ibu dan masa lalu pt_2 arrival ver

527 64 24
                                    

Hari-hari berikutnya Nayeon masih lumayan disibukkan sama urusan kepindahan Doyoung sama Sejeong. Dia nggak cukup tega membiarkan keduanya harus mengurus ini dan itu sendirian, apalagi kehamilan Sejeong masih cukup rentan kala itu.

Saking sibuknya Nayeon ngurus Doyoung, Tayeong sampai berpikir kalau calon kakak iparnya itu jangan-jangan lupa sama pernikahannya sendiri yang cuma tinggal delapan hari lagi.

Setiap Nayeon telpon dia buat jasa antar-jemput, Taeyong pikir Nayeon bakal minta diantar ke tempat WO pernikahannya. Tapi ternyata enggak. Tujuannya tetap sama kayak beberapa hari terakhir. Rumah Doyoung.

"Yong, beneran nggak apa-apa lo anter gue ke rumah sakit? Lo nggak capek?" tanya Nayeon suatu sore sepulangnya mereka dari rumah Doyoung. Lagi.

"Enggak kak ya ampuun lo kayak sama siapa aja deh. Lagian kan lo sendiri yang bilang kalo mama lo, mama gue juga. Jadi kalo mama ada apa-apa ya udah jadi urusan gue lah"

"Makasih ya Yong"

"Apaan sih lo ginian doang makasih-makasih segala? Geli gue. Udahlah ayok, keburu malem, kasian mama ntar kedinginan kalo kena angin malem"

Mereka buru-buru masuk ke rumah Nayeon. Keduanya berencana membawa mama ke rumah sakit karena kondisinya yang menurun beberapa hari terakhir. Nayeon tau, mama pasti terlalu banyak pikiran. Terlalu banyak hal buruk yang terjadi sampai membuat mama cukup terguncang.

Begitu mereka tiba dikamar Nayeon, Taeyong tiba-tiba menghentikan langkah diambang pintu. Kedua tangannya terkepal disisi kanan dan kiri tubuhnya. Dia nggak ingin mempercayai penglihatannya, apalagi memercayai terkaannya. Tapi melihat mama terbaring diatas ranjang dengan wajah yang begitu pucat, menyeret Taeyong pada ingatan dimalam dia kehilangan ibu yang lalu menjungkirbalikkan keadaan keluarganya.

Wajah mama terlihat nyaris tanpa warna. Persis seperti wajah ibunya dulu saat untuk terakhir kalinya dia peluk tubuhnya yang sudah kehilangan nyawa.

"Ma, bangun dulu yuk sebentar, kita ke rumah sakit ya?" dengan sangat hati-hati Nayeon berusaha membangunkan ibunya.

"Tangan mama dingin banget, mama kedinginan ya? Kita ke rumah sakit ya, biar mama dapat obat. Yuk ma bangun dulu"

"Kak.." sekuat tenaga Taeyong berusaha mengajak kakinya melangkah mendekati Nayeon yang terduduk ditepi ranjang. Lalu berlutut disebelah perempuan itu.

"Yong, mama badannya dingin banget. Ma? Ma bangun yuk, maa.."

Perlahan, Nayeon mulai dirambati rasa takut sampai mendatangkan kepanikan. Tubuhnya bahkan sudah gemetaran saking takutnya. Berulang kali dia menyentuh tangan mama, menggenggamnya. Lalu menyentuh pipi mama, juga mengusapnya hati-hati.

Sore ini, mama terlihat berbeda. Meskipun kedua matanya terpejam seperti biasa, tapi Nayeon merasa ada yang beda.

Mama terlihat lebih tenang. Wajahnya seolah nggak ada lagi beban yang mengganggu pikirannya sampai membuat mama sering terjaga dari tidurnya.

Mama masih cantik seperti biasanya. Tapi nggak ada lagi rona merah menghiasi pipinya. Wajahnya terlalu pucat. Dan Nayeon, nggak tau apa yang terjadi pada mama.

"Ma bangun ma, kita ke rumah sakit, ya? Ini ada Taeyong, kita diantar Taeyong nanti, ayo ma bangun"

"Kak Nay.."

"Yong, mama kenapa nggak bangun? Napasnya..napasnya kenapa.." Nayeon terdiam dengan napas tercekat, juga kedua mata yang mulai memburam dipenuhi airmata saat dia memperhatikan perut dan dada mama yang baru dia sadari, nggak lagi bergerak menghembuskan napasnya.

beautiful painTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang