pada chapter ini, ada special guest star dari salah satu karyanya teh leehanss ^____^ HEHEE ada yang bisa tebak siapa? :p
TAK pernah terbayangkan sebelumnya di benak Baskara dan Dikara, bahwa akhirnya mereka bisa merasakan bagaimana rasanya bersenang-senang dengan keluarga kecilnya sendiri. Terima kasih kepada Mahesa–kerabat lama mereka, karena telah menitipkan sang anak kepada mereka berdua. Karenanya, Baskara dan Dikara merasa seperti memiliki keluarga kecil karena tengah mengasuh anak.
Senyum cerah tak pernah lepas dari wajah halus milik Dikara. Ia dengan semangat selalu menanggapi celotehan bocah berumur lima tahun itu. Namanya Jendral, namun bocah itu kerap kali dipanggil dengan nama Jenjen.
Mereka tengah duduk di pinggir gudang seraya memperhatikan Baskara yang mengendarai forklift. Membuat Jenjen sedari tadi terus berceloteh mengenai forklift yang dikendarai Baskara mondar-mandir memindahkan barang.
Baskara sempat khawatir di awal, karena rencana mereka berjalan-jalan terancam gagal karena ia baru di kabarkan ada beberapa mesin milik kantor yang akan datang hari itu. Mau tak mau Baskara harus bertandang menuju kantornya untuk mengawasi. Beruntung Jenjen terlihat sangat antusias ketika melihat banyaknya mobil alat konstruksi yang berjejer di dekat gudang. Sehingga Dikara tak kelimpungan menenangkannya saat Baskara tengah bekerja.
"Aa'!" Baskara berjalan menuju Jenjen yang tengah menyedot susunya. "Aa' mau naik itu nggak?" tawar Baskara seraya menunjuk salah satu forklift dekat mereka.
Jenjen yang tengah duduk di pangkuan Dikara seraya meminum susu kotak, langsung menyerahkan kotak susunya kepada Dikara dan buru-buru berdiri. "Mau! Mau! Aa' mau naik mobil garpu!"
Baskara terkekeh pelan. Iitu namanya forklift."
"Aa' punya garpu kayak gitu buat tusuk-tusuk kue di rumah!" celotehnya.
Dikara membuat ekspresi wajah yang antusias, "Oh ya?"
"Iya!" jenjen mengangguk semangat.
Baskara mengusak pucuk kepala Jenjen gemas. "Tapi kalau yang di sini untuk mindah-mindahin barang. Namanya bukan mobil garpu, tapi forklift."
"Foril."
Baskara terkekeh pelan, kemudian meraih Jenjen untuk ia gendong dan berjalan menuju forklift yang terparkir sebelum kembali angkat suara. "Coba ulang, fork-lift."
"FoRRril." ujar Jenjen dengan menekan huruf r.
Tawa Baskara kembali menguar, ia mengusak pucuk kepala Jenjen dengan gemas. "Hebat Aa' udah bisa ngomong r." ujarnya. Alih-alih mengoreksi omongan Jenjen yang salah, Baskara memuji hal lain.
"Aa' bisa!" Jenjen mengangguk semangat. "Aa' kan udah besar. Jadi Aa' udah bisa ngomong rrRrRr."
"Wih, Aa' hebat banget. Coba ikutin Om Papa, gini, uler, melingker, di pager, bunder."
KAMU SEDANG MEMBACA
KARAKARA [NOMIN] | END
Fiksi PenggemarKisah ini dimulai saat Dikara, seorang auditor dari Badan Pemeriksa Keuangan RI, tersesat di kawasan Badan Tenaga Nuklir Nasional saat ia tengah mengaudit bagian keuangan lembaga tersebut. Dari kecerobohannya tersebut, haruskah ia bersyukur atau kab...