Seonggok manusia paling menyebalkan yang pernah Aldo kenal seumur hidupnya adalah Nathan---si tuan muda Lim anti sosial.
Ia dan ibunya tinggal di apartemen minimalis mewah milik Nathan. Memang jarang sekali berinteraksi dengan Nathan karena koridor untuk asisten rumah tangga dan rumah utama dipisah oleh sekat dan pintu. Bahkan pintu keluar masuk apartemen untuk asisten rumah tangga menuju lift pun berbeda dengan pintu utama yang biasa dipakai Nathan.
Ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga di apartemen Nathan semenjak ia berumur 8 tahun---sudah belasan tahun dan Nathan cukup dekat dengan ibunya.
"Lo nguping?" Sinis Nathan. Aldo menghela napas, menatap Nathan kasihan. Mereka tidak sengaja berpapasan di pintu asisten rumah tangga dan pintu utama lalu masuk lift secara bersamaan.
Kebetulan. Diulangi. Ke-be-tu-lan.
"Koko lo kalau ngomong kenceng banget. Gue gak budek," tukas Aldo, ia berdiri cukup jauh dari Nathan. Hanya ada mereka berdua di dalam lift. "Gak usah dipikirin. Percuma lo tangisin. Apalagi lo udah pisah lama---"
Mata Nathan terpejam sesaat, ia menyela cepat. "Denger. Gue gak minta dikasih petuah sama lo."
"Lagian. Nangis dari mana. Kuping lo benerin dulu. Gak usah sok asik sama gue meskipun lo udah tinggal lama di rumah gue."
Aldo mengernyit, sontak menoleh pada Nathan. Demi Tuhan, ia dengar dari telinganya sendiri. Sangat jelas Nathan menangis di kamar mandi saat ia akan mengantarkan teh hangat pada ruang tamu. Sebab suara isaknya menggema dari balik pintu.
Mengabaikan fakta tersebut, Aldo malah menyangkal hal lain, "eh, gue gak sok asik---"
"Do, gue bayar lo sama emak lo di rumah gue bukan buat ngurusin urusan keluarga gue." Nathan menoleh pada Aldo sambil memakai hoodie jaketnya. "Gue juga gak butuh dikasihani, benerin pandangan lo ke gue."
"Nat, gue---"
"Lo yang butuh dikasihani. Kalau lo paham bahasa inggris, mind your own bussiness," potong Nathan.
Boom. Rasanya Aldo ingin meninju Nathan sekarang juga. Sayang sekali, tidak bisa. Tangan Aldo terkepal. Bunyi lift menggema. Pintunya perlahan terbuka.
"Gue ngerti lo kaya raya, tapi gak usah belagu gitu, Bangsat."
Nathan yang hendak melangkah keluar, mendadak membeku sesaat. Melirik Aldo sekilas lalu tersenyum remeh. Kakinya melangkah keluar lift tanpa membalas ucapan Nathan.
Pintu lift kembali tertutup. Aldo melongo tidak percaya kemudian menghela napas kasar. Memaki Nathan dalam hati. <>