9

3.2K 331 14
                                    

Suasana begitu sunyi di dalam ruang rapat saat ini, beberapa jam telah berlalu setelah kejadian penyerangan saat itu. Kepala sekolah beserta beberapa guru dan juga staf sedang duduk melaksanakan rapat penting.

Anggota OSIS, komite keamanan sekolah, dan juga orang penting yang terlibat dalam penyerangan itu juga hadir.

Kepala sekolah memijat batang hidungnya lelah, guratan kelelahan tampak di wajahnya yang sudah mulai memasuki usia senja. Matanya yang kusam memandang semua orang yang hadir.

"Damian, apa ada yang ingin kamu sampaikan?"

Damian menatap lurus kepala sekolah, sikapnya sangat tenang dan halus, membawa jejak keterasingan seolah semua ini tak ada hubungannya dengan dirinya. Bibirnya perlahan terbuka mengucapkan untaian kata.

"Saya meminta maaf atas apa yang terjadi saat ini. Masalah ini terjadi karena keberadaan saya."

Kepala sekolah mengangguk tenang, tampak menerima permintaan maaf darinya. Seseorang dari anggota OSIS mendengus tidak senang, mulutnya mencibir dengan tatapan sinis.

"Apa permintaan maaf darimu itu cukup? Akibat dari gengmu itu, banyak siswa yang terluka bahkan satpam sekolah harus dilarikan ke rumah sakit. Dan kau juga menyusahkan para guru dan kami semua."

Aksa, ketua OSIS dari SMA Nusa Bakti. Menegur anggotanya untuk diam. Damian hanya meliriknya sekilas, dia tahu jika semua anggota OSIS dan komite keamanan tidak begitu menyukainya. Damian mengabaikannya, matanya kembali menatap kepala sekolah.

"Untuk kerugian yang di derita sekolah dan para murid juga biaya rumah sakit, saya akan menanggungnya."

Kepala sekolah menyetujuinya, baginya itu sudah lebih dari cukup. Para pelaku juga sudah tertangkap dan sedang telah ditangani oleh pihak yang berwajib.

"Setidaknya jangan melibatkan sekolah dengan urusan pribadimu Damian. Atau lebih baik lagi jika kamu membubarkan geng buatanmu itu." Ucap kepala sekolah.

"Saya akan mengusahakannya. Tapi untuk membubarkan Avegas, saya menolak." Ucap Damian tegas.

Kepala sekolah menghela nafas, dia tidak dapat berbuat apa-apa lagi, jadi dia membubarkan rapat ini dengan segera.

Damian keluar dari ruangan di ikuti Aksa di belakangnya.

"Damian!"

Damian menoleh, menghadap Aksa yang menatapnya dengan ekspresi tenang.

"Apa?"

Aksa mengerutkan keningnya, "Bubarkan Avegas!"

Damian tersenyum sinis, matanya mencemooh manusia didepannya ini. Bukannya tadi dia telah mendengar bahwa Damian menolak membubarkan Avegas? Apa orang ini tuli sehingga tidak mendengarnya?

"Lo siapa nyuruh gue?"

"Avegas sudah membuat banyak masalah, dan sudah saatnya untuk dibersihkan!"

Damian menatapnya tanpa emosi, "Lo hanya takut kekuatan Avegas menekan OSIS kan?"

Melihat Aksa yang terdiam, Damian melanjutkan ucapannya.

"Gak usah khawatir, gua gak tertarik. Lo masih bisa menguasai sekolah ini."

Itu benar, di sekolah ini. Pangkat tertinggi setelah kepala sekolah bukanlah anggota staf ataupun guru, melainkan OSIS. Kekuatan OSIS cukup berpengaruh dalam kegiatan internal di sekolah ini. Mereka sangat di percaya oleh kepala sekolah, sehingga sering melakukan pekerjaan penting. Kedudukan OSIS bukanlah main-main, selama kamu menjadi anggota OSIS maka kamu akan mendapat banyak keuntungan. Mereka juga sangat di hormati oleh murid lainnya, itu sebabnya banyak murid yang berlomba ingin menjadi anggota OSIS.

BellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang