୨ last chapter ୧

38 5 0
                                    

“Ni-ki,” Livy memanggil kekasihnya dengan wajahnya yang cemberut.

Ni-ki menoleh dan mengelus rambut gadisnya lembut. “Kenapa, Kak? Mukanya kok cemberut gitu?”

“Lo tuh jangan ganteng-ganteng banget bisa gak? Banyak banget cewek yang suka sama lo, ih! Kesel banget, ah!” Livy mengomel dengan bersedekap dada.

Ni-ki tertawa mendengar dumelan tersebut. “Kenapa? Jealous?”

Livy mendengus mendengar pertanyaan yang di lontarkan Ni-ki. “Iyalah, gue jealous! Lo tuh pacar gue tau!”

“Iya-iya, gue pacar Kak Livy.” ucap Ni-ki pengertian.

Livy menyandarkan kepalanya di bahu lebar Ni-ki. Satu tangannya untuk memegang jajanan dan satu lagi untuk memainkan jari-jari tangan Ni-ki.

“Udah capek?” tanya Ni-ki seraya menepuk-nepuk bahu Livy.

Livy mengangguk-angguk sebagai jawabannya.

“Mau pulang sekarang?” Ni-ki menawarkan.

“Sebentar lagi aja. Masih mau habisin jajanannya.” Livy menolak halus.

“Tangannya besar banget deh,” ucap Livy seraya memainkan jari-jari tangan Ni-ki. “Jadi makin suka deh,”

“Suka apa?” tanya Ni-ki.

Livy berpikir sebentar untuk menjawab pertanyaan Ni-ki. “Suka Nishimura Riki,”

Ni-ki terkekeh mendengar jawaban yang di berikan kekasihnya.

Tiba-tiba, Livy mengangkat kepalanya dan menatap Ni-ki. “Ayo pulang. Gue udah ngantuk banget deh.”

Ni-ki tersenyum dan mengangguk. Kemudian, Livy dan Ni-ki berdiri. Keduanya berjalan menyusuri jalan untuk pulang ke rumah dengan tangan yang bertautan.

“Jangan deket-deket Juanda lagi, Kak. Gue gak suka.” peringat Ni-ki pada Livy yang berjalan di sebelahnya.

Livy mengangguk semangat dan memberikan jempolnya. “Siap!”

Nice,

“Eh, lo juga gak boleh deket-deket sama si Sherly itu lagi! Gue paling gak suka kalau lo deket-deket sama dia karena dia itu suka sama lo.” Livy memberikan peringatan juga.

Ni-ki tersenyum lebar menanggapi ucapan Livy. “Secantik apapun cewek yang suka sama gue, lo yang akan tetap jadi pemenangnya. Lo pemilik hati seorang Nishimura Riki.”

Livy tersenyum malu di buatnya.

“Kak, gue pengen lo tau satu hal aja.” ucap Ni-ki tiba-tiba.

Livy mendongak ke arah Ni-ki. “Apa tuh?”

“Gue gak peduli apapun yang akan terjadi nanti. Gak peduli gimana jadinya kita berdua nanti. You'll always be my favorite art. You'll always be the prettiest. You'll be the winner and runner-up. I love u so much.”

Pandangan Livy mengabur. Air mata bertumpuk di pelupuk matanya. Ni-ki menyadari hal tersebut.

“Kenapa nangis? Gue salah ngomong?” Ni-ki bertanya khawatir.

Livy menggeleng lucu. “Peluk,”

Ni-ki merentangkan kedua tangannya dan Livy berhambur masuk ke dalam dekapan hangat milik Ni-ki. Tangan Ni-ki menepuk-nepuk lembut punggung Livy.

“Aku seneng banget. Aku seneng denger kata-kata itu keluar dari mulut kamu. Aku merasa menjadi perempuan yang paling beruntung di dunia ini deh. Aku sayang Ni-ki, sayang banget.” ucap Livy dengan air mata yang mengalir turun.

Ni-ki melepaskan pelukannya. Lalu, ia menangkup wajah Livy dengan kedua tangannya. Ia mengusap air mata Livy. “Jangan nangis. Lo udah jelek malah tambah jelek karena nangis.”

“Tadi katanya gue cantik!” Isak tangis Livy malah semakin keras.

Ni-ki terkekeh mendengarnya. “Iya, lo yang paling cantik di planet manapun.”

Livy menghapus air matanya. “Iya, gue udah tau itu.”

Ni-ki mengusak rambut Livy gemas.

Setelah berjalan sekitaran setengah jam, akhirnya kedua remaja tersebut sampai di depan rumah Livy.

“Besok gue jemput, Kak. Jangan telat bangun.” ucap Ni-ki pada Livy.

Livy mengangguk. “Tenang aja! Gue udah pasang alarm kok.”

“Oke. Awas aja kalau besok lo telat. Gue peluk lo sampai gak bisa nafas.” balas Ni-ki.

“Gue mati dong! Kalau gue mati, ntar lo pacaran sama cewek lain. Gue gak mau!” kesal Livy.

“Kok mati? Bukannya nyawa lo ada sembilan?” tanya Ni-ki seraya bersedekap dafa.

“Lo pikir gue kucing?!” Livy berkacak pinggang.

“Iya, soalnya lo lucu.” jawab Ni-ki santai.

Livy memutar bola matanya malas. “Ewh, apaansih! Gombalan lo aneh-aneh semua!”

Ni-ki hanya terkekeh. “Gue pulang dulu, ya. Ntar ibu bos ngomel lagi ke gue karena gue lama pulang.”

“Sip!”

Ni-ki berjalan keluar dari pekarangan rumah Livy.

“Dadah pacar!” seru Livy seraya melambai-lambaikan tangannya dengan semangat.

“Dadah juga pacar!” balas Ni-ki tak kalah semangat.

Dua remaja yang dulunya hanya sebatas teman dekat dan saling gengsi mengakui perasaan, kini sudah menjadi sepasang kekasih.

They're the perfect combination. ♡

ʚ C O M P L E T E  ɞ

For the first, i just wanna say thank u 😭💟!
Terharu banget book ini udah selesai <3.

Tanpa kalian yang baca book ini, aku gak akan bisa tamatin book ini karena moodku buat nulis itu ada ketika aku ngeliat pembaca bookku bertambah 🙆🏻‍♀🎀💐.

Aku bener-bener minta maaf kalau ada kata-kata yang menyinggung atau menyakiti perasaan kalian 💌.

Sampai ketemu di karyaku yang lain! 🦋
Stay healthy 🧚🏻‍♂!
I love u so much, all (♡˙︶˙♡).

love n hate ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang