"Lucien..."
"Hah?" Tara yang mendengarku langsung terperanjat. "Apa lo bilang barusan, Jen?"
"Ini perbuatan Lucien, Ra!" Kutunjukkan kue berisi pasir di piringku pada Tara. Semakin banyak anak yang terbatuk-batuk karena tersedak.
Tiba-tiba ponselku berbunyi. Ada sebuah pesan LINE baru. Begitu melihat nama pengirimnya, aku langsung merinding.
Happy birthday, Jen.
Do you enjoy my presents?
"Toni." Piring kueku hampir terjatuh karena tanganku mendadak mati rasa. "Dia ngebalas pesan yang waktu itu gue kirim ke dia, Ra! Dia ada di sini!"
"I knew it!" Tara menjotos udara dengan geram. "Kita segera harus kasih tahu yang lain!"
"Ada banyak non-pengendali di sini, Jen," Carl menahanku. Dia mengedik pada para pegawai restoran yang tampak kebingungan dengan kue-kue pasir itu. "Mereka nggak boleh tahu tentang kekuatan pengendalian. Kalau tahu, mereka bisa panik."
"Carl, kalau kita nggak bergerak, bisa-bisa para non-pengendali itu ikutan jadi korban!" pekik Tara. "Kita harus kasih tahu para guru sekarang juga! Jen, lo bilang ke Bu Olena. Gue bakal kasih tahu satgas Dewan Pengendali."
Carl menarik lengan Tara. "Tapi kalau para non-pengendali itu tahu, mereka bakal panik, Tara."
"Aku punya ide." Aku menatap Ryuichi Sahara. Guru Kimia itu sedang menolong Azka yang (sepertinya) pura-pura tersedak. "Ryu Sahara, di sini!"
Chi Ryu sama seperti milik Anne-Marie, hanya lebih pekat dan anehnya, lebih ringan. Chi milik pengendalian pikiran memang seperti ini. Rasanya seperti memasukkan tangan ke dalam sekaleng madu. Aku berkonsentrasi supaya bisa mengendalikan chi milik Ryu.
"Jen?" Ryu menegakkan diri dan menatapku dari seberang ruangan, suaranya bergema di kepalaku. "Ada apa?"
"Ryu-san, Toni dan Lucien ada di sini!"
Aku membiarkan Ryu membaca pikiranku sehingga tidak perlu repot-repot menjelaskan. Cowok itu mengangguk paham dan segera menghampiri Bu Olena dan Pak Prasetyo. Ketiga guru itu mulai bergerak, mereka mengontak guru-guru yang lain serta para satgas Dewan Pengendali. Aku mengamati seantero ruangan, mencari-cari tanda kemunculan Lucien. Ada sekitar dua puluh pelayan non-pengendali yang sedang bertugas melayani. Bagaimana kami akan mengevakuasi mereka semua?
ZAP!
Tiba-tiba para pelayan berseragam hitam itu membeku. Tatapan mereka kosong. Lalu seperti tentara yang menerima perintah dari jenderalnya, mereka meletakkan nampan-nampan itu dan berbaris menuju pintu keluar. Di dekat pintu keluar, kulihat Ryu sedang berkonsentrasi. Dia mengendalikan pikiran para pelayan itu.
"Semuanya!" Bu Olena berteriak memberi komando. "Berkumpul di dekat panggung! Kita kedatangan tamu!"
Anak-anak pengendali sudah menyadari apa yang sedang terjadi. Mereka berbondong-bondong berkumpul ke arah panggung, digiring oleh para satgas dan para guru yang berteriak-teriak supaya tidak ada yang saling dorong. Ryu mengendalikan para pelayan supaya mereka keluar. Aku mengamati wajah setiap orang untuk memastikan teman-temanku nggak ada yang ketinggalan. Ada sekitar lima ratus orang di ruangan ini. Lucien bisa muncul kapan saja.
"Arini..." Aku tidak melihat wajahnya di antara orang-orang ini. "Carl, apa kamu melihat Arini?"
Carl celingukan dengan bingung. Dia tertabrak-tabrak kerumunan yang bergerak berlawanan arah dengannya. "Tadi Arini ada di dekat sini, Jen."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NEW GIRL 3: OBLIVION (TAMAT)
FantasyBuku terakhir dari trilogi The New Girl. Jen harus berhadapan dengan Antoinette, pengendali langka dengan kekuatan yang mengerikan. Di tengah-tengah usahanya untuk mengatasi Antoinette, Jen mendapat kabar buruk yang mengharuskannya kembali ke New Yo...