୨ chapter thirteen ୧

30 8 0
                                    

Livy mendorong sebuah kursi mendekat ke arah jendela kamarnya. Lalu, ia duduk di atasnya dengan suasana hati yang buruk. Ia menatap air hujan yang tak henti-hentinya turun daritadi.

Untung saja hujan turun saat Livy sudah sampai di rumahnya.

“Ni-ki udah pulang belum, ya?” gumam Livy seraya menatap bangunan yang berada di sebelah rumahnya melalu jendela kamar.

Livy menggambar-gambar asal di kaca jendela kamarnya karena tidak tahu harus melakukan apa.

Setelah cukup lama, Livy samar-samar mendengar suara motor. Livy melihat ke arah jendelanya dan benar saja. Ni-ki baru saja sampai di rumahnya dengan keadaan basah kuyup.

Saat Livy tengah menatap Ni-ki, tiba-tiba Ni-ki menoleh ke arah jendela kamarnya dan keduanya saling menatap satu sama lain. Livy memutuskan kontak mata mereka.

Drrt

Suara notifikasi ponsel Livy mengalihkan perhatiannya. Livy mengambil ponselnya.

Nishimura Riki :
| Keluar sebentar

Livy :
Hujan |

Nishimura Riki :
| Bawa payung

Livy menuruti. Ia memakai payung untuk bertemu Ni-ki di luar. Saat sudah di luar, Livy melihat pria itu sudah berada di halaman rumahnya.

“Kenapa ke sini?! Udah tau lagi hujan juga!”
Livy mengomel pada Ni-ki yang sedang di guyur hujan.

Ni-ki mengusap wajahnya karena air hujan terus membasahi seluruh bagian tubuhnya tanpa terkecuali. “Gue mau minta maaf!”

“Itu kan bisa nanti-nanti!” kesal Livy. Ia menarik Ni-ki menuju teras rumahnya agar tidak kehujanan lagi.

Kini, keduanya duduk di teras rumah Livy. Dua-duanya tidak ada yang berbicara. Sibuk dengan pikirannya masing-masing.

“Maaf,” Livy menoleh ke arah Ni-ki.

“Udah seharusnya,” jawab Livy singkat.

Ni-ki menyandarkan kepalanya di bahu kekasihnya. Livy tersentak di buatnya.

“Basah, Ki.” ucap Livy seraya melirik Ni-ki.

“Gak papa, Kak. Biar kita sama-sama basah.” jawab Ni-ki tidak peduli dengan ucapan Livy.

Drrt Drrt

Sebelum Livy ingin membalas ucapan Ni-ki, ponselnya sudah berdering lebih dulu. Livy mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya dan menekan tombol hijau yang berarti accept.

“Halo, kenapa telpon?” sapa Livy pada lawan bicaranya lewat telepon.

“Aku ganggu kamu?”

“Oh, gak sama sekali kok. Ada apa, Juan?”
Begitu Livy menyebut nama Juan, perhatian Ni-ki semakin ke Livy.

“Aku mau ajak kamu jalan, Liv. Kamu bisa gak kira-kira?”

Speaker,” ucap Ni-ki sedikit berbisik.

Livy menurut dan menghidupkan speakernya.

“Maaf, aku kurang denger. Kamu mau ngomong apa tadi? Boleh ulang?” tanya Livy lewat sambungan telepon.

“I want have a date with u. Kamu bisa?”

Tatapan Ni-ki yang tadinya ke arah ponsel, kini tatapannya beralih ke arah Livy. Mata Livy pun bergerak melirik Ni-ki.

“Ma—”

Sebelum Livy menyelesaikan kalimatnya, Ni-ki sudah lebih dulu memotong ucapannya.

“Gue minta tolong jangan pernah hubungin cewek gue lagi.”

Tit

Ni-ki mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Livy menatap Ni-ki terkejut.
Tidak menyangka Ni-ki melakukan hal tersebut.

Delete nomor Juan,” titah Ni-ki setelah mengembalikan ponsel tersebut kepada pemiliknya.

Livy mengangguk kecil. “Iya, nanti gue delete nomor Juan.” Lalu, Livy menatap Ni-ki dari atas sampai bawah. “Lo basah kuyup. Ganti baju dulu, lo bisa masuk angin.”

Chill. Gue udah kebal,” Ni-ki mengabaikan.

Livy berdecak sebal karena Ni-ki mengabaikan dirinya. “Kebal apanya? Ganti baju sana ke rumah. Gue tungguin di sini.”

Akhirnya, Ni-ki menurut. Ia memutuskan pergi ke rumah sebentar untuk berganti baju.

ʚ୨🌷୧ɞ

Pukul 18.00 WIB, Ni-ki dan Livy tengah berjalan-jalan di alun-alun kota. Keduanya memutuskan untuk berjalan kaki. Tangan Ni-ki bergerak merangkul bahu Livy.

“Kontak Juan udah di delete?” tanya Ni-ki pada Livy yang tengah asik memakan jajanan yang baru saja di belikan oleh Ni-ki.

Livy mengangguk dengan mulut yang penuh makanan.

“Duduk dulu?” Ni-ki menawarkan.

Livy mengangguk. “Iya,”

Kemudian, Livy dan Ni-ki duduk di sebuah kursi putih panjang yang berada di pinggir jalan.

“Pelan-pelan, Kak.” ucap Ni-ki lembut seraya menyelipkan rambut Livy ke belakang telinga Livy agar tidak menganggu gadis itu makan.

Saat keduanya sedang asik mengobrol, seorang gadis dengan potongan rambut wolfcut  mendatangi keduanya.

Excuse me, can i have ur phone number?” Gadis tersebut menatap Ni-ki.

Ni-ki berdecak. “U can't see there's a girl beside me?”

Gadis itu membungkuk ke arah Ni-ki dan Livy. “Sorry. I think she's not ur girlfriend.” Kemudian, gadis itu pergi begitu saja.

ʚ୨🌷୧ɞ

Holaaa ~ 🤓💐💗

Finally, mood ku buat nulis cerita
membaik 😻❤!Terharuu t__t.
Book ini juga satu
chapter lagi bakal selesaii <3.

Yeayy!

Thank u so much for ur support, love ♡.

love n hate ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang