renjun dan kelapangan hati

932 99 39
                                    

Tin tiin..

Tin..

Renjun tersentak kaget. Membuat kedua matanya lantas bergerak terbuka.

Belum sedetik, matanya lalu menyempit hingga nyaris menutup kembali, nggak tahan sama cahaya matahari senja yang teramat terang begitu menyilaukan. Sebelah tangannya terangkat demi menghalau sinar keemasan yang memancarkan segenap kehangatan padanya.

Lalu dibuat tertegun pada semilir angin senja yang dengan lembut membelai wajahnya. Terasa hangat. Dan juga nyaman.

Membuat Renjun langsung terlupa pada mimpi buruk yang sempat mengukungnya pada rasa dingin yang begitu menyiksa. Juga pada rasa sakit yang juga turut menjeratnya dengan teramat hebat. Seolah meremukkan setiap tulang pada rusuknya demi menarik keluar jantung yang berdenyut lemah didalam dadanya.

"Wowowowoooohh" umpatnya terkejut sewaktu tubuhnya terhuyung nyaris terjatuh dari motor yang sedang dikendarainya. Motor matic butut milik Tzuyu yang kini jadi miliknya sejak dia masuk ke sekolah menengah atas.

Renjun mengerjap beberapa kali. Memandang bingung pada kedua tangannya yang saat ini memegang erat kemudi motor yang melaju sedang ditengah lalu lintas.

Kedua matanya kemudian mengedar menatapi sekelilingnya. Pada kendaraan lain yang berlalu lalang menemaninya memadati jalanan. Pada siswa-siswi lain yang juga baru pulang dari sekolah. Serta pada jingga dilangit senja yang entah untuk alasan apa, begitu dia rindukan.

Renjun mendadak merasa linglung. Kebingungan menerjemahkan keadaannya sendiri. Seolah baru aja tersadar dari lamunan yang tanpa sadar telah dia ciptakan karna terlalu menikmati perjalanan pulang di senja ini.

Tin tin..

"Telolet om teloleeet"

Kedua mata Renjun otomatis berpaling menatap kaca spion kanannya begitu suara berisik nan mengganggu yang begitu familiar memenuhi pendengarannya diantara bising suara kendaraan.

Dia dibuat terkekeh begitu cengiran milik Haechan yang nyebelinnya nggak main-main, begitu semangat mengolok-olok Renjun lewat pantulan kaca spion. Candaan sederhana yang berhasil membuat Renjun terlupa pada kebingungan yang sesaat lalu sempat menyergapnya.

"Kenapa siih?" gumamnya.

"Annyiooong Renjunaaaah!" teriak Jaemin sewaktu Haechan berhasil mendahului laju motor Renjun. Tangannya melambai ribut macam anak tk lagi perpisahan sama teman-temannya.

"Babaaai Renjun beibiiih" kata Haechan nggak mau kalah berisik sama Jaemin yang lagi dia boncengin.

"See you when i see you Njuun, muaah!" kata Jaemin lagi sambil berkali-kali ngelempar kiss buat Renjun.

"Jijik Jeem, kenapa sih ni anak?"

Pletakk..

"Haiiish bangsyad"

"Jangan ngelamun ae Njun" suara Jeno ikut menyela, lagi-lagi juga sambil mendahului laju motor Renjun. Dia sempatin juga ngegetok helmnya Renjun biar itu anak nggak meleng lagi bawa motornya.

"Yelah yelaah"

"Ati-ati lo pulangnya"

"86 luur"

Senyum Renjun masih terkembang. Bahkan sewaktu teman-temannya sudah berada jauh didepannya. Sesaat tangan kirinya terangkat ragu-ragu, membalas lambaian tangan Jaemin yang masih terus menengok kearahnya tanpa berhenti melambai ribut kepadanya. Lalu ketiga sahabatnya itu menghilang dimakan jarak.

Membuat Renjun, tiba-tiba dilanda rindu.

Dia masih melanjutkan perjalanan. Berbelok mengikuti kemana tubuhnya ingin membawanya pulang. Sambil pikirannya melayang melintasi begitu banyak masa yang sudah ia lewati bersama ketiga sahabatnya. Pada pertemuan pertamanya dengan Jaemin diruang bk dihari pertama mereka bersekolah.

beautiful painTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang