Bagian 8

129 12 8
                                    

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G
_______________________

"Gisa! Bukain pintunya! Woy, Gisa!"

Hengka dalam hati menghujat cara bertamu Abi yang tidak ada sopan-sopannya sama sekali. Namun detik itu juga dia tersadar, dia sama halnya dengan Abi.

"GUE GAK MENERIMA TAMU!" teriak seorang perempuan dari dalam rumah tersebut.

"TAPI GUE MAU JADI TAMU, JADI LO HARUS MAU!" balas Hengka tak kalah lantang.

Ini apabila Pak RT lewat, paling-paling mereka akan dijadikan mikrofon manual disebuah acara.

"Berisik lo pada, masih pagi juga." Gisa membuka pintu dengan menggerutu kesal.

"Maka dari itu masih pagi yang lain belum berisik, jadi kita yang mengawali. Pencetus nih bos!" balas Abi dengan bersedekap dada bangga.

"Kita mo nebeng ke kampus."

Gadis itu menghentikan kedipan matanya, melotot kebingungan dengan ucapan Hengka. Masalahnya, dia saja berangkat ke kampus naik ojek online atau biasanya dijemput Keelan yang manis dan imut paripurna. Dan bisa-bisanya dua curut ini pagi-pagi berteriak mau nebeng, apa tidak shock.

"Lo berdua kalo abis mabok, mending bolos aja deh. Kasian ama dosen lo, kena mental," saran Gisa.

"Gue serius ini, nebeng! Pake mobil gue gih, lo yang nyopir," kata Abi dengan menggerak-gerakkan kunci di depan muka gadis itu.

"Maksud lo, gue jadi sopir? Yang bener aja?" Gisa menginjak keras kaki kanan Abi, meskipun dia perempuan dan berat badannya tak seberapa, sungguh rasanya seperti diinjak gajah.

"Kita famous, lo berangkat bareng kita itung-itung cari nama," jawab Hengka.

"Gue sih mending ga dikenal orang banyak daripada terkenal jalur lo berdua."

Namun, melihat Kakek Jhun yang berdiri di balkon kamar dengan menatap ke arah mereka dan terlihat ber-damage menjadikan Gisa dengan senang hati mau menjadi sopir. Padahal di depannya ada Abi dan Hengka yang memiliki wajah sempurna, namun Kakek Jhun tetap yang memiliki pesona dan daya tarik nomor satu.

"Napa harus banget gue yang jadi sopir lo berdua?" tanya gadis itu.

"Karna saya yang meminta," batin Kakek Jhun mendengar percakapan mereka.

Dan sungguh, Gisa cukup tertekan dengan kedua orang yang duduk di jok belakang itu. Sebenarnya obrolan random mereka bernilai humor dan siapapun akan terhibur, namun Gisa justru kena mental mendengarnya. Karena, sejak awal dia sudah kesal dengan mereka, jadi hal hebat apapun yang mereka lakukan hanya membuat hatinya sebal.

Namun dua menit sebelum sampai ke tempat tujuan, Abi berubah drastis layaknya memiliki kepribadian ganda. Ternyata benar yang dikatakan teman-temannya, Abian orangnya sangat dingin tak tersentuh, sorot matanya tajam mematikan menjadikan siapa saja bahkan tak berani mengajaknya berbicara. Sedangkan Hengka masih sama, malah menampilkan gaya sok gantengnya.

"Bi, lo kalo begini gak kerasa gendeng-nya," kata Gisa namun hanya dilirik tajam olehnya, tidak, ini bukan lirikan tajam, entah apa namanya Gisa tidak paham.

.
.
.

"Lepas, brengsek!"

Ini pertama kali, pertama kali dalam hidupnya diperlakukan kasar oleh laki-laki, bahkan dia sama sekali tidak mengenal siapa orang itu. Pergelangan tangannya terasa perih terkena kuku tajam laki-laki berjaket hitam yang entah siapa namanya.

Prince MahesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang