VI. Momen berharga

620 67 0
                                    

Lan Wangji turun dari mobilnya, menegakkan badannya kemudian berbalik dan menatap gedung besar berwarna hitam polos dihadapannya.

Setelah beberapa saat, ia melangkah kearah pintu masuk gedung tersebut, membuka pintu dan celingak celinguk melihat sekitar.

Semuanya telah berubah. Batinnya kemudian menaiki tangga yang berada diujung.

Menginjak undangan tangga terakhir, Lan Wangji kembali mengangkat kepalanya lalu kembali melihat-lihat kesekitar.

Lan Wangji menghentikan langkahnya, ia memijat pangkal hidungnya. Sadar, Lan Wangji, kau kesini untuk mencari istrimu!

Lan Wangji kembali membuka kedua matanya, setelah beberapa saat berputar-putar ditempat yang sama, langkahnya terhenti begitu matanya menemukan sebuah pintu.

Lan Wangji menghampiri pintu besar tersebut, menatap cukup lama dari atas hingga bawah kemudian membukanya.

Set.

"Tunjukkan dirimu, kau penyusup!"

"......"

Lan Wangji terdiam begitu ada beberapa orang yang menutupi jalannya tepat begitu ia membuka pintu tersebut, ditambah dengan empat pria yang tengah mengarahkan pisau tajam kearah lehernya.

Lan Wangji tidak menjawab, ia hanya mengangkat kepalanya dan melihat-lihat ruangan tersebut, begitu banyak barang antik dan beberapa senjata tajam.

"Kau! Kau tidak mendengarkanku?!" Salah satu dari empat orang yang tengah menodongkan pisau berteriak kesal, kemudian berencana untuk menusuk leher sang empu.

Namun, sebelum ia melakukan aksinya terlebih dahulu sebuah peluru melubangi tepat didada kirinya dimana jantungnya berada.

Lan Wangji terdiam, melirik tubuh yang telah berlumuran darah yang tengah tersungkur dibawah kakinya, ia menendang kepala orang tersebut.

"Siapa?!-" Teriak salah satu dari mereka menoleh ke arah sosok yang menembak ke arah mayat tersebut.

Lan Wangji ikut menoleh, ia kembali menggeram begitu melihat siapa sosok tersebut.

"Wei Ying." Lan Wangji mengangkat suaranya dengan nada rendah.

"Beraninya kalian mengarahkan pisau itu kearah suamiku."

Dor! Dor! Dor!

Tiga tembakkan Wei Wuxian layangkan pada ketiga orang tersisa yang tadinya masih menodongkan pisau tersebut kearah Lan Wangji.

Wei Wuxian menurunkan tangannya kembali, kemudian menoleh dan menghampiri Lan Wangji.

"Apa yang kau lakukan disini? Menjemputku?" Wei Wuxian tersenyum tipis dengan mata mengantuknya.

Lan Wangji mendengus, ia melingkarkan tangannya pada pinggang Wei Wuxian kemudian menariknya, menyisakan beberapa inci saja dari jarak wajah keduanya.

"Apa yang kau lakukan disini, Nyonya Lan kedua?" Tanya Lan Wangji menatap tajam sang empu.

Wei Wuxian masih tersenyum, ia mengusap pipi Lan Wangji namun langsung ditangkap oleh suaminya tersebut.

"Mencari hiburan." Balas Wei Wuxian.

"Apa harus disini? Kau memilikiku."

Mendengar ucapan Lan Wangji, Wei Wuxian langsung memalingkan wajahnya menatap sekitar.

"..apa apaan ekspresimu itu? Apa aku begitu membosankan bagimu?" Lan Wangji semakin mendekatkan wajahnya dan sang empu, ia mengeratkan rahangnya kesal.

"Mm." Gumam Wei Wuxian yang membuat emosi Lan Wangji kembali meluap.

Aporia  [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang