Bagian 7

158 12 13
                                    

Setelah sekian lama ini cerita saya anak tirikan, saya kembali 🤷

Komen dan vote. Trims🙏

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G
__________________________

"Oooh, jadi om dulu incaran banyak cewe dong? Duh, jujur aja saya juga kepincut."

Langkah kakinya spontan berhenti dan sempat melongo detik itu juga. Dilihatnya Gisa tengah menatap kagum kakeknya, terlebih tampang sombong Kakek Jhun yang seolah-olah orang paling ganteng sedunia. Abi jengkel melihatnya.

"Lo abis keracunan apa? Tua keriput gini lo panggil 'om'?"

"Bukankah saya lebih tampan dari bocah tidak tahu diri itu?" tanya Kakek Jhun tersenyum miring.

"Oh, ya jelas dong. Abi mah apa, bocah prik salah dimensi," balas Gisa.

Setelah dipaksa menjadi "cowok cool", harusnya Abi kali ini melepaskan semua beban dan semua celotehan yang ditahan selama di kampus. Namun, baru menginjakkan kaki di rumah sudah disambut percakapan penuh dusta. Abi sangat tidak paham, bagaimana kakeknya dibilang lebih tampan daripada dirinya.

"Saya mau pulang dulu, dadaaa, Om!" pamit gadis itu.

"Iya, hati-hati," jawab Kakek Jhun dengan tersenyum.

Abi menatapnya heran. "Ngapain sih, Kek?" jengahnya.

"Mirip dengan Krys—," kalimatnya terpotong sebab Hengka tiba-tiba masuk dengan raut panik.

Abi menatap lelaki itu, tanpa bertanya mengapa lelaki itu tampak panik, percuma bertanya jika Hengka bernapas saja ngos-ngosan.

"Ada cewe di rumah Mbah Koma, cakep banget gilak!" pekiknya dengan nafas tersengal-sengal.

"GUE KIRA KENAPA, COK!" Abi berjalan melewati lelaki itu, tak lupa menginjak kakinya keras.

"Jaearl Sanders Anderson, ada disini."

Abi diam mematung menghentikan langkahnya dan mendengar suara laki-laki mengatakan hal itu. Hanya ada Kakek Jhun dan Hengka disini, namun mana mungkin Hengka bisa mengatakan nama orang serumit itu. Bahasa Inggris saja dulu sewaktu SMA selalu remed. Dan kemungkinan besar Kakek Jhun yang mengatakan nama itu.

"Apaan dah gue nguping, orang tiap hari Kakek Jhun selalu aneh, gak heran," batinnya bodo amat.

"Anderson? Nama kampus?" gumamnya.

Abi segera memasuki kamar dan mengotak-atik handphone untuk menghubungi Keelan. Barangkali lelaki itu tahu, biasanya dia adalah orang yang luas ilmu. Bahkan ditanya soal putri duyung sekalipun Keelan akan menjawabnya serius tanpa candaan.

"Gue masih di tempat spa, ngapain buru!" ucapnya malas dibalik telepon.

"Lo tau Anderson? Siapa?" tanya Keelan.

"Nama kampus. Tapi setau gue penulis novel populer itu juga ada nama Anderson. Lagian nama Anderson banyak, anjir! Lo nanya yang mutu aja napa dah?" omelnya.

Abi terdiam sekejap menetralkan kebingungannya. "Bentar-bentar, bukannya penulisnya anonim? Darimana lo tau siapa penulisnya?" tanya Abi curiga.

"Anonim emang, tapi kalo jeli, siapapun bakal tau penulis itu buku. Tapi sayangnya cuman nol koma nol dua persen yang jeli," jawab Keelan dan langsung mematikan teleponnya.

Abi membanting handphone miliknya ke ranjang dengan kesal. Dia merutuki dirinya sendiri, menjambak rambutnya kasar. Tidak seharusnya dia menjadi pemikir keras seperti saat ini, sebab semua yang dijalani memang aneh, bisa gila jika dia memikirkan hal itu. 

Prince MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang