じゅうご

697 68 9
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.



Seluruh acara yang seharusnya menjadi tempat bagi mereka untuk bersenang senang , kini hanya meninggalkan kenangan yang menyakitkan. 

Pasalnya, Ice dan Halilintar yang memang disana dengan tujuan mencari hiburan dan membuat memori menyenangkan, tiba-tiba saja mendapat berita tak mengenakan dari cikgu Kaizo. Bukan hanya dua orang itu, namun juga seisi kelas mendengarkan berita yang hampir membuat Ice dan Halilintar pingsan ditempat. 

Kepala sekolah mengundurkan diri dari jabatannya , dan Solar Light pun memutuskan untuk pindah sekolah dan pergi bersama sang ayah ke Eropa untuk menetap disana.

Kondisi Ice langsung drop, dan pihak sekolah segera memanggil ambulans yang membawa Ice kembali ke rumah sakit. Sedangkan Halilintar, ia tinggal disana dengan tiga orang temannya yang kini memeluknya. 

Halilintar seakan masih tak percaya, tangannya gemetaran hebat saat mengambil ponsel dari sakunya. Ia menekan nomor Solar dan melakukan panggilan. Namun berapa banyakpun ia melakukan panggilan itu, tidak ada apapun yang meresponnya. Lebih tepatnya.. tidak ada suara dari seberang yang menandakan ponsel Solar tidak aktif. 

Ia tak menyerah, ia juga mengutak atik pesannya dengan Solar walaupun ia sadar bahwa Solar tidak membalas maupun mengirim pesan padanya lebih dari seminggu. Namun ia tetap berusaha mengirimi Solar pesan, banyak sekali..hingga menyerupai Spam. 

Tapi ia tak peduli , di hatinya masih ada setitik harapan bahwa Solar akan kembali padanya. Walaupun hanya sedikit.. pasti..

Tiga temannya berusaha menghentikannya yang nyaris seperti orang gila, mengetikan pesan demi pesan pada seseorang yang jelas jelas tak akan membalasnya, pada seseorang yang jelas jelas tidak diketahui keberadaannya saat ini. 

Halilintar terjatuh, berlutut pada lantai kelas yang dingin. Ia menangis hebat disana, terisak dan sesunggukan. Sesak di dadanya ia biarkan menyeruak keluar ditengah suasana kelas yang dingin dan nyaris tanpa suara kecuali suara tangisan miliknya. 

Seluruh murid yang mendengar itu terkejut dengan caranya sendiri, namun tentu saja berbeda rasanya dengan yang dirasakan Halilintar.

Semua orang tau bagaimana spesialnya hubungan diantara ketiga orang itu , bagaimana mereka selalu melengkapi satu sama lain. 

Trio Troublemaker hari ini pun berbeda. Dimana mereka selalu membuat ulah tanpa kenal waktu, kini yang mereka lakukan hanyalah mematung di belakang sahabatnya dengan wajah yang tak bisa dijelaskan. 

Thorn, yang berada paling dekat dengan Halilintar pun memutuskan untuk memeluk tubuh Halilintar yang berlutut di lantai, kemudian menangis bersama. 

Melihat kedua temannya itu, Taufan dan Blaze tidak sanggup memendung kesedihannya lebih dalam. Tangis pilu Halilintar seakan membuat mereka ikut merasakan kesedihan dari sahabatnya. Mereka pun ikut memeluk Halilintar dan menangis bersamanya. 

Tak bisa mengatakan 'jangan cengeng.. pacarmu pasti gak suka deh kalau kamu nangis kayak gini- jelek tau..' seperti biasanya. Ketiga orang itu paham sesayang apa ia terhadap sosok pacarnya itu , hingga sesak di dadanya ia luapkan sesakit ini. 

Demi Tuhan, ia tak pernah menyangka akan kehilangan Solar seperti ini. Jika ini takdir Tuhan, sekali ini saja..ia ingin menolaknya. Ia sangat mencintainya..

ꜰɪʀꜱᴛ ꜱɴᴏᴡꜰʟᴀᴋᴇ (Ice x Halilintar x Solar) [END ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang