sebut ini lima belas

2.4K 373 10
                                    

RASANYA Baskara ingin bersyukur karena keputusannya mengikuti kemana Dikara pergi merupakan keputusan yang tepat. Pasalnya, beberapa kali suaminya itu ingin menabrak. Entah itu trotoar, atau pengendara yang lain.

Baskara tak dapat membayangkan bagaimana jadinya bila ia tak mengawasinya dan berakhir... ah tidak! Baskara tak ingin berpikiran yang tidak-tidak.

Kini mobil putih keluaran terbaru itu telah tiba di depan kediaman kedua orang tua Dikara. Baskara memperhatikan dari jauh sosok Dikara yang turun dari mobil tersebut untuk membuka pintu gerbang rumahnya. Pria bertubuh ramping itu beberapa kali mengusap pipinya kasar, nampaknya ia tengah menyeka air matanya yang tak henti-hentinya meluruh.

Baskara menghela napas pelan, ia menyesal.

Netranya tak lepas dari pergerakan Dikara yang kini kembali masuk ke dalam mobil. Suaminya itu melajukan mobilnya masuk ke dalam rumah. Hingga pintu pagar kembali terkunci, Baskara masih enggan pergi dari tempatnya. Kini ia menatap kosong kediaman sang mertua.

Apa yang baru saja Baskara lakukan? Bagaimana bisa ia menyakiti seorang anak yang telah diperjuangkan kebahagiaannya oleh orang tuanya?

Baskara mengerang frustasi, ia melajukan motornya kembali menuju rumahnya.

Baskara mengerang frustasi, ia melajukan motornya kembali menuju rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dikara menarik napasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Tangannya mencari-cari kotak tisu di mobilnya. Kemudian ia mengusap wajahnya yang basah akan air mata itu.

Cukup lama ia berdiam diri menetralkan napasnya, akhrinya ia memutuskan untuk keluar dari mobil.

Pemandangan sang ibu tengah menonton televisi di ruang tengah menjadi pemandangan pertama yang Dikara dapati saat ia memasuki rumah orang tuanya.

"Kara?" Yuzia menaruh remote di atas meja dan berjalan menghampiri Dikara. "Naik apa ke sini, Dek?" tanyanya lagi.

"Bawa mobil, Ma." jawab Dikara seraya mencium punggung tangan sang ibu.

"Loh? Kamu udah bisa bawa mobil? Mobil kantor atau gimana?"

Dikara mengangguk. "Aku bawa mobilnya Baskara, kemarin-kemarin udah di ajarin sama dia, jadi sekarang kalo ngantor bawa mobil." jelasnya seraya berjalan menuju dapur.

"Terus Baskaranya sekarang mana?" tanya Yuzia yang membuat Dikara terdiam sejenak.

"Lagi lembur." jawabnya asal.

"Nggak pulang?"

"Nggak kayaknya. Aku tidur di sini ya, Ma." Dikara segera menaiki anak tangga dengan membawa segelas air mineral di tangan kanannya.

Meskipun Yuzia merasakan bahwa ada yang tak beres dengan anaknya, ia berusaha untuk memahami situasinya. Yuzia paham mungkin Dikara butuh waktu sendiri untuk sementara.

 Yuzia paham mungkin Dikara butuh waktu sendiri untuk sementara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KARAKARA [NOMIN] | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang