Bagian 9

69 9 1
                                        

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G

___________________

Rasanya turut berbahagia ketika Bapak Bambang Sutedjo Pamungkas direkrut menjadi Ketua di RT sebelah. Namun sedikit rasa kesal ketika dengan sombongnya Fendy memamerkan gelar itu. Hanya sombong, tidak inisiatif mengadakan syukuran atau apa. Malahan, anak itu meminta uang padanya untuk membeli carrier.

"Tolong lah, Bi. Masa iya muncak perdana sebagai anggota Mapala terus tas gue jelek gitu, ntar kalo barang gue brojol gimana?"

"Alay, lo. Lagian anggota cuman lima orang, sok-sokan carrier baru. Ya kalo ada duit, orang duit aja malakin gue," balas Abi kesal.

Fendy memasang wajah memelasnya. "Ya, emang cuman lima orang. Tapi yang satu orang tuh orang asing, mana cakep gitu, cewek kul. Gak kebayang betapa ilfeel-nya pas tau gue yang ganteng carrier gue jelek."

"Gue ada ide! Ntar gue nitip barang ke lo sama Keelan aja," ucapnya bangga.

"Gue ada ide lebih cemerlang! Lo titipin aja ke cewek kul itu," balas Abi tak kalah bangga.

"Disuruh kumpul," sahut Keelan.

Benar memang anggota baru Mapala tahun ini hanya lima orang, itupun 4 diantaranya hanya circle Abian. Keelan dan Fendy yang memang dulu anggota Pecinta Alam di SMA, begitu pula Abi sebagai ketua. Lalu Gisa, gadis itu meniru jejak ayahnya yang hoby traveling menjelajahi alam. Dan yang satu lagi, perempuan yang disebut 'cewek kul' oleh Fendy. Ya, hanya itu, sebab rumor beberapa tahun belakangan ini tentang meninggalnya mahasiswa akibat diklat Mapala masih saja menghantui mereka. Dan itu memang tidak hanya rumor, ini benar adanya. 

"Gue pikir lima tuh udah dikit banget, taunya angkatan Jeilan cuman tiga," kata Keelan.

"Lah, kok nemen," tawa Fendy.

"Okey, gue minta perhatian-nya sebentar! Ini sudah lengkap?" Jeilan mengambil suara diantara ramainya percakapan di ruang itu.

"Kurang satu," jawab Keelan singkat.

"Siapa?" sahut yang lain dengan sinisnya.

"Gatau, belum kenalan. Cewe kayaknya," jawab Keelan enteng.

Dan tatapan amarah dia dapati saat ini. "Anggota kalian itu cuman lima! Bisa-bisanya gak kenal."

"Udah, cukup. Dia masih otw kesini," potong Jeilan.

Kertas ketentuan mereka dapatkan di pertemuan kali ini, dan Abi sama sekali tidak minat untuk membacanya. Namun ketika Gisa membacanya cukup keras dan terdengar olehnya, Abi sontak berdebar kencang.

"Diklat disana? Ini pertemuan gue sama Abi Sebleng pertama kali," kata Gisa.

Abi hanya meliriknya sekilas.

"Pastikan kalian mendapat izin dari orang tua. Jangan sampai kampus dapat teguran dari orang tua karna kalian gak izin."

"Orang tua gue siapa? Kakek Jhun?" gumam Abi.

"Fen, tempat itu kaya magnet buat gue," kata Abi setelahnya.

Fendy hanya memutar bola matanya malas. "Kan emang kita pernah kesana."

"Enggak, bukan itu."

.
.
.

Baru tiga langkah dari pintu utama rumahnya, tatapan sinis sudah dia dapati. Kakek Jhun yang disampingnya terdapat lukisan wanita cantik itu tidak mengalihkan pandang dari Abi sedikitpun. Abi hanya mentapnya sekilas dan langsung bergegas ke kamarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Prince MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang