Chapter 10

12 5 18
                                    

Happy Reading 💜

Mohon maaf atas keterlambatan update 🙏
............

Orang baru memang lebih menggoda. Namun, percayalah, seseorang yang telah lama menemanimu, jauh lebih berharga.

-Sabrina Anggraini.

______________________________

Baru saja motor sport ini berhenti di suatu tempat. Aku seperti dibawa ke masa lalu. Namun, entah apa?

Tempat dengan banyak permainan mini khusus anak-anak itu, sangat sepi. Beberapa wahana, sudah ada yang terlihat rusak. Tempat yang sudah lama dan terbengkalai begitu saja.

Padahal menurutku, jika tempat ini dirawat pasti sangat indah. Tidak seperti tempat angker begini.

"Lo inget gak tempat ini?" Tanya Sultan sembari berjalan di sekitaran taman, sedangkan aku sibuk menoleh ke kanan dan kiri.

Aku menyejajarkan langkah, lalu menggeleng. Kulihat Sultan sedikit tersenyum.

"Udah gue duga sih. Kalo lo inget tempat ini, lo pasti gak ngerasa asing sama gue."

Aku memfokuskan atensi pada Sultan yang juga menatapku. "Maksudnya?"

Tak ada jawaban, tapi, lima menit kemudian ia kembali bersuara. "Taman Ceria."

Aku menatap lelaki jangkung ini dengan kerutan di dahi. "Lo bener-bener ngelupain semuanya, ya?"

"Iya, gue gak inget apa yang ada di masa lalu. Gue lupa, mungkin yang gue inget hanya potongan-potongan kecil, kecuali ..."

Aku tidak bisa melanjutkan ucapanku, beruntungnya, Sultan mengerti dan hanya merespon dengan anggukan.

"Mau gue bantu biar inget?" Tawaran yang membuatku bimbang, jika aku mengiyakan, artinya lembaran masa lalu akan kembali terbuka, dan bisa saja merujuk pada sesuatu yang dulu terjadi.

Memahami keterdiamanku, Sultan terkekeh dan melanjutkan,"gue pastiin, masa lalu yang ini gak bakalan membawa lo pada trauma itu."

Aku tercengang, dia benar-benar tahu akan segalanya. Jadi, siapa sebenarnya pemeran utama disini?

Suara dedaunan yang tertiup angin, menjadi pengisi suara menjelang sore ini. Kami sama-sama diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

Sebenarnya siapa lelaki ini?

"Udah sore, mau pulang sekarang?" Tawaran yang langsung kuangguki. Semua kejadian ambigu ini sangat membuat kepalaku pening.

Bersamaan dengan ditancapkannya gas motor, aku menoleh ke kiri, mataku membulat terkejut. Terlihat ada seseorang berpakaian serba hitam di balik sebuah pohon beringin.

***

Badan lelah ini sudah sampai di rumah sekitar sepuluh menit yang lalu. Melihat Mama yang tengah asyik menonton televisi, aku mencoba untuk menghampirinya.

Tanganku mengambil salah satu toples dari tiga toples yang berjajar di meja ruang keluarga.
"Ma," panggilku sebagai pembuka.

"Kenapa, Sabrina?" Jawabnya dengan pandangan yang tak lepas dari layar yang tengah menampilkan acara berita.

"Mama tau soal Taman Ceria gak?" Tanyaku hati-hati.

Wanita setengah baya itu menoleh padaku, seolah menyiratkan keterkejutannya. "Kenapa kamu tiba-tiba bertanya soal itu?"

"Em, gak papa, Ma. Cuman pengen tau aja," jawabku sedikit gugup. Sepertinya aku tidak akan memperoleh apapun dari sini.

"Ya udah, Ma. Sabrina ke kamar dulu."
Aku segera berlalu meninggalkan Mama yang masih menatapku aneh.

I'm LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang