⚠️Warning!⚠️
• penulis amatir
• cerita ini gak ada sangkut pautnya sama kisah RL orang. Mungkin ada sedikit campur tangan kisah RL tapi bukan kisah satu orang.
• Author Random.
• Author sibuk.
• Author plin plan.
• Author galak.
• Author Sensitif.
M...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah kejadian memalukan yang dialami Arina. Ayah dan bunda beserta Arina melanjutkan perjalanan ke ruang pendaftaran, sebenernya Arina sangat-sangat malu, sudah tadi dia jatuh kemaren kabur lagi.
Tapi mau bagaimana lagi, ini sudah jadi keputusannya. Sebenarnya Arina juga tidak tau kenapa dia memilih untuk ke ponpes, yang pasti Arina akan belajar banyak hal disini, sesuatu yang baru, yang belum pernah dia pelajari.
Arina sangat bersemangat untuk hal-hal yang baru, walaupun terkadang dia menjadi tidak suka dengan suatu hal yang sudah lama, dia tetap akan berusaha untuk berada di sana, hingga benar-benar lulus SMA.
"Arina, kamu yang betah ya di sini, jangan kayak kemarin, kalau ada masalah bicarain baik-baik ya, selalu tersenyum, sabar, bersyukur, dan tawakal, ya sayang. Inget pesen bunda" wejangan dari bunda sebelum anaknya benar-benar masuk pondok pesantren.
"Iya bunda, Arina titip salam ya buat Adek!" Ucap Arina, dari pernikahan bunda dan ayah tirinya mereka dikaruniai seorang anak lelaki yang sangat tampan, dan jangan ragukan didikannya, walaupun baru berusia 1,5 tahun tapi dia sudah mulai mencoba membaca Al Qur'an.
"In sya Allah, nanti bunda sampaikan" jawab bunda.
***
"Assalamualaikum, mbak, saya nganter temen baru" ucap sorang santri putri yang kebetulan sedang mengintip para santri putra, ketika sedang menjadi kuli dan ada seseorang yang melihat itu, jadilah si santri ini disuruh buat nganter Arina.
Saat ini Arina sudah sampai di kamar yang akan ia tempati bersama dengan beberapa santri putri lainnya, tepatnya kamar mawar. "Wa'alaikumussalam, silahkan masuk" jawab salah satu penghuni kamar mawar
"Syukron mbak?" Ucap Arina dengan nada sedikit bertanya, pasalnya ini kali pertama dia mengucapkan terima kasih versi arab, itupun karena sudah diajari bunda, coba kalau belum ya "matur nuwun" biar sopan.
"Naam mbak" jawab santri putri tersebut, panggilan "mbak" kalau di jawa gak harus ke yang lebih tua, ke yang lebih muda juga tidak apa-apa, karena memanggil dengan sebutan"mbak" adalah bentuk kesopanan(ini opini gue, kalau salah maka "tidak ada opini yang salah" sksksk, canda bestie)
Setelah mengucapkan terimakasih versi Arab tadi, Arina langsung masuk ke dalam kamar, tapi sebelum masuk Arina sudah mengucapkan salam terlebih dahulu, kalau kata Arina "Takut dijulitin nanti hidup gue di pondok malah gak ayem" padahal mah bentuk kesopanan.
Saat sudah berada di kamar mawar, Arina merasakan vibe yang sangat berbeda dengan di luar, jika diluar singin, tapi ketika di kamar mawar ini hawanya sangatlah segar.
"Mbak? Mau kenalan dulu? Mumpung temene lengkap" ucap salah satu penghuni kamar, Arina mengangguk dan mereka pun berkenalan satu persatu. Ternyata di kamar ini terisi 5 orang, yaitu Arina sendiri, Assyifa yang tadi membukakan pintu, Asyafa saudara kembar Assyifa, Amelia yang tadi memulai pembicaraan dan yang terakhir adalah Refa.