Cr. @boboiboygelap
"Kepingan salju pertama di musim dingin, akankah aku melihatnya bersamamu lagi?"
❄❄❄
Tak pernah sekalipun terlintas di benak Halilintar bahwa ia akan mendapat karma dari sifat egoisnya itu.
Bukan hanya satu, kini Halilintar benar benar kehilangan dua orang yang telah menjadi bagian hidupnya.
Sahabat yang telah bersahabat lebih dari 7 tahun konon katanya akan menjadi sahabat selamanya.
Kenyataannya, persahabatannya dengan Ice yang sudah berjalan lebih dari 10 tahun pun kini telah menjadi persahabatan yang berlangsung selamanya. Hingga akhir hayatnya, Ice bahkan masih menganggapnya sebagai sahabat.
Kini Halilintar, dan sang ibu telah berada di sebelah gundukan tanah. Nisan yang dibentuk sedemikian indah bertuliskan 'Ice Frost' , dan sebuah ratapan panjang.
Ibu Ice bersimpuh di antara kehilangan itu. Sudah lebih dari satu jam dilaluinya, menangis tanpa henti sambil melontarkan kata kata maaf.
'Maafin ibu.. yang udah melahirkan Ice seperti ini.. maafin ibu yang nggak bisa melindungi Ice..'
Saat sang ibu menangis hebat, Halilintar mati-matian menahan dirinya untuk tidak oleng karena pandangannya yang kian memburam. Mengetahui kesedihan yang melanda dirinya tak kalah dengan apa yang dirasakan ibu.
'sampai kapanpun juga..kamu itu sahabatku yang terbaik. Aku sayang banget sama kamu, Ice..'
Kemudian, Halilintar mengeluarkan sesuatu dari tas jinjing yang dibawanya. Sebuah kotak seukuran medium dan beberapa batang lilin.
Hari ini adalah tanggal 13 maret, dimana merupakan tanggal ulang tahun Ice.
Tadinya, sang ibu menolak rencana Halilintar mengingat kepergian sang anak yang baru seminggu-dua minggu dan ia tak sanggup untuk melihat nisan sang anak sekali lagi. Namun Halilintar meyakinkannya, dan akhirnya sang ibu pun setuju setelah beberapa bujukan.
Mengeluarkan cake dari kotaknya, Halilintar menghapus kasar airmatanya. Berusaha tersenyum di tengah kesedihannya.
"Ice..ini hari ulang tahunmu loh..ibu mu juga ada disini untuk merayakannya bersama. Kita selalu rayain ultah sama sama- inget kan?" ujarnya ceria.
"Oh- aku juga bawa lilin loh! Khusus untuk sahabat terbaikku, aku kasih kamu warna biru! Biar kunyalakan dan kita tiup bersama ya!"
Halilintar menancapkan beberapa lilin biru dan menyalakannya dengan tangan gemetar, sedangkan sang Ibu malah menoleh ke arah lain karena tak sanggup melihat semua itu.
"Oke! Tante..a-ayo kita nyanyi bersama!" ucap Halilintar sembari memegang sebelah lengan Ibu, masih mempertahankan senyum lebarnya walaupun netra ruby itu berkaca kaca.
"Happy birthday to you~ happy birthday to you~ happy birthday Ice..frost.. Happy birthday..."
Suara Halilintar gemetaran dan akhirnya terhenti sebelum ia sempat menyelesaikan lagunya.
Ia tertunduk usai meletakan kue itu pada gundukan tanah. Bahunya gemetar menahan tangis.
"Jangan..paksakan dirimu, nak.." ibu Ice memeluk tubuh Halilintar yang perlahan mulai runtuh pertahanannya. Ia menangis tanpa dapat ditahannya lagi.
Namun tak lama setelah itu, Halilintar menggeleng. Ia kemudian mengambil kue itu dan meniup lilinnya, ia kembali tersenyum seakan tak terjadi apa apa.
"Selamat ulang tahun sahabatku, aku bahagia dapat merayakannya bersama.." ucapnya, tersenyum tipis.
"Aku berharap bahwa kita bisa makan cake bersama sama..seperti yang selalu kita lakukan.. Meniup lilin bersama sama, saling berebut hiasan kue..."
"...tapi..itu mustahil kan?" tersenyum pahit, Halilintar menutupi wajahnya dengan tangan. Tanpa membiarkan senyumnya itu terhapus dari wajahnya, ia terisak.
"Aku ngomong apa sih...hahaha.." ia tertawa pahit.
Sang Ibu hanya berdiam disana. Menangis dalam diam saat melihat Halilintar mengeluarkan tangisan menyakitkan itu.
Sebagai orang tua, ia sangat hancur kehilangan buah hati satu satunya. Namun ia tau, seberapa berartinya sosok Halilintar dalam hidup Ice dan demikian sebaliknya.
"Ice.." memeluk batu nisan Ice, Halilintar berkata lirih.
"Aku merindukanmu.. Apakah kamu merindukanku juga?"
Tiba tiba terdengar petir menyambar di langit yang cerah, awan hitam perlahan lahan mulai menutupi langit.
"Ice.. Jangan khawatir.." Halilintar menatap ke langit, tersenyum tipis "aku baik baik aja.. Dan aku yakin, saudaramu juga baik baik aja.." bisiknya, seakan berkomunikasi dengan Ice melalui langit itu.
"Nak.." ibu menepuk pundak Halilintar "kita harus kembali.. Hujan sudah turun.." ucapnya.
Halilintar mengangguk, kemudian berdiri dari tempatnya. Ia sempatkan untuk mengelus batu nisan itu sebelum pergi.
"Aku sayang kamu, Ice.. mari bertemu di kehidupan selanjutnya"
ia berucap lirih sebelum pergi dari sana.
***
Di kejauhan, seorang pemuda berpakaian serba hitam telah berdiri disana memperhatikan kedua sosok yang baru saja beranjak dari tempat itu.
Lelaki itu menghela, sesaat setelah kedua sosok itu berlalu, ia pun berjalan menuju tempat yang sama.
Langkahnya terasa berat, namun ia berhasil tiba di gundukan tanah itu. Menatap kosong kearah batu nisan yang ada disana.
"Kau harusnya membenciku.. Ice.." desisnya.
"Sejak awal.. aku memang pecundang. Aku nggak bisa melakukan apa apa saat papa berbuat semua itu, aku nggak bisa melindungimu, bahkan melindungi diri sendiri.."
Kedua tanganmu mengepal, gemetaran. Airmata mulai meleleh dari balik kacamata visor jingga yang dikenakannya.
"Aku pantas dibenci olehmu, aku pantas dibenci oleh semua orang.." lirihnya.
"Nggak ada yang bisa menggantikan apa yang sudah kau berikan padaku.. bahkan kematianku pun nggak cukup.."
Seikat bunga yang dibawanya pun diletakannya persis didepan batu nisan itu, ia menatap miris terhadap pantulan dirinya pada batu itu.
"aku menyayangimu, saudaraku.. Terima kasih untuk segalanya"
Aku berjanji di kehidupan selanjutnya..
Aku tak akan melepaskanmu lagi.
-fin-
Thank you everyone!
Gantung kan? Oiya dong gantung 😌 biar seru wahahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
ꜰɪʀꜱᴛ ꜱɴᴏᴡꜰʟᴀᴋᴇ (Ice x Halilintar x Solar) [END ✔]
Romance"apakah harus ada alasan untuk merindukan seseorang?" ❄❄❄ A winter story Ship : Ice x Halilintar x Solar Project by Limerence Project Cover by : @chisunatsu A story inspired by Winter Sonata Boboiboy hanya milik Monsta!