~Lembaran 23🍁~

4.9K 395 12
                                    

Happy reading semua~



Malam hari yang indah, langit yang di penuhi dengan bintang yang bersinar dengan terang dan angin malam yang menyejukkan.

Di suatu tempat di mana ada seseorang yang sedang duduk di taman dan menatap salah satu bintang yang sangat terang, ia pun menghela nafasnya ketika mengingat masa lalu yang membuatnya di penuhi rasa penyesalan.

Sekarang sudah terhitung 8 tahun telah berlalu, ia pun tersenyum miris saat mengingat kata-kata "penyesalan akan datang pada akhirnya" ya itulah yang ia rasakan saat ini.

Selama 7 tahun ia jalani kehidupan ini membuatnya sangat senang dan menjalani hari-hari yang sangat menyenangkan sampai ia melupakan bahwa ada seseorang yang menginginkan sosoknya, hingga setahun kemudian ia selalu di hantui oleh bayang-bayang masalalu yang membuat ia sangat terpuruk dan menyesal.

Setelah ia di nyatakan cerai oleh para pengadil saat itu juga ia melupakan tanggung jawab sebagai seorang ayah dan malah bermain di bar bersama para pelacur, berjudi, bahkan menghamburkan uangnya.

Hingga 7 tahun berlalu dengan cepat sampai akhirnya ia sadar jika ia membuat kesalahan yang besar dan mungkin tidak termaafkan.

Bagaimana ia membayangkan sifat kejamnya yang sangat brengsek dengan mengkhianati perasaan seseorang dan ia juga sudah menelantarkan anaknya begitu saja.

Ia pun melihat bintang yang sangat bersinar terang dan ia membayangkan jika di sana ada wajah dari orang terkasihnya.

"Sekarang aku sangat menyesal karna sudah membuat kamu sakit hati maafin aku salsa a- k- u salah hiks, sekarang aku sadar akan semuanya." tutur seorang laki-laki paruh baya tersebut yang bernama Adrian Fariza.

"Baguslah jika kamu sadar akan semuanya, kamu memang brengsek karena sudah membuat putri tersayang ku mati bahkan dengan teganya kamu meninggalkan anakmu sendiri. DI MANA HATI NURANI MU HAH!" bentak seseorang tersebut yang bernama Edgar Pratama Mahendra adalah ayah dari Salsa.

"Ayah..." cengo Rian yang terkejut dengan adanya ayah mendiang istrinya.

"Jangan panggil aku ayah baj*ng*n, saatnya aku akan buat kamu menyesal atas semuanya." ucap Edgar dan menembak tepat di jantung Rian.

"Aku minta maaf ak-khh..." ucapnya untuk terakhir kalinya dan setelah itu ia menutup mata untuk selamanya.

"Akhirnya hama ini menghilang juga dari dunia ini." ujarnya dengan menghela nafas lelah.

"Cih minta maaf mu tidak berguna." decih Edgar dan setelah itu pergi meninggalkan seorang yang sudah merenggang nyawa tersebut dengan darah yang keluar banyak.



"Gimana keadaanya sekarang?" tanya seseorang tersebut.

" Keadaan anak anda sudah lebih baik dari sebelumnya tapi sepertinya anak itu akan merasakan sakit di tubuhnya dan demam akan senantiasa menyerang kapan saja, kami akan memantau keadaan nya nanti, kalau begitu kami pamit untuk ke pasien lainnya." jawab dokter tersebut lalu pergi bersama suster.

Khalingga yang mendengarnya menjadi sedih apakah putranya begitu merasakan sakit yang teramat sampai membuatnya terbaring di rumah sakit.

Safirah yang melihat wajah frustasi sang suami pun mengengam bahu Khalingga untuk memberi semangat.

"Aku yakin Gibran bisa melewati semua ini." ucap Safirah dengan senyum hangat.

"Safirah aku tak mau kehilangan anak kita, " lirih Khalingga.

"Ssttt... mas kamu nggak boleh omong gitu yakin aja ya Gibran itu anak kuat."

Yap setelah tadi di UKS Gibran mengalami drop dan langsung saja ia di larikan ke rumah sakit serta membuat seisi sekolah penasaran dengan apa yang terjadi.

Di sana terbaringlah seseorang yang tertidur lelap dengan muka yang menggemaskan membuat mereka gemas dan kasihan karena ia sedang sakit.

"Eunghh..." lenguhan seseorang itu pun membuat semua orang melihat ke arah Gibran.

"Hiks..." mereka terkejut ketika Gibran terisak namun ia belum sadar total.

"Ayah hiks Gibran kangen sama ayah hiks." tangisnya lagi.

"Siapa yang kamu panggil nak di sini hanya ada papa bukan ayah." lirih Khalingga yang sakit ketika anaknya tidak memanggilnya.

"Mama, ayah Gibran ikut sama kalian Gibran maunya sama kalian hiks." isaknya yang semakin kuat.

"Mas rasanya sakit sekali mendengarnya." ucap Safirah.

"Ssttt... Gibran anak baik jangan menangis nak papa ada di sini sama kamu." ujar Khalingga dengan memegang erat lembut tangan putranya yang tidak di infus.

"Dan bunda akan selalu ada di sini sama kamu nak." tutur Safirah dengan memeluk tubuh Gibran bahkan mereka bisa merasakan bagaimana panasnya tubuh anak mereka.

Setelah itu Gibran cukup tenang akhirnya ia pun tertidur pulas.


Dan Khalingga, Safirah masih tetap pada posisinya dan tanpa mengetahui ada yang mengintip di dekat pintu.


"Apakah ini memang nasib ku yang harus melihat ini semua, mah Rivan kangen sama mama." tanpa sadar air matanya turun tanpa permisi.



Hai semuanya, apa kabar?

Kangen Gibran nggak?

Jujur aku juga kangen sama readers ku dan comen kalian.

Jujur aku sedikit kecewa melihat novel ini makin lama makin sedikit yang baca tapi nggak pp, aku bersyukur karena masih ada yang menghargai aku.

Aku minta maaf banget sama readers ku yang mungkin mikir nih cerita banyak basa-basi nya, karena memang dari awal aku buat ini untuk menghibur.

Jangan lupa untuk dukung
cerita ku fi fizzo.

Selamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir batin semua.
Kalau author ada salah atau ada kata-kata yang buat kalian tersinggung, author minta maaf banyak-banyak.

Readers ku yang baik, bagi thr dong sama author 🤣

Dan maaf juga karena lama upnya akhir-akhir ini aku sibuk dan juga lupa bagaimana untuk melanjutkannya.

Makasih banyak yang udah
nunggu nih cerita.

Janlup vott+coment

See you in the next chapter 🥀

TRANMIGRASI ALGIBRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang