II. Misi

440 41 4
                                    

"Wangji, apa aku tidak menyusahkanmu?"

Lan Wangji menggeleng. "Tidak, kita satu tujuan."

Lan Xichen tersenyum lega, setelah itu Lan Wangji kembali melajukan dan menambah kecepatan mobilnya begitu lampu hijau keluar.

Disetiap perjalanan, agar tidak merasa canggung Lan Xichen terus berbasa basi dengan sang adik, seperti menanyakan kabar dan hal lainnya ketika berada disana.

Dan kemudian, baru saja Lan Xichen akan melemparkan pertanyaan tentang jika dirinya telah menemukan pasangan hidupnya atau belum.

Namun, terlebih dahulu keduanya sampai dilokasi.

Keduanya turun dari mobil. Lan Wangji mengangkat kepalanya, menatap gedung hitam tinggi yang kemarin ia kunjungi untuk mencari Wei Wuxian, seperti sekarang.

Lan Wangji melangkah masuk kedalam terlebih dahulu, diikuti oleh Lan Xichen di belakangnya.

Lan Wangji celingak-celinguk mencari seseorang, sedangkan Lan Xichen dari belakang hanya memandanginya bingung.

"Butuh bantuan?" Tanya Lan Xichen berjalan kesampingnya.

"Tidak perlu, Xiongzhang. Aku bisa mencari rubah kecil itu sendiri." Jawab Lan Wangji kemudian melengos begitu saja entah kemana.

"......" Sejak kapan Wangji memelihara rubah? Lan Xichen terdiam sesaat mendengar jawabannya tersebut, sebelum kembali melangkah untuk menyusul sang adik.

Langkah Lan Xichen terhenti begitu ia mendapati sebuah pintu yang terbuka lebar, ia menoleh dan berjalan masuk kedalamnya.

Kagumnya begitu melihat begitu banyak senjata yang terlihat sangat bersih tanpa noda sekalipun, Lan Xichen semakin mendekat agar bisa melihat dengan jelas.

Sebelah tangannya menangkap sebuah pistol yang digantung pada dinding tersebut. "Pistol revolver." Gumamnya.

Kembali Lan Xichen menaruh pistol yang terkenal mematikan itu ketika mendengar beberapa teriakan dari seseorang didekatnya tersebut.

Lan Xichen mendekat ke arah suara, melihat sebuah tempat yang tidak berpintu, ia mengeceknya dengan mengeluarkan kepalanya sedikit.

Lan Xichen berkedip bingung, mendapati adiknya yang terlihat tengah berbincang ria dengan Luo Binghe dan seseorang yang tidak asing.

Lan Xichen menegakkan badannya kembali, kemudian melangkah melewati tempat tidak berpintu itu.

Perhatian Luo Binghe teralihkan, ia menoleh dan menatap Lan Xichen. "Xichen?"

Keduanya yang berada disamping Luo Binghe turut menoleh.

Nie Mingjue yang tepat berdiri disamping Lan Wangji tersenyum. "Xichen, lama tidak bertemu!" Ia berjalan kecil kemudian memeluk Lan Xichen erat.

Keduanya adalah teman baik semasa sekolah dulu, sayangnya mereka berpisah ketika Nie Mingjue diwajibkan untuk pindah ke negara B untuk ikut militer.

Lan Xichen balas memeluknya, ia tersenyum. "Bagaimana kabarmu? Kau terlihat kurusan."

"......" Kedua Alpha yang tengah berdiri bersampingan itu saling bertatapan. Kurusan katanya?

Lan Wangji tidak tahu, mata kakaknya ini yang sudah mulai me rabun atau ia yang salah mendengar.

"Hahaha! Harusnya itu pertanyaanku, Xichen!" Seru Nie Mingjue melepas pelukannya.

Lan Xichen mengangkat sebelah alisnya, masih dengan senyuman bak Budhanya yang terukir dibibir. "Benarka-"

"AHHH, LAN ZHAN!"

Perhatian keempat Alpha Dominan tersebut teralihkan begitu mendengar sebuah teriakan yang sangat membuat telinga sakit tersebut.

Aporia  [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang