Bab 14

315 32 0
                                    

"Para Maid telah menyediakan makanan dingin untuk dua orang di ruang makan, sesuai pesan Anda, Pak"

Pasangan yang sungguh-sungguh berbulan madu tentu akan menikmati makan malam yang intim itu, pikir Hinata dan setelahnya mereka akan pergi kelantai atas untuk memadu cinta.

Tapi hanya masalahnya, apa yang ditawarkan itu hanya sandiwara belaka, Dan ia tidak mungkin menerimanya karena keintiman seperti ini sangat berbahaya bagi, lebih-lebih malam ini, saat perasaannya tengah mengaharu biru akibat upacara pernikahan tadi.

Pandangan Hinata bersirobak dengan pandangan Naruto yang penuh selidik. " Yah , Hinata?"

Hinata mengerti Naruto bukan hanya ingin tahun apakah ia menyukai makan malam bersamanya atau tidak.

"Aku tidak lapar." Ia menjawab dingin

"Dan aku harus mengurus Himawari." Tanpa berkata apa-apa lagi aku merampas putrinya dari Ino

Dan langsung menuju keatas. Pandangan Naruto yang penuh dengan perhatian untuk mengangkat punggungnya saat ia menaiki tangga, dan sesekali melihat senyum indah Ino yang memandang itu kepada Naruto.

"Tapi harus saya apakan makanan-makanan itu?" mendengarnya Ino bertanya.

"Terserah!" sahut Naruto dengan acuh tak acuh. "Aku mau pergi."

Dan suara terakhir yang didengar Hinata adalah bunyi bantingan pintu depan.

Hinata menyadari kesalahan yang dibuatnya hanya dalam beberapa jam.

Pagi setelah hari pernihakannya, Hinata turun untuk sarapan dengan kepala berat. Malam sebelumnya Himawari rewel dan bangunan beberapa kali, namun seperti tidak pun, Hinata tidak mungkin bisa tidur. Sepanjang malam ia hanyabtergolek diranjang dengan mata nyalang, memasang telinga mendengarkan suara pintu yang menandakan kedatangan Naruto.

Tengah malam ia menggendap-endap ke lantai bawah, ingin kalau-kalau Naruto sudah kembali dan melihat diruang duduk. Namun di bawahpun sama sekali tidak ada tanda-tanda kehadirannya. Merasa haus, Hinata kemudian menuju ke dapur.

Rangkaian bunga yang terletak ditengah-tengah meja makan membuatna terhenti. Air matanya berlinang-linang. Mawar lutih, stephanosis, dan freesia adalah bunga-bunga khas pengantin. Apakah Naruto yang memilihnya?

Hinata baru saja akan langkahnya ketika bola tertumbuk pada bingkisan kecil yang terletak di samping salah satu piring. Dengan penuh ingin tahu, mendekat dan melihat kartu yang tertempel diatasnya. Namanya tertera di kartu itu.

Hanya sedetik ia ragu-ragu, kemudian, dengan tangan gemetar, dirobeknya kertas pembungkus bingkisan itu. Isinya ternyata kotak kulit berwarna biru laut, dengan tulisan nama toko yang paling ekslusif di konoha. Dan di dalam kotak itu-tampak sangat mencolok karna interior kotak terbuat dari beludru hitam-terdapat seuntai kalung emas bermata berlian dan aquamarine .

Hinata menutup kotak itu dan mendekapkannya ke dada. Mengapa Naruto membelikannya hadiah yang seindah dan semahal itu? Sebagai tawaran perdamaian? Hinata menutup mata dengan penuh sesal, sadar bahwa ia telah merusak niat baik Naruto. Ia mengambil segelas susu di dapur dan kembali ke atas sambil membawa kotak itu, masih menunggu kedatangan Naruto. Tapi Naruto ternyataan tidak pulang.

Pagi ini Naruto didapatinya sudah duduk di meja makan, minum kopi dan makan telur sambil membaca koran. Pria itu hanya mengangkat kepala sedikit ketika memasuki ruang makan.

"Selamat pagi," sapa Hinata.

Naruto melihat sekilas. Pandangannya begitu dinginkan Hinata. "Sungguh? Kau mengucapkan selamat padaku?" balasnya objek.

Hinata berusaha keras untuk biasa-biasa saja. Diambilnya telur goreng dan roti panggang, kemudian ditambahkannya jamur ke piringnya. Saat menuang kopi, ia mencoba tersenyum pada Naruto, namun pria itu sama sekali tidak bereaksi.

Naruto : Love and HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang