~Lembaran 6🍁~

17.3K 1.4K 58
                                    

Happy reading readers~


Gibran pun pergi keluar kelas dengan menenteng tas di sebelah bahunya bersama Agam dan Daffa.

"Gam, fa kalian duluan aja ya," titah Gibran pada sahabatnya.

"Mau kemana ran?" tanya Daffa ke Gibran.

"Mau ke rooftoop bentar," jawab Gibran.

"Oke kami duluan ya, jangan lama-lama ke rooftopnya," peringat Agam.

"Memang kenapa?" tanya Gibran dengan penasaran.

"Karena ada hantunya, hiih," jawab Daffa dengan menakuti Gibran.

"ngaco lo," balas Gibran berusaha untuk mengusir ketakutannya, karena si Gibran paling anti sama yang namanya hantu.

"Yaudah kita duluan ya," ucap Agam dengan menarik Daffa meninggalkan Gibran sendiri di koridor.

Gibran pun melangkah pergi ke rooftoop di sana, ia ingin menenangkan diri dan ia memang sengaja tidak langsung pulang, ia sangat bosan dengan drama yang menurutnya sangat sialan.

Setelah sampai di rooftoop Gibran menutup pintu dengan pelan lalu duduk di sana, kebetulan di rooftoop ada kursi dan meja, karena memang rooftoop adalah tempat untuk nongkrong di jam luar sekolah.

Tanpa sengaja pandangannya melihat Heru, Milka, Rivan dan lainnya dari atas rooftoop.

Mereka terlihat sangat akrab sekali, apalagi Heru dan Milka sangat sayang sekali dengan Rivan dan Rivan ada di tengah mereka seolah mereka adalah bodyguard yang siap menjaga Rivan jika terjadi sesuatu.

Senyum getir menghiasi wajah Gibran, bagaimana irinya ketika melihat Milka dan Heru yang selalu memanjakan Rivan.

"Gw aja iri lihat mereka padahal gw bukan bagian keluarga lo, apa lagi lo yang jadi adek kandungnya pasti Lo sedih banget," ucap Gibran dengan nada sendu yang bahkan tak akan di dengar siapa pun.

Gibran pun memasang earphone, menyalahkan musik favoritnya dan memejamkan mata untuk menghayati lagu favoritnya.

Setelah mereka pergi, Gibran pun langsung termenung tanpa tau jika ada orang lain yang masuk dan memperhatikan Gibran.

Seorang itu pun duduk di sebelah Gibran dengan pelan dan memperhatikan wajah Gibran yang terlihat sangat imut.

"Imut banget sih lo, pingin gw karungin tau," ucap seseorang itu dengan pelan dan mengigit bibir dalamnya untuk menahan gemas.

Gibran pun yang mendengar seseorang berbicara di dekatnya langsung membuka matanya, walaupun Gibran memakai earphone tapi ia akan peka dalam suatu hal.

"UWAAAHH... TERNYATA ADA SETANNN!!" seru Gibran dengan nada melengkingnya dan terkejut ketika membuka matanya ternyata ada wajah seseorang yang dekat dengannya.

"eh muka ganteng gini di bilang setan, dasar nggak ada akhlak lo bocah," sahut seseorang itu yang tidak terima muka gantengnya yang duabelasan mirip jaemin skz di bilang setan.

"Jangan panggil aku bocah om, nama ku Gibran dan nama ku adalah Gibran om." seloroh Gibran yang tidak terima dikatain bocah.

"Yaelah malah manggil om, gw masih muda tau," jawab seseorang tersebut dengan mendengus kesal.

"Kirain, hehehe," ucap Gibran di akhiri kekehan geli.

"eh iya lo siapa? tiba-tiba muncul kek setan," tanya Gibran, setelah ia tersadar jika orang yang ada di hadapannya tidak ia kenal.

"Kenalin nama gw Radja Adenio, panggil aja bang nio, karena gw lebih tua dari lo 2 tahun dan sekelas sama abang lo Heru," jelas nio memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya di hadapan Gibran dan langsung di balas oleh Gibran.

"Nama gw Rafandra Algibran, panggil aja Gibran," ucap Gibran memperkenalkan diri.

"Udah tau," tukas nio.

"Wah lo kok dah tau nama gw, jangan-jangan lo strulker ya?" tanya Gibran dengan menunjuk ke wajah nio.

"Stalker ogeb, stulker pula," jawab Nio gemas ingin sekali dia tendang Gibran sampai mars sangking gemesnya.

"Ahh... iya itu maksudnya, eh jawab dulu pertanyaan gw," ujar Gibran dan memandang tajam ke nio, bukannya terlihat galak tapi menjurus ke ucul.

"Hmm... gimana ya jawabnya, iya gw ngaku gw stalkerin lo hehehe," ujar nio di akhiri kekehan.

"Untuk apa ogeb stalkerin gw haa...?" tanya Gibran dengan penasaran.

"Gw pingin jadiin lo adek gw, soalnya lo gemesin tau, jadi adek gw yok gw beliin ice cream banyak-banyak deh," tawar nio.

Gibran yang mendengarnya pun langsung membulatkan matanya berbinar, bukan apa-apa ia hanya suka sekali dengan ice cream lagian nerima nih orang jadi abang tidak akan buat rugi.

"Beneran?" tanya Gibran dengan mata berbinar.

"Iya adek gw yang gemoy banget, pingin gigit deh pipi mochinya," ucap nio dengan mencubit pipi berisi Gibran.

"Sakit tau, dah ah mau pulang aja gw," rajuk Gibran yang berlalu ingin pergi dan menghentakkan kakinya mengundang gemas ketika melihat tubuhnya mungil dan pipi yang berisi itu, belum lagi bibir yang mencebik lucu itu.

"Ututuh gemesin banget sih adek gw," ujar nio dengan segera menyusul Gibran.

Setelah itu mereka pun sampai di parkiran khusus untuk motor.

"Jadi nggak nih traktir ice creamnya?" tanya Gibran yang tak sabar ingin menikmati ice cream banyak-banyak, mumpung gratis, hehehe.

"Jadi, eh berarti lo dah nerima gw jadi abang dong," kaget nio karena tidak menyangka Gibran nerima dia jadi abang.

"Iya elah," ujar Gibran dengan kesal.

"Iya-iya jangan di gembungin gitu dong pipinya, bikin gemesin tau," tutur nio.

"Biarin," ucap datar Gibran.

"Oh iya jangan lupa sama ayam gepreknya satu, mie goreng satu, sate kambing yang di perempatan jalan dan jangan lupa sama jajannya, hehehe." pinta Gibran di akhiri kekehan dengan mata berbinar, yang membuat Nio tidak tega menolaknya.

"Waduh banyak amat permintaan lo, lama-lama bangkrut gw kalau gini caranya," ucap Nio miris namun, ia tetap mengiyakan permintaan Gibran, biarin uangnya habis toh yang penting Gibran mau jadi adeknya itu udah cukup untuknya.

"Hahaha itu kan nasib lo, gw kan cuma nikmatin doang," ujar Gibran dengan senyum senang.

"Iya-iya buat dedek gemes gw apa sih yang enggak gw kabulin, lagian itu mah kecil," lagaknya yang sombong.

"Sombong amat dah lu," sungutnya kesal.

Akhirnya mereka pun pergi, dengan memakai motor masing-masing ke supermarket untuk memborong ice cream, jajan ringan dan lainnya.

Tanpa di ketahui oleh mereka berdua seseorang sedari tadi melihat mereka dari arah kejauhan.


Spoiler chapter selanjutnya 👇

Sedangkan Safirah dan Milka panik dan sedih dengan memanggil nama Gibran untuk menghentikan aksinya gilanya itu.

"Lepas, kalian mau kan saya mati dan sekarang ini lah saatnya, LEPAS...!" raung Gibran pun meronta melepaskan dekapan erat dari Khalingga.

"Heru ambil pisaunya sekarang," perintah Khalingga yang langsung di turuti oleh Heru.

TBC

See you in the next chapter
Jangan lupa tinggalkan jejak~
Thanks all.

TRANMIGRASI ALGIBRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang