୨ chapter three ୧

35 28 0
                                    

Livy turun dari motor yang memberikannya tumpangan dengan langkah yang hati-hati. Setelah turun, Livy tersenyum menatap seorang pria yang juga ikut tersenyum manis kepadanya dari balik helm yang di pakainya.

Thank you for take me up!” Livy tersenyum lebar seraya menyodorkan helm yang di pakainya ke pria manis bernama Juanda.

Juan mengangguk dan tetap memasang senyum manisnya “My pleasure, Livy. Aku balik duluan, ya.”

Livy mengangguk antusias. “Okey! Take care, Juanda!”

Juanda mengangguk dan menghidupkan mesin motornya. Setelah hidup, Juanda berpamitan ke Livy dan melaju meninggalkan area rumah Livy.

Melihat Juan sudah pergi, Livy membuka gerbang rumahnya dan masuk ke dalam. Sebelumnya, Livy juga tak lupa kembali mengunci gerbang rumahnya.

Momma! I'm back!” seru Livy seraya melepas sepatu sekolah dan kaos kaki yang di pakainya.

Serena keluar dari kamarnya dengan menenteng sebuah tas kecil berwarna merah maroon di tangannya. “Kamu ganti bajunya dulu. Mama mau ketemu temen. Kalau mau makan, makanannya udah ada di lemari makanan.”

“Oke!” Livy terdiam sebentar. “Ma, jangan lupa bawa jajan, ya.” Livy tersenyum penuh arti pada Mamanya.

Wanita paruh baya tersebut tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku putrinya. “Kunci pintunya, Mama mau pergi sekarang. Kamu jaga rumah baik-baik.”

“Okey! Have fun, Mama!”

Livy mengikuti Serena yang berjalan di depannya. Setelah Serena menjauh, Livy mengunci pintu rumahnya dan pergi ke kamarnya untuk menukar pakaian menjadi pakaian rumah.

Dikamarnya, Livy tampak berbaring dan berguling-guling di kasurnya yang memakai sprey bertema sofia the first. Gadis itu menikmati hawa dingin di kamarnya.

Livy menghirup udara di kamarnya seraya tersenyum lebar. “Akhirnya, hari ini gak bakal ada yang gangguin gue! Terimakasih banyak, Tuhan!”

Livy mengubah posisinya dari tidur menjadi duduk. “Hari ini harus gue nikmatin dengan sebaik- baiknya pokoknya!”

Livy bangkit dari duduknya. Lalu berjalan mendekati lemari pakainnya yang berwarna hitam dengan garis-garis putih kecil. Memilih-milih baju yang akan di pakainya.

Tepat pukul tujuh malam, Livy masih berada di teras rumah seraya membaca novel yang belum selesai ia baca. Livy hanya memakai kaus putih tipis crop top dan celana pendek biru navy. Di temani dengan segelas es teh dan biskuit cokelat.

Angin yang kencang membuat surai hitamnya bergerak-gerak. Cuaca malam ini tampak mendung dan angin sangat kencang. Sampah dan debu berterbangan dimana-mana.

“Widih, anak perawan ngapain masih di luar? Masuk sana.”

Suara itu lagi-lagi menyapa telinga Livy sehingga dirinya berdecak malas. Livy menatap kesal Ni-ki yang sedang memarkirkan motornya di halaman rumahnya.

“Baru aja mau tenang, eh nih bocil udah dateng aja.” gumam Livy kesal.

Ni-ki berjalan mengunci pintu gerbang rumahnya kembali. “Ngapain lo masih di luar? Angin malam gak baik, Kak. Lo bisa masuk angin.”

Rumah Ni-ki dan Livy bersebelahan dan hanya di batasi tembok yang rendah sehingga membuat kedua keluarga remaja itu mudah untuk saling berkomunikasi.

Livy menatap Ni-ki sebal karena menganggu dirinya. “Gak usah atur gue, Ki. Gue bisa atur diri sendiri. Tenang aja.”

“Di bilangin ngeyel banget. Lo masuk angin nanti,” ucap Ni-ki lagi ketika melihat Livy yang hanya memakai kaos putih crop top dan celana pendek.

Livy merengut kesal mendengar ucapannya. “Lo masuk duluan aja sana! Yang lebih gampang sakit itu bocil! Gue masih mau di luar.”

“Kak, kepala lo kayaknya perlu di lempar pakai batu supaya gak keras lagi.” kesal Ni-ki karena Livy tidak mau mendengar perkataannya.

“HEH! ENAK AJA!” Livy tidak terima.

“Serius masih mau di luar?” tanya Ni-ki pada Livy.

“Iya! Gue masih mau di luar. Gak usah sewot deh.” jawab Livy dengan yakin.

Akhirnya, Ni-ki lebih memilih untuk mengalah. “Oke. Terserah lo, Kak. Tapi jangan sampai sakit, ya.”

ʚ୨🌷୧ɞ

Serena melihat jam dinding yang terpajang di rumahnya. Setelah melihat pukul 07.00 a.m, Serema segera berjalan menuju kamar anak gadisnya yang masih tertidur pulas.

“ASTAGA! WAKE UP, DEAR! INI UDAH JAM TUJUH!” seru Serena keras yang melihat putrinya yang masih tertidur dengan posisi meringkuk kedinginan.

Serena menepuk-nepuk pipi sang putri agar terbangun dari tidur cantiknya. Alhasil, Livy membuka matanya secara perlahan dan menatap sang Ibu dengan sendu.

Livy memeluk perutnya dengan tangannya sendiri. “Ma, perutku sakit banget.”

Serena yang melihat tingkah putrinya itu berkacak pinggang. “Ya ampun! Kamu tuh kalau mau sekolah, ada aja yang sakit! Ayo bangun! Jangan pakai alesan sakit segala!”

“Tapi, perutku beneran sakit banget,” lirih Livy hampir tak terdengar.

Seketika raut wajah Serena berubah. Raut wajahnya menggambarkan bahwa dirinya sangat khawatir dengan Livy. “Kok bisa sakit? Semalem makan apa?”

Serena mengelus-elus surai hitam pekat putrinya dengan penuh kasih sayang.

“Aku semalam gak makan yang aneh-aneh kok,” jawab Livy seadanya seraya meremas perutnya kencang.

“Astaga, Mama hari ini harus pergi kerja. Mama gak bisa jagain kamu.” Serena menjeda ucapannya sebentar. “Kamu Mama titipin ke Mamanya Ni-ki dulu, ya?” tawar Serena khawatir.

Livy yang mendengar itu membulatkan matanya dan langsung menolak. “Gak perlu, Ma. Aku di sini aja sendiri,”

“Ayolah, Liv. Mama takut tinggalin kamu sendiri di rumah. Kamu ke rumah Mamanya Ni-ki dulu, ya? Kalau Mama pulang, i'll give you ur favorite food.” Serena berusaha membujuk agar Livy mau di titipkan karena ia khawatir dengan keadaan Livy.

Livy pun hanya bisa mengangguk pasrah karena takut membuat sang Mama khawatir.

Serena menuntun sang putri perlahan agar bisa duduk. “Yaudah, ayo Mama anterin ke rumahnya Tante Mai.”

ʚ୨🌷୧ɞ

HELLOOO :3 !!

Finally, friend!
Aku bisa update setelah terhalang
oleh tugas-tugasku yang menumpuk :D.

Last day aku up book ini tanggal 14 🙎🏻‍♀🙎🏻‍♀. Udah lama banget tanggal 14 😷👌🏻! Bukan cuman karena tugas aja, tapi karena aku gak mood juga hehe T____T.

Anyway, goodnight 🧚🏻‍♀🎀🌷 !

love n hate ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang