Bab 11

349 39 0
                                    


"Untuk membawamu pulang, saja. Kau pikir aku pasti akan melihatmu memanggil taksi."

Hinata mengangkat dagunya. Enak saja Naruto berkata begitu! Memangnya di dunia ini tak ada orang lain yang bisa mengurusnya?! "Jangan repot-repot. Toneri- kun akan bertemuku. Dia bahkan sudah berangkat."

Wajah Naruto menjadi gelap. "Kalau begitu kedatangannya akan sia-sia, bukan?"

"Maksudmu?"

"Kau akan ikut bersamaku, Hinata, dan aku tak mau mendengar protes apapun. Nah, sekarang kau harus berpakaian?"

Terpojok, Hinata mengangguk, sambil menggigit bibir. ia tidak mencari gara-gara dengan Naruto, karena pria itu bisa menjadi musuh yang sangat berbahaya. "Tolong berputarlah sebentar lagi," pintanya kaku.

"Sudah terlambat untuk malu-malu, bukan?" ejek Naruto, tapi dibalikkannya juga tubuhnya, dan Hinata segera mengganti bajunya dengan tangan gemetrar.

"Sudah," katanya pada Naruto.

Naruto berbalik lagi dan mengawasinya dengan mata yang disipitkan. Hinata menggerai dan mulai menyisirnya. "Kau maunya, atau aku saja?" tanya Naruto, memberi dukungan ke arah Himawari.

Teringat pada cara Naruto yang lembut ketika menggenggam bayi itu, Hinata tersenyum. "Kau boleh bawanya kalau kau mau."

Naruto tersenyum sinis. "Pasti aku mau. Tidak seperti..."

Para perawat datang berbondong-bondong, mengucapkan selmat jalan pada Hinata dan terima kasih pada Naruto. pentingnya Naruto bukan hanya mereka coklat, sake, buah-buahan dan bunga, tapi juga jumlah besar uang untuk mendanai ulang tahun rumah sakit ini. Dan Naruto diundang untuk hadir dalam acara itu sebagai tamu kehormatan!

Hinata menyaksikan Naruto dan para perawat itu berbincang-bincang dan bercanda gurau dengan akrab.

Dihatinya terbit perasaan tidak enak, yang terpaksa diakunya sebagai kecemburuan.

.

Diluar Hinata celinguk-celinguk mencari mobil hitam yang terlihat seperti monster itu, tapi yang ternyata Bantley hijau elegan lengkap dengan sopirnya. Hinata masuk kebangku belakang, disusul oleh Naruto yang membopong Himawari.

Dibangku belakang itu terdapat tempat duduk bayi, dan Naruto dengan hati-hati meletakan Himawari disana, kemudian memasangkan sabuk pengamannya dengan perlahan.

Hinata agak bingung. "Mobilmu lain. Biasanya kau naik mobil hitam, kan?"

"Tidak setiap hari. Aku punya banyak mobil." Sombongnya

"Dan disemua mobil itu ada tempat duduk bayi?"

"Ya, kecuali yang model sport. Tempat duduk bayi itu baru kupasang minggu lalu. Demi kepraktisan."

Hinata menelan ludah dengan susah payah. perhatian Naruto serius mau mengadopsi Himawari, tapi sekarang ia sudah memutuskan akan mengurus sendiri putri kecilnya itu, dan... "Naruto...," panggilnya.

Pria itu dahi. "Sebaiknya kita jangan bicara di mobil, Hinata. Akan lebih pantas bila kau menunggu sampai kita tiba di rumah."

"Pantas?" Hinata naik darah ditegur seperti itu, ia lebih sebal lagi karena minum Naruto sok berkuasa. Ia berpaling kejendela dan membocorkan keluar. Lebih baik daripada terus-menerus tersiksa oleh kehadiran Naruto. tapi kemudian ia berkata bahwa ia harus berusaha berikap sopan santun pada pria itu, maka ditolehkannya kembali dan berkata, "Terima kasih kau mau mengantar kami pulang."

"Dengan senang hati," jawab Naruto, tapi nadanya terdengar sinis.

Hinata menyadari mobil itu mulai menuju ke barat daya, bukan ke arah rumahnya di Tokyo. "Kita mau kemana?" pertanyaannya tiba-tiba.

Naruto : Love and HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang