Chapter 6

12 7 21
                                    

Happy Reading 🤍

Karena yang terlihat tenang sekalipun, memiliki iblis yang bisa bangkit kapan saja.

- Sabrina Anggraini.

____________________________

Bel masuk sebentar lagi kembali berdering. Aku segera menghabiskan cilok yang kubeli.

Sekitar lima menit kemudian, cilok itu tandas dengan hanya menyisakan kuah kacangnya. Cilok Pak Mamat memang juara!

Lalu aku beranjak untuk membuang sampah dan kembali ke kelas. Sialnya, kuah kacangnya sedikit terciprat ke bajuku.

"Aish! Ada-ada saja." Kuurungkan niat untuk langsung ke kelas. Berbelok di ujung koridor dengan tujuan toilet perempuan.

Saat istirahat seperti ini, banyak para siswi yang masih nongkrong di kamar mandi. Entah untuk bermake-up ataupun berbincang.

Aku masuk ke bilik nomor tiga. Karena memang bagian wastafel, tengah banyak gadis sosialita yang sibuk mengobrol.

"Kayaknya udah lumayan bersih." Ujarku senang karena bumbu kacang itu tidak terlalu menempel.

Sayup-sayup terdengar suara langkah kaki mengarah keluar toilet. Bersamaan dengan itu, bel masuk berdering dengan lantang.

Aku pun berniat untuk keluar, tapi ...
"Kok gak bisa dibuka?"

Berulangkali kenop pintu kuputar dan tarik, tapi hasilnya nihil. Pintu ini tetap tertutup rapat. Padahal pihak sekolah selalu merawat fasilitas yang ada, tidak mungkin jika pintu ini macet.

Atau jangan-jangan ....
"Hah, kejadian lagi." Desahku kala teringat kejadian yang sama.

Kenapa selalu ada saja tangan jahil yang mengerjaiku seperti ini?

Tidak bisakah mereka diam, dan membiarkan aku melakukan hal yang ingin kulakukan?

Berteriak minta tolong juga tak akan membuahkan hasil. Sebab, tak ada yang datang kemari dijam segini. Kalaupun ada yang ke toilet, mereka seolah-olah tuli akan teriakan dan gedoranku.

Malangnya diriku.

Kejadian ini sangat pas kala aku merogoh saku dan tak kudapati sesuatu yang kubutuhkan. Ponsel. Ya, benda pipih itu berada di tas. Tergeletak rapi bersama buku-buku di sana.

Aku hanya bisa menunggu sampai ada seorang satpam ataupun cleaning service datang kemari untuk mengecek kondisi tiap-tiap ruangan di SMAN Padjadjaran ini.

"Tolong!!" Aku mulai berteriak keras, dengan harapan ada orang baik yang mau membantu.

"Ada orang di luar?!"

Tak ada sahutan.

Hanya hening yang ditemani gemericik air.

Aku benar-benar sendirian.

Sebisa mungkin aku tetap mengendalikan diri, menghempas gejolak ketakutan yang mulai merayap. Rasa dingin mulai menjalar diantara pori-pori, membuat bulu kuduk berdiri tegak tak terbantahkan.

Berusaha melupakan rumor horor yang beredar satu mulut ke mulut yang lain.

Kamar mandi ini konon katanya tempat paling angker yang ada di SMAN Padjadjaran.

I'm LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang