Chapter 13

387 41 1
                                    


Shinichi dan Ran sudah menunggu di ruang rapat tersebut, salah satu hotel bintang lima di London, The Langham. Mereka ke sana atas permintaan Hakuba. Mereka telah menanti kira-kira setengah jam sebelum Hakuba muncul.

"Kudo-Kun, Ran-San," sapa Hakuba.

"Hakuba-Kun. Ada apa kau ingin bertemu denganku?" tanya Shinichi tanpa basa-basi.

"Karena ada seseorang yang ingin bertemu denganmu,"

"Eh?" Shinichi bingung.

Hakuba membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan Shiho masuk. Shinichi dan Ran langsung tercengang.

"Shiho-Chan!" pekik Ran kaget.

"S-Shiho..." Shinichi terbata memanggilnya.

"Ku-Kudo-Kun..." panggil Shiho takut-takut.

Tanpa pikir panjang, Shinichi langsung meraih Shiho dalam dekapannya. Memeluknya begitu erat seraya berlinangan air mata. Hakuba mengalihkan wajahnya.

"Ini benar Shiho? Kau masih hidup?" gumam Shinichi.

"Eh, gomene... telah membuatmu khawatir," gumam Shiho.

Shinichi melepasnya seraya menangkup wajah Shiho, "kau baik-baik saja? Tidak terluka?"

"Aku baik-baik saja," Shiho menenangkannya.

"Shiho-Chan..." panggil Ran menghampirinya.

"Ran-San..." Shiho menyambut pelukan dari Ran.

"Senang kau masih hidup," isak Ran.

"Aku benar-benar minta maaf," bisik Shiho.

"Ada apa sebenarnya?" tuntut Shinichi pada Hakuba.

"Aku yang salah, aku minta maaf. Ini semua rencanaku," kata Hakuba penuh penyesalan, "saat aku menyelamatkan Shiho dari kejaran GodFather, aku tahu nyawanya dalam bahaya, karena ia telah mendapatkan data dari Alex Ryder,"

Shinichi mulai mengerti, "jadi kau menciptakan keadaan seolah Shiho sudah tenggelam di Sungai Thames dengan membuang mantelnya?"

"Benar sekali,"

"Kenapa kau tidak memberitahuku? Kau mengerti bagaimana frustasinya aku waktu mendengar Shiho dikabarkan tewas!" suara Shinichi mulai meninggi.

"Aku benar-benar minta maaf," kata Hakuba lagi, "tapi, untuk menipu musuh, kawan sendiri juga harus ikut ditipu. Shiho tidak bersalah dalam hal ini, akulah yang memaksanya. Kalau kau ingin marah, silahkan marah padaku,"

"Jadi yang menerjemahkan data program itu..." gumam Ran.

"Adalah Shiho," Hakuba melengkapi.

"Aku baik-baik saja Kudo-Kun, jangan menyalahkan Hakuba-Kun," pinta Shiho.

Shinichi menghela napas berusaha sabar, "yah... sebagai detektif, aku bisa mengerti. Mungkin aku akan melakukan hal yang sama bila jadi dirimu. Aku takkan mempermasalahkannya lagi. Terima kasih sudah melindungi partnerku, Hakuba-Kun,"

"Dengan senang hati Kudo-Kun,"

Mendadak ruangan itu gelap. Semua lampu padam, Ran sudah bolak balik menekan stop kontak tapi tidak ada yang terjadi. Shinichi membuka pintu untuk melongokkan kepalanya. Koridor hotel gelap dan kosong.

"Apa telah terjadi pemadaman listrik?" Ran bertanya-tanya.

Hakuba melongok melalui gorden jendela dan melihat kelap-kelip cahaya di hadapannya, "sepertinya tidak, karena di luar sana listrik masih menyala,"

Mereka semua mendadak waspada.

"Perasaanku tidak enak," gumam Shinichi tajam.

"Orang-orangku ada di bawah, aku akan menghubungi mereka untuk menjemput kita dan mengawal kalian ke bandara," kata Hakuba seraya mengeluarkan handphonenya.

Duar! Mendadak terjadi guncangan itu.

Mereka semua terkejut.

"Bom?" wajah Ran memucat.

"Sial! Mungkin mereka mengetahui pertemuan kita," umpat Hakuba.

"Tak ada waktu lagi! Kita harus pergi sekarang sebelum ledakan susulan!" kata Shinichi.

Hakuba dan Shinichi menyiapkan pistol mereka masing-masing sebelum keluar dari pintu. Hakuba berjaga di depan, Shinichi di belakang sementara dua wanita diapit di antara mereka. Koridor tempat mereka melangkah gelap dan sunyi. Hanya samar-samar terdengar teriakan kepanikan dari lantai bawah.

Duar! Sebuah tembakan melesat nyaris mengenai Shinichi. Terjadilah baku tembak.

"Kau duluan Hakuba, bawa yang lain," kata Shinichi seraya masih adu tembak.

"Ayo Shiho! Ran-San!" Hakuba membimbing mereka.

Dengan berat hati, Shiho dan Ran mengikuti Hakuba meninggalkan Shinichi.

Tiba-tiba ada sosok hitam mau menyergap Shiho, Ran refleks menghalanginya dengan tendangan karatenya. Datang tiga orang lagi. Hakuba menembak dua, sementara satunya dihajar oleh Ran.

"Hakuba-San!" terdengar suara Mark memanggil.

"Mark!" Hakuba balas memanggil.

"Gedung ini sudah dikepung bawahan GodFather," kata Mark.

"Amankan Shiho dan Ran-San dulu ke mobil, Kudo-Kun masih tertinggal di belakang,"

Mark menekan earphonenya, "kau dengar itu Louis?"

"Dengar. Aku sedang menuju ke tempat Tuan Kudo," sahut Louis di seberang sana.

"Ayo Hakuba-San," Mark mengawal mereka semua.

Duar! Duar! Terdapat dua ledakan bom lagi. Mereka semua mempercepat langkah mereka.

Hup! Mendadak ada yang mencengkram pergelangan kaki Shiho. Shiho jatuh dan ketinggalan. Salah satu suruhan GodFather menjulang di atasnya. Shiho menutup mata dengan ngeri.

Duar! Hakuba menembak sosok itu tepat di bahu kiri si penyergap hingga jatuh ke lantai. Mata Hakuba bersinar tajam menampakkan kemurkaan ketika melihat Shiho disakiti.

Hakuba menghampiri Shiho dan membantunya berdiri, tatapannya kembali lembut ketika menanyai Shiho, "kau baik-baik saja?"

"E-Eh," Shiho mengangguk canggung.

Sikap Hakuba itu membuat Ran mengerti. Hakuba menyukai Shiho.

Duar! Ledakan susulan.

Gedung berguncang hebat. Tiang-tiang mulai roboh.

"Awas Hakuba-San!" teriak Mark.

"Shiho!" teriak Ran.

Salah satu tiang fondasi hotel miring ke arah Shiho dan Hakuba. Refleks Hakuba mendorong Shiho menjauh. Shiho terhuyung dan ditangkap oleh Ran. Sementara tiang itu menimpa kaki Hakuba dan detektif London itu langsung tidak sadarkan diri. Shiho terguncang.

"Hakuba-Kun!" pekik Shiho.

Terdengar suara sirine dari Scotland Yard. Mereka mengepung masuk untuk menyelamatkan orang-orang dari dalam hotel dan menangkap para penyusup.

"Hakuba-Kun!" isak Shiho yang tidak ingin dievakuasi sebelum Hakuba diselamatkan dari reruntuhan.

Hakuba tak dapat membuka matanya walau samar-samar ia mendengar suara Shiho memanggil-manggil namanya. Kemudian lambat laun suara itu menghilang seiring dengan kesadarannya yang menurun.

The Best Partner EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang