~Lembaran 16🍁~

10.3K 741 16
                                    

Enjoy~

Matahari pun bersinar di pagi yang cerah ini menandakan untuk manusia beraktivitas yang sudah di lakukan seperti biasanya, seperti aku mencintaimu;eah....canda xixixi.

"eunghh....," suara lenguhan Gibran yang menandakan ia telah bangun dan bingung ketika merasakan ada yang mengganjal di perutnya dan ketika ia melihat ternyata tangan kekar si manusia babi, eh bukan si manusia ganteng Wildan yang anteng tidurnya.

"Bangun oyy... sesak nih bangsat," sarkas Gibran yang berusaha membangunkan Wildan.

"Heh bangun ogeb, gw mau bangun nih." ujar Gibran sekali lagi, sudahlah pake cara yang halus nggak bisa secara sukarela Gibran melakukan kekerasan dalam rumah tangga;eh nggak deng salah maksudnya kekerasan untuk membangunkan manusia kebo ini.

"Plak!"
Bunyi tamparan yang ia layangkan ke pipi Wildan dengan keras.

"Plak!"
Duarrr...! di pukul 2 kali baru bangun.

"Sakit baby, bangun-bangun udah di pukul aja," ringis Wildan dengan mengelus bekas tamparan Gibran.

"Tuk..."
Gibran pun menyentil bibir sexy milik Wildan yang membuat sang empu meringis kesakitan, sudah di pukul kena sentil pula.

"Dasar sukanya bilang babi, udah di bilang panggilnya Gibran ganteng bukan pig, you know?" ucap Gibran pe-de dengan menyugar rambutnya ke belakang.

"Baby adek bukan B.A.B.I, ngerti?" ujar Wildan perbaiki kata dengan senyum semanis gula.

"Iya ngerti bang...ke hehehe dah ah lepasin tangan sok kekar ini, gw mau ke kamar mandi," pinta Gibran, ketika ia sudah di lepas dari tangan beton itu akhirnya Gibran pun langsung lari dari manusia Titan, canda Wildan yang bener, hehehe.

"Gibran jangan lari kenceng ntar hujan badai angin ribut halilintarnya datang."

Dan setelah itu "DUARRR...!" terdengarlah suara "ARGHHH...!" suara ringisan seseorang, langsung saja Wildan datang dengan raut khawatirnya.

"ADUH OTONGKU TERBANG!!" teriak Gibran dengan kesakitan.

Wildan pun menganga melihat Gibran yang tepar dengan tidak elit jatuhnya dan segera membantunya, walaupun harus menahan tawanya melihat kelakuan ajaib Gibran.



Akhirnya Gibran pun selesai dengan seragamnya dan drama tadi pagi, sungguh ia malu dengan kejadian tadi pagi dan ia merasa perangkat nama sebagai ketua geng motor, sifat bad boy menjadi hilang karena semasa di kehidupan novel ia seperti seorang anak yang di jaga seperti bak anak kecil, sungguh mengerikan.

Kalau di pikir-pikir alur ceritanya udah melenceng jauh dan ia akan segera membuat cerita ini tamat dengan happy end untuk antagonis yang berkedok protagonis, walaupun masih belum sepenuhnya.

Dan ia pun bisa menikmati masa dulunya yang begitu ia rindukan.

Gibran memakai lift untuk lebih cepat ke bawah, setelah sampai ke meja makan untuk sarapan ia pun langsung mendudukkan dirinya di tempat bangku seperti biasanya, menghiraukan panggilan dan tatapan yang di layangkan untuknya.

Gibran mengambil roti dengan selai cokelat dan memakannya dengan wajah datar.

Hari ini entah kenapa ia sangat bad mood sungguh ia ingin sekali memukul seseorang untuk melampiaskannya, biasanya dulu ia akan melampiaskannya ketika tawuran, tapi ia ingat di dunia ini ia bukanlah anak geng motor sehingga tidak ada permusuhan, mungkin.

TRANMIGRASI ALGIBRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang