sebut ini tiga belas

2.7K 388 26
                                    

HARI ini merupakan hari terakhir Baskara dan Dikara meliburkan diri dari pekerjaannya, keduanya memutuskan untuk kembali mewarnai rambut mereka menjadi warna hitam.

Namun sebelum beranjak menuju salon, keduanya memutuskan untuk mengunjungi pameran flora dan fauna di Lapangan Banteng. Baskara yang mengusul. Ia ingin membeli beberapa tanaman untuk mengisi rumah barunya dengan Dikara.

Kini keduanya tengah bersiap. Dikara telah selesai mandi dari belasan menit yang lalu, sedangkan Baskara masih membersihkan dirinya.

Pintu kamar terbuka membuat Dikara menoleh pada sumber suara. Di sana terlihat Baskara yang baru saja selesai mandi. "Itu bajunya udah aku siapin," Dikara menunjuk ranjang menggunakan dagunya seraya menyemprotkan parfum pada tubuhnya.

Baskara berjalan menuju ranjangnya yang sudah terdapat kaos merah muda serta celana jeans berwarna biru muda di atasnya. "Kok pake kaos ini, sih?" Baskara melayangkan protes.

"Biar seger pake warna pink." tukas Dikara tanpa dosa. Ia masih sibuk mematut dirinya di depan cermin.

Enggan memperpanjang urusan, Baskara mengenakan kaos tersebut setengah hati.

Dikara mengenakan jam di tangan kirinya seraya berjalan menuju Baskara yang kini telah berpakaian rapi. Ia berdiri di hadapan sang suami dan tersenyum lebar kala melihat suaminya menggunakan kaos berwarna merah muda. Jemarinya kini mulai menata surai cokelat sang suami dengan lembut.

"Kamu tuh lain kali kalo beli baju jangan yang modelnya low neck gini. Setengah dada kamu keliatan kemana-mana." tegur Baskara. Ia merapatkan kemeja bagian atas yang Dikara kenakan agar dada sang suami tak terlalu terekspos.

Dikara mengangguk dan menarik bagian belakang kemeja putihnya agar bagian depan—terutama bagian dadanya, tak terlalu terekspos. "Ganti aja?" tanya Dikara.

"Gak usah gapapa. Bagus kok. Tapi lain kali pake yang kayak gini di depan aku aja." Baskara berujar. Memahami bahwa atmosfer ruangan tersebut terasa cukup tegang, Dikara mencium bibir Baskara. Ia melumat bibir bawah sang suami dengan lembut. Kedua tangannya membingkai wajah tampan sang suami, mengusapnya penuh kasih.

Baskara tersenyum tipis di sela-sela ciumannya. Ia menekan tengkuk Dikara dan mengusapnya dengan lembut.

Ciuman keduanya terurai, namun Dikara membubuhi kecupan-kecupan lembut pada bibir tebal Baskara.

Ciuman keduanya terurai, namun Dikara membubuhi kecupan-kecupan lembut pada bibir tebal Baskara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keduanya kini telah tiba pada pameran hewan dan tanaman tersebut. Baskara kini tengah mendorong troli yang ia bawa khusus untuk berkeliling pameran tersebut.

"Kenapa sih bawa ginian?" tanya Dikara keheranan.

"Nanti kalo belanja di taro mana belanjaannya kalo gak bawa ini, Yang? Aku mau beli monstera yang agak gede soalnya." ujar Baskara.

"Monstera tuh apa sih?"

"Itu, yang kayak gitu. Ayo, Yang, ke sana dulu bentar." Baskara menarik pelan tangan Dikara menuju salah satu stan di dekat mereka. Kebetulan mereka tengah melewati stan tanaman yang menjual tanaman berjenis monstera.

KARAKARA [NOMIN] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang