taeil dan kantor imigrasi

650 87 27
                                    

"Udah bangun?"

Jaemin mengerjap singkat. Matanya terasa berat banget buat di buka. Belum lagi ada rasa pedih di sekitar kelopaknya. Ah, dia baru ingat. Semalam dia nangis sampai engap banget, numpahin ganjalan dalam hatinya. Kayaknya, dia nangis sampai ketiduran, karena dia sama sekali nggak ingat kenapa sekarang dia bisa ada di kamar ayahnya.

"Yah," panggilnya pelan, tenggorokannya terasa kering, macam abis jejeritan di konsernya oppa.

"Hm?" Taeil mengusak puncak kepala putranya sebelum melanjutkan, "Hari ini bolos aja ya sekolahnya, semalam kamu demam"

Jaemin langsung menggeleng, "Aku ada ulangan"

"Kan bisa ikut susulan?"

"Nggak mau. Ini ulangan agama tau, nanti aku nggak bisa nyontek kalo ikut susulan"

Taeil tergelak menanggapi, anaknya ini macam nggak ada imannya aja, masa ulangan agama nyontek?

"Yaudah, tapi kalau ada apa-apa, langsung kabarin ayah ya? Nanti ayah jemput"

Putranya itu mengangguk setuju.

"Sekarang kamu makan dulu gih, udah ayah buatin bubur. Abis ini ayah siapin air hangat buat kamu mandi"

Jaemin nggak menjawab, tapi kedua tangannya terentang keatas, meminta ayah buat menariknya agar ia bisa bangkit dari kemalasan.

Ayahnya itu langsung terkekeh sebelum menyambut kedua tangan Jaemin dan menariknya hati-hati.

Pagi itu, meskipun ganjalan di hatinya masih ada, Jaemin berusaha sedikit lebih tegar. Semalam, ayah sudah berjanji nggak akan meninggalkannya apapun yang terjadi. Ayah Taeil akan tetap jadi ayahnya sampai akhir nanti. Dengan hanya begitu, nggak ada lagi yang perlu Jaemin terlalu khawatirkan meskipun fakta bahwa dia bukan anak kandung ayahnya nggak bisa dia ubah sampai kiamat pun.

"Nanti kamu pulang jam berapa?" tanya Taeil begitu mereka sudah bersiap untuk berangkat menuju aktivitas masing-masing.

"Kayaknya agak malam, aku ada bimbingan" jawab Jaemin sambil mengikat tali sepatunya.

"Nggak usah ikut bimbingan dulu. Kamu belakangan ini terlalu rajin. Ayah nggak suka," kata Taeil begitu serius, "Nanti ayah jemput jam pulang biasanya"

"Terus bimbingan aku?"

"Dibilang nggak usah ikut. Bolos aja, nanti ayah yang ngomong sama Doyoung"

"Ahsiaaaapp!"

"TELOLET TELOLET OM TELOLEEEETT!!!"

Kedua anak dan ayah itu terjingkat kaget. Kompak menengok ke sumber suara yang asalnya dari luar pagar.

"ASSALAMU"ALAIKOOOOM!!!"

"Waa'alaikum salam"

"Yang nggak jawab salam gue jadi jodohnya mimi peri! Amiiinn!"

"Kumsalam!" jawab Jaemin sewot, "Ngapain lu kesini?!"

"Ngejemput pangeran"

"Kamu berangkat bareng Haechan?"

"Nggak. Aku sama ayah aja"

"Eh gue denger ya! Ya allah dzolim banget lu sama gue, Zaem! Jauh-jauh dari Ujung Kulon juga gue nyamperin lau kesini, sebegitu mudahnya kau tolak diri ini!"

"Drama lu!"

"Siapa yang lebih drama, ha? Lu blokir nomer gue kayak anak perawan lagi ngambek sama oppa-nya!"

Jaemin rolling eyes aja. Dia segera berdiri lalu meraih tangan kanan Taeil untuk diciumnya.

"Aku berangkat sama Haechan"

beautiful painTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang