Tiga hari berlalu sudah sejak kepergian Solar.
Pagi ini, Ice akhirnya diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit. Bukan tanpa alasan, karena menurut dokter akan lebih baik jika Ice mendapat perawatan dari rumah untuk beberapa waktu sebelum dijalankannya operasi donor sumsum tulang belakang yang akan dijalaninya tak lama lagi.
Ice diantar pulang oleh ibunya, namun yang berbeda..kali ini tidak ada Halilintar yang menemaninya. Ia tau, Halilintar bukannya tidak mau, namun dia tidak bisa. Keadaan mentalnya masih belum stabil sejak hari itu dan ia tidak ingin sahabatnya memaksakan diri.
Ice sendiri masih tidak jauh berbeda. Kesedihan di hatinya masih mendominasi saat ini, rasa sakit hati akan kehilangan saudaranya itu seakan tidak bisa hilang maupun memudar begitu saja. Meskipun mau tak mau ia harus menerima fakta bahwa saudaranya itu benar benar pergi ditelan bumi.
Tidak akan ada lagi sosok narsis yang akan membuat lawakan-lawakan lucu, yang menyemangatinya di kala lelah dan sakit, yang akan memperebutkan sosok petir merah bersamanya. Semuanya hilang begitu saja tanpa bekas.
Setibanya ia dirumah, Ice langsung masuk ke kamarnya untuk beristirahat.
Ia menatap nanar berbagai obat-obatan yang jumlahnya tak sedikit itu terletak di meja belajarnya. Merasa kesal dengan dirinya sendiri yang selemah itu hingga harus mengandalkan perawatan dan obat-obatan untuk bertahan hidup.
Merebahkan kepalanya di kasur, Ice menatap langit langit putih. Kemudian tangannya meraih ponsel yang ada di sakunya. Begitu ia menyalakan layar, ia tersenyum melihat gambarnya dan Solar yang sengaja ia atur menjadi wallpaper.
Wajahnya yang mirip dengan Solar membuatnya tertegun. Bagaimana ia bisa tidak sadar selama ini..
"hoi Ice! selfie yok!"
"apaan?? ngga ah- selfie aja sono berdua!"
"ehh yang ada kalian berdua! yang saudara kan kalian!"
"bener tuh Ice! ayo sini sini!"
"ihhh kagaa ah! mukaku pucet loh ini, kamu mau dikira selfie sama hantu??"
"heleh- hantu apa?? udah pokoknya ayo ambil gambar!"
Ckrek!
Sebuah selfie pun diambil. Saat mereka melihat hasilnya, senyum kedua saudara itu mengembang melihat gambar yang sebenarnya tak buruk itu. Malahan senyum keduanya nampak berseri dan membuat mereka terlihat semakin mirip satu sama lain.
"Ice! mana hp mu??"
"napa?"
"pinjem!"
Ice hanya mengeryit heran namun sedetik kemudian ia menyerahkan ponselnya pada Solar. Solar terlihat mengutak atik ponsel Ice bersamaan dengan miliknya kemudian ia menunjukannya pada Ice.
"tadaa!"
Ice membelalak "kenapa kau ubah wallpaperku heh??"
Solar terkekeh "yaa biar lucu lah! sekarang kita punya wallpaper yang sama!"
"dihh amit amit samaan sama kamu! pergi pergi hush!" geram Ice sembari berusaha mengambil ponselnya kembali, namun Solar tergelak melihat wajah Ice yang dianggapnya lucu itu.
"nggak! aku gak akan pergi! aku akan selamanya disini dan menggentayangimuu huhuhu"
Ice kini sadar, bahwa Solar tidak menepati janjinya saat itu. Pada kenyataannya ia pergi, tidak ada lagi bayang bayang saudaranya itu di hari-harinya yang tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ꜰɪʀꜱᴛ ꜱɴᴏᴡꜰʟᴀᴋᴇ (Ice x Halilintar x Solar) [END ✔]
Romance"apakah harus ada alasan untuk merindukan seseorang?" ❄❄❄ A winter story Ship : Ice x Halilintar x Solar Project by Limerence Project Cover by : @chisunatsu A story inspired by Winter Sonata Boboiboy hanya milik Monsta!