Chapter 5

466 46 0
                                    


Shiho sudah memesan hotel sejak masih di Jepang. Karena sekarang ada tambahan Ran, berarti ia akan sekamar berdua dengan Ran. Begitu sampai di bandara Heathrow, Shiho yang memiliki bahasa Inggris aksen British yang fasih memesankan taksi. Mereka bertiga akhirnya naik taksi dan berhenti di Central Park Hotel.

Shinichi membayar ongkosnya sebelum turun dari taksi. Namun taksi tersebut bukannya langsung pergi malah membuka jendela otomatisnya dan memanggil Shinichi.

"Sir," panggil sopir taksi.

"Eh?" Shinichi melongok ke jendela, mengira ada barang yang tertinggal.

"Tomorrow 9 pm, Hyde Park," kata si sopir taksi.

"Eh? What do you mean?"

Tapi taksi telah melesat pergi tanpa penjelasan.

"Ada apa Shinichi?" tanya Ran.

"Tidak apa-apa," kata Shinichi. Ia memutuskan lebih baik check in dulu sebelum membahasnya bersama Shiho.

***

Hyde Park adalah salah satu taman terbesar yang berada di pusat kota London. Taman ini didirikan pada tahun 1637 dan mempunyai luas sebesar 142 hektar.

Taman ini mempunyai lebih dari 4000 pohon, sebuah danau besar, padang rumput, serta berbagai bunga hias yang sangat indah. Di taman ini juga, para pengunjung dapat berenang, bermain skateboard dan bersepeda.

Dalam keadaan biasa, mungkin Shinichi akan mengagumi taman ini yang mempunyai restoran di tepi danau yang menghidangkan berbagai macam makanan. Tapi berhubung sedang menghadapi kasus yang cukup rumit, ia tidak dapat menikmatinya.

Jam 9 malam di Hyde Park masih cukup ramai dengan orang-orang yang bermain skateboard ataupun berkencan. Shinichi, Shiho dan Ran berbaur layaknya turis normal ketika berjalan-jalan di sana seraya memicingkan mata, bersiaga akan sosok yang bernama Alex Ryder.

Kemudian ada seseorang yang mengenakan jaket sport hitam, masker dan topi kupluk untuk menutupi rambut pirangnya, berjalan ke arah Shinichi, Shiho dan Ran.

"Itukah orangnya?" gumam Shiho.

"Entahlah,"

Pria itu melongok kiri-kanan dengan waspada seraya mendekati mereka. Namun kemudian pria itu terhenyak saat melihat sosok-sosok di belakang Shinichi, Shiho dan Ran. Pria berjaket sport itu terlihat ketakutan dan mulai kabur. Shinichi menoleh dan melihat beberapa orang yang tadinya bermain skateboard mulai mengejar pria yang berlari. Rencana transaksi mereka ketahuan.

"Sial!" umpat Shinichi.

"Kau dan Shiho kejar saja, aku yang akan menahan mereka," Ran mulai memasang kuda-kuda karate.

"Eh, tolong. Ayo Shiho!" Shinichi mengajak Shiho berlari mengejar pria berjaket sport yang diduga adalah Alex Ryder.

Shinichi tak mengerti bagaimana, mendadak saja jadi banyak komplotan yang mengejar. Rupanya mereka telah bersembunyi dengan baik. Shinichi merasa terdesak, London ini bukanlah kota yang familiar untuknya.

"Aku akan mengalihkan perhatian mereka, kau kejar saja Alex," kata Shinichi kepada Shiho.

Shinichi pun mengarahkan komplotan itu kepada dirinya.

Shiho terus berlari entah sudah berapa lama. Mungkin kira-kira sekitar setengah jam. Ia sampai pada pertokoan di sekitar Sungai Thames. Shiho membungkuk memegang lututnya untuk mengatur napas. Ia tak dapat menemukan sosok Alex di mana-mana, apalagi dalam kondisi segelap ini. Ia juga tidak tahu bagaimana kondisi Shinichi dan Ran. Ketika ia mengeluarkan handphonenya untuk menghubungi Shinichi, mendadak ia ditarik oleh seseorang ke sebuah gang.

"Arggh!" Shiho memekik, namun seketika mulutnya dibekap oleh tangan seseorang.

"Sshhh!" pria itu mendesis, pria berjaket sport yang dilihat Shiho di Hyde Park tadi.

Shiho terkesiap.

"Kau bisa tenang?" tanya Alex dengan bahasa Inggris kental aksen British.

Shiho mengangguk.

Alex pun melepaskannya.

"Kau Alex Ryder?" tanya Shiho.

"Benar, kau orang Shinichi?"

"Ya, aku partnernya,"

Alex memandang sekeliling dengan gelisah, "aku tak bisa lama-lama," kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya dan menjejalkannya ke tangan Shiho. Sebuah USB.

"Ini..."

"Berikan itu pada Kudo Shinichi. Yang dia perlukan untuk membekuk Isamu Hamilton di Jepang. Jangan sampai mereka mendapatkannya,"

"Mereka yang kau maksud adalah GodFather?"

"Benar,"

Terdengar suara derap kaki dari kejauhan.

"Aku harus pergi!" Alex yang ketakutan menghilang di balik gang-gang yang gelap. Ia lebih familiar dengan lokasi itu. Sementara Shiho ditinggalkan seorang diri.

Shiho melongok kanan-kiri sebelum mengendap-endap keluar dari gang. USB itu sudah disimpannya di saku mantel bagian dalam. Jantungnya berdegup kencang karena ia luar biasa gugup. Namun mendadak langkah Shiho tertahan. Di depannya sudah menghadang beberapa anak buah GodFather.

"Serahkan data itu," kata salah satu dari mereka.

"Apa maksudmu?" Shiho pura-pura tak mengerti.

"Tak usah belagak bodoh, kami tahu Alex sudah memberikan data itu padamu,"

"Apa?"

Shiho menegang ketika mereka menunjukkan telah berhasil menangkap Alex. Pria itu sudah babak belur bersimbah darah.

"Cepat berikan!" mereka mendesak Shiho.

Alex Ryder menatap Shiho seraya menggeleng pelan, "jangan..."

"Sial kau!" mereka menusuk Alex dengan belati, tepat ke jantungnya.

Shiho bergidik ngeri, tanpa pikir panjang ia berbalik dan lari secepat ia bisa. Komplotan itu mengejarnya.

"Kita kehilangan dia!"

"Kita berpencar! Cari semua lorong!"

Mereka pun berpencar ke sana kemari. Sampai akhirnya mereka membeku ketika melihat permukaan Sungai Thames.

"Itu, bukankah itu mantel milik wanita yang kita kejar?"

"Sial! Sepertinya dia melompat saking putus asanya,"

"Kita cari tubuhnya?!"

"Bagaimana caranya? Malam-malam begini?!"

"Lalu?"

"Cih! Sialan! Kita pergi dari sini!"

Mereka pun akhirnya pergi dari tempat itu.

Shiho yang mulutnya sedang dibekap oleh seseorang di suatu tempat akhirnya dapat bernapas lega. Tak dinyana ada seorang penolong di saat yang tidak terduga.

"Terima kasih Hakuba-Kun," kata Shiho.

"Eh, tapi maaf kau jadi kedinginan ya," Hakuba melepas jasnya dan memakaikannya kepada Shiho.

"Arigatou. Untung saja terpikir olehmu cara seperti itu,"

"Tentu saja, kau masih memegang USB nya kan?"

"Eh," Shiho menunjukkan USB itu padanya.

Hakuba tersenyum penuh kemenangan, "bagus sekali,"

"Aku harus menghubungi Kudo-Kun,"

"Tidak! Jangan sekarang,"

"Eh? Tapi..."

"Sebaiknya kau ikut dulu denganku, orang-orangku tidak jauh dari sini,"

"Demo..."

"Percayalah padaku Miyano-San,"

"Ok,"

Hakuba Saguru membimbing Shiho menuju mobilnya. 

The Best Partner EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang