lebih dari siapapun.
“Ah... Maaf...” balas Sasuke dengan suara yang pelan namun masih dapat didengar jelas oleh Naruto.
Naruto mengukir senyum, menggemaskan. Sasuke begitu menggemaskan dimatanya.
“Kau ingin sarapan apa? Biar aku pesan kan.” Naruto mengeluarkan hpnya, mengutak-utik benda pilih itu.
“Boleh aku bertanya?” tanya Sasuke.
“Mengapa kau sering sekali memesan makanan cepat saji? Maksud ku... Bukankah lebih hemat jika membuat makanan sendiri?” Lanjut Sasuke.
Selama Sasuke tinggal dengannya, Sasuke tidak pernah melihat kompor, panci dan dapur dipergunakan oleh Naruto, Naruto hanya memesan makanan cepat saji yang tentu harganya tidaklah murah. Sasuke sudah terbiasa hidup dalam kesederhanaan, dan melihat betapa borosnya Naruto membuat Sasuke sedikit pusing. Tidak bisakah ia menggunakan uang dengan baik dan benar?
“Aku tidak tau cara memasak dan aku tidak ingin memasak, itu merepotkan.” Sahut Naruto kembali fokus pada layar hp yang menampilkan beragam menu makanan cepat saji.
“Yah... Keluarga Uzumaki memang tau caranya menghambur-hamburkan uang.” celoteh Sasuke sedikit kesal.
Naruto melirik Sasuke sebelum menyimpan hp nya. Ia bukan menghamburkan uang atau semacamnya, ia hanya ingin menghemat waktu dan tenaganya saja, Naruto tidak perlu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan.
“Aku tidak menghamburkan uang atau semacamnya, Suke. Aku hanya--”
“Terserah kau saja.” Sasuke bangkit, tak ingin berdebat dengan Naruto tentang hal sepele yang mampu membuat mood paginya rusak. Ia terlalu malas menanggapi perkataan Naruto yang hanya ingin membenarkan diri sendiri. Hah~ memang sepertinya Sasuke tidak bisa hidup bersama dengan Naruto. Ia terlalu boros.
“Suke? Kau marah?” Ucap Naruto yang tak mendapat respon yang berarti dari pemuda Uchiha itu.
Apa Sasuke benar-benar marah? Hanya Karna makanan cepat saji? Oh! Yang benar saja!
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Doll🔚
RomanceSiapa yang sangka kematian Sasuko menjadi bencana tersendiri bagi Sasuke? Karna perjodohan konyol itu, Sasuke dipaksa untuk berpura-pura menjadi Sasuko, ia tak bisa menolak karena ia tau jika ia menolak keluarganya tidak akan selamat. Ia tau betul b...