24. Blue Eyes

401 182 35
                                    


Tunggu sebentar. Aku tercekat. Bukankah seharusnya di titik waktu ini, Carl belum bertemu dengan Alice?

Tapi... aaah, aku bodoh sekali!

Kami menyusun rencana berdasarkan realitas yang kuketahui. Tapi nyatanya tidak ada yang sesuai di realitas alternatif ini! Lucien sudah muncul, dan dia berpacaran dengan Reo. Reo sekelas dengan Carl, Tara dan Meredith—mereka kelas sepuluh. Artinya ada dua kemungkinan: entah Lucien masih kelas sembilan (dan dia sudah berkeliaran di kelab malam?), atau Toni (alias Alice) adalah kakak kelas kami.

Kacau sekali!

"Huu!" Lucien bertumpu di pundak Carl dan mencolek dagunya. "Tahu, deh. Mentang-mentang lo baru jadian sama Alice!"

"Soalnya pesanku nggak dibalas. Teleponku juga nggak diangkat,"  kata Carl resah. "Alice pasti datang, kan? Dia udah janji mau ketemuan malam ini."

"Iya," Lucien mengeluarkan ponsel dan membukanya. "Sebentar lagi sampai, kok."

Wah, kalau begitu... aku harus bergerak cepat! "Ehm, Carl?"

Carl menoleh padaku. Matanya yang biru jernih seperti laut itu melebar. Dia hanya melongo, bingung disapa orang asing. "Do I know you?"

"Yes!" jawabku. "I mean, no... Not yet."

Carl makin kebingungan mendengarkan jawaban itu. Kutarik dia menjauh dari Lucien. Aku tidak bisa berbicara dengan lancar kalau dipantau seperti itu. Tapi Lucien menghentikanku.

"Hei, Miss!" tegurnya sambil tersenyum sinis. "Teman gue mau lo apain?"

"Ada hal penting yang perlu gue bicarain." Aku mengedik pada Reo dan Meredith yang sedang terjebak dalam sejenis percakapan aneh tentang minuman. "Mending lo urusin pacar lo. Gue dengar, si cewek pelayan itu naksir berat sama cowok lo. Dia berniat merebut Reo dari elo!"

"Itu nggak mungkin!" Lucien terbahak. "Gue sama Reo saling cin—"

"Di tanggal 14 Desember, dua semester dari sekarang, Meredith bakal ciuman sama Reo!" Di realitas yang berbeda, sih... tapi kurasa itu cukup untuk bikin Lucien yang ini ketar-ketir. "Bukan ciuman di pipi, tapi di bibir!"

Lucien terbelalak kaget. "Lo... gimana caranya lo bisa tahu?"

Aku tidak mengacuhkannya. Kuseret Carl ke samping panggung yang agak sepi. Cowok itu meronta tidak terima.

"Hei," Carl menarik-narik tangannya. "Kamu siapa? Lepasin aku!"

"Nama aku Jennifer. Kamu memang nggak ingat sama aku, tapi suatu hari, kita bakal ketemu, dan... dan..." Ugh. Ternyata lebih sulit menjelaskan pada Carl daripada menjelaskan pada Mom! "Pokoknya, kamu nggak seharusnya pacaran sama Alice!"

Carl mengernyit curiga. "Kenapa?"

"Because she isn't real!" Aku mengentak putus asa. "Semua ini cuma ilusi ciptaan Alice. Dia pengendali realitas, apa kamu udah tahu soal itu?"

"Kamu keliru. Alice pengendali kaca. Dari mana kamu tahu soal pengendalian?"

Ugh. Masa aku harus menjelaskan ini berkali-kali? "Karena aku pengendali juga. Carl, dengar. Alice cuma memanfaatkan kamu untuk manas-manasin aku! Dan nama aslinya adalah Antoinette alias Toni." Ya, ya. Aku tahu. Ini memang sangat tidak masuk akal untuk Carl. "Aku datang dari realitas lain. Realitas ini cuma rekaan Toni. Dia mau membalas dendam dengan menghancurkan hidup aku!"

THE NEW GIRL 3: OBLIVION (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang