~Lembaran 13🍁~

12.4K 940 20
                                    

Enjoy~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Enjoy~

Dengan tanda tanya besar di kepala Gibran, yang penasaran ia akan di bawa entah kemana oleh Galang.

Sekarang ini ia masih di goncengan Galang, dan ia sering menoleh ke belakang di mana anggota geng Revandes mengikuti Galang sang ketua dan ia khawatir takut, motornya kenapa-napa karena di bawa oleh Nio secara ugal-ugalan.

"PEGANGAN, NTAR JATUH!" peringat Galang membuat Gibran terkejut oleh suara Galang yang berteriak karena tertutup oleh helm full facenya, sedangkan ia sendiri tidak memakai helm, karena Galang hanya membawa satu helm untuk dirinya sendiri begitu pun juga dengan geng Revandes yang hanya membawa masing-masing helm sendiri.

"Tak...!" suara pukulan sedikit keras Gibran berikan tepat mengenai helm Galang membuat sang empu meringis.

"EH OGEB, BIKIN KAGET AJA LO!" balas Gibran dengan berteriak keras.

"Dan gw nggak mau, mendingan pegangan di belakang," tolak Gibran yang membuat Galang menggeram kesal karena Gibran menolak permintaannya.

"Pegangan atau nggak abang gebut nih," ancam Galang yang membuat Gibran memutar bola mata jengah.

"Silahkan kalau mau ngebut gw nggak peduli," acuh Gibran yang membuat Galang tersenyum menyeringai.

"Oke." balas Galang singkat.

Tak lama kemudian Galang menambahkan kecepatan tinggi, ia menggas sampai hampir mengenai gerobak tukang sayur sehingga membuat Gibran menjerit karena hampir tabrakan dengan gerobaknya, sementara anggota yang lain masih tertinggal jauh di belakang.

"AAAHHH... YAAMPUN LO KALAU MAU MATI JANGAN AJAK-AJAK GW BAB*!" teriak Gibran tanpa sadar mengeratkan pegangannya di pinggang Galang, yang membuat Galang tersenyum miring.

"JANC*K AJAK RIBUT LO ANAK SETAN!" bentak  si mamang yang tidak terlalu tua-tua amat, tapi nggak muda-muda amat, untung saja ia refleks cepat menghindar kalau tidak mungkin dagangannya akan hancur.

"Dasar anak-anak sekarang sukanya gebut-gebutan kena karma mampus lo," tutur si mamang duda anak satu tukang sayur yang tubuhnya kekar dan mukanya yang masih di bilang ganteng, yang suka menjadi incar-incaran oleh ibu-ibu kompleks.

Sedangkan Galang hanya acuh oleh bentakan mamang tukang sayur tadi dan melaju dengan cepat.

Ia tak bisa menyembunyikan senyumnya karena hari ini ia merasa seperti ingin terbang tinggi, karena ia merasa lagi menggonceng adek kandungnya sendiri.

Karena ia anak tunggal makanya ia ingin merasakan bagaimana rasanya mempunyai seorang adek.

Ketika pertama kali melihat Gibran, Galang langsung tertarik dan ingin . mejadikan Gibran sebagai adeknya.

Dan ia pun meminta bantuan Nio untuk selalu memantau Gibran.

Balik lagi ke cerita.

Setelah 15 menit kemudian mereka pun langsung berhenti dan turun di mall di ikuti lainnya.

TRANMIGRASI ALGIBRANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang