|06. nano nano|17+

3.1K 53 1
                                    

Happy Reading
~~~~~~~~~~~~

"ARVALLLL!!!!!" Teriak Ailsie.

Ailsie yang ingin menghentikan Alvar, segera di tahan oleh seorang laki-laki yang tak ia kenal. Tenaga nya yang ia usahakan untuk terlepas dari genggaman laki-laki itu menjadi sia-sia. Tangisan Ailsie semakin deras saat lagi-lagi tongkat baseball itu di arahkan ke tubuh Angkar.

"ARVALL, CUKUPP!!"

Ailsie sudah tak sanggup mendengar suara pukulan itu. Ia memalingkan wajah nya ke samping dengan menutup mata nya erat-erat. Cukup, cukup aku gak kuat lagi.

Ailsie yang berkutat di pikiran nya sendiri sampai tak menyadari pukulan Arval yang sudah berhenti dan genggamam di lengan nya juga sudah terlepas. "Sayang." Panggil Arval.

Cklek

Dengan perlahan, Ailsie membuka kelopak mata nya yang masih basah. Mata nya ia sipitkan saat cahaya terang menyambut nya. Dengan pelan-pelan, ia melebarkan mata nya untuk bisa menyesuaikan mata nya dengan cahaya di sekitar.

Saat sudah bisa melihat dengan normal kembali, Ailsie menatap ke arah Alvar yang juga menatap nya. Nampak laki-laki itu menampilkan senyum nya yang membuat Ailsie menjadi muak. Dan juga laki-laki itu kembali merentangkan kedua tangan nya ke arah Ailsie.

"Sayang peluk." Pinta Arval.

Ailsie menggelengkan kepala nya. Ia mulai melangkahkan kaki nya menghampiri Angkar yang sudah terluka parah. Pukulan laki-laki itu tadi membuat kulit Angkar menjadi lebam keungu-unguan.

Alvar tersenyum kecut saat lagi-lagi ia di tolak mentah-mentah. Sesuatu yang sudah ia kubur dalam-dalam seketika muncul kembali hanya karena perempuan itu. Ia mengangkat tongkat baseball yang ia genggam tinggi-tinggi dan akan ia arahkan ke laki-laki yang bernama Angkar itu.

"Alvar, stop!" Seru Ailsie.

Dengan ogah-ogahan, Ailsie memeluk punggung lebar laki-laki itu dari belakang guna menenangkan Alvar. Seketika itu juga, Alvar menjatuhkan tongkat baseball itu ke tanah. Alvar yang ingin berbalik, di tahan oleh Ailsie.

Telapak tangan Ailsie di elus dengan lembut oleh Alvar. Pipi kanan nya ia dekatkan ke punggung laki-laki itu yang mau tak mau, ia harus mencium wangi badan dari Alvar. Wangi badan Alvar membuat nya seketika terlena. Ia jadi ingin terus berada di dekat laki-laki itu.

°°°°°°°°°°°°°

Sekitar 5 menitan mereka bertahan di posisi seperti itu, sampai pada akhir nya Ailsie pun melepaskan pelukan nya walaupun tadi sempat di tahan oleh Alvar. Mata nya memandang sendu ke arah Angkar yang tak berdaya.  Alvar yang menyadari itu ntah mengapa merasa tak suka. Ia pun menutup kedua mata Ailsie dengan telapak tangan nya yang besar.

"Lo apaan sih!" Ujar Ailsie Kesal sambil berusaha menyingkirkan telapan tangan Alvar yang menghalangi pandangan nya.

"Gue cuma mau ngelindungin mata lo dari virus." Jawab Alvar asal.

"Yang jadi virus itu lo, bukan dia." Ujar Ailsie sambil mengangkat tangan nya ke belakang dan menarik helaian rambut Alvar dengan kuat.

"Aduhhh sakittt." Adu Alvar.

"Mampus lo." Maki Ailsie saat sudah lepas mata nya sudah lepas dari telapan tangan laki-laki itu.

Ailsie menjongkokkan diri nya saat sudah berada di dekat Angkar. Dengan jari yang bergetar, Ailsie mengelus pipi Angkar yang memar. Mata nya yang tadi sudah kering, seketika berair. Ailsie meraih tangan Angkar untuk ia genggam.

"Maaf, maafin gue kar." Sesal nya sambil mengecup telapak tangan Angkar.

Emosi Arval yang tadi sudah sedikit tenang seketika menghilang saat melihat betapa bersalah nya kekasih nya. Padahal yang memukul laki-laki itu ialah diri nya sendiri.

"Lo ngapain!" Seru Alvar saat Ailsie ingin mencium kening laki-laki itu. Genggaman nya di lengan perempuan itu semakin kuat saat Ailsie ingin mencoba melepaskan diri dari nya.

"Lepas, Anjing!"

Alvar menggelengkan kepala nya. Laki-laki itu menyeret Ailsie untuk keluar dari ruangan ini meninggalkan Angkar yang sudah sekarat. Angkar harus di obati.

"Alvar! Obatin dulu Angkar. Dia kasihan, Var. Alvar, lo dengerin gue gak sih? Obatin Angkar, Anjing!"

Alvar memberhentikan langkah nya yang membuat Ailsie juga ikut berhenti. Laki-laki itu membalikkan tubuh nya ke arah Ailsie. "Kalau gue gak mau? Lo mau apa." Tantang Alvar.

"Lo bajingan!" Maki Ailsie dengan tatapan benci yang ia tunjukkan ke laki-laki itu.

Dengan raut wajah yang bangga, Alvar membalas "Yes, I am."

Alvar memajukan wajah nya mendekat ke wajah Ailsie. Dengan secepat kilat, Alvar mendaratkan bibir nya ke bibir merah milik perempuan itu. Hanya mengecup bibir itu saja.

"Alvar, anjingggg!!!"

°°°°°°°°°°°°°

Ailsie yang dari tadi memberontak membuat Alvar membanting tubuh perempuan itu saat sudah sampai di mobil nya. Dengan kasar Alvar mendorong kembali bahu Ailsie masuk ke dalam mobil saat perempuan itu memaksa untuk keluar.

"Lo diam di sini atau Laki-laki itu gue habisi." Ailsie yang tak percaya, semakin bergerak brutal.

Tubuh nya di dorong kembali, tapi kali ini lebih kasar. Tangan Alvar mencengkram kedua pipi nya dengan kuat yang membuat ia kesakitan.

"Lepas, akhhh lepas, anjing!"

Dengan sekuat tenaga, Ailsie mencoba melepaskan cengkraman laki-laki itu dari pipi nya. Mata nya seketika memanas saat merasakan pipi nya yang semakin sakit.

"Diam di sini!" Ucap Arval dengan penuh penekanan.

Arval melepaskan cengkraman nya dengan mendorong kepala perempuan itu ke belakang. Segera Arval menutup pintu mobil nya dengan membanting nya kuat.

Brakkk

Ailsie di buat tersentak sambil kedua mata nya menutup saat pintu itu di banting. Belum beberapa lama, terdengar dari samping nya pintu mobil di buka. Ailsie segera memperbaiki duduk nya.

Laki-laki yang berbalut kemeja hitam yang dua kancing nya di lepas begitu saja, membuat Ailsie terpesona. Tetapi itu hanya sesaat saat Alvar menatap je arah nya dengan tatapan datar.

Ailsie segera membuang muka nya. Tubuh nya tiba-tiba tersentak saat telapak tangan kasar milim Alvar menyentuh paha nya. "Lo ngapain?!" Seru Ailsie.

Perempuan itu langsung saja menyingkirkan telapak tangan Alvar dari atas paha nya. "Lancang ya, lo."

Terlihat Alvar mengendikkan bahu nya acuh tak acuh. Laki-laki itu mulai menjalankan mobil nya menjauh dari rumah itu.

Jangan lupa vote and komen
Terima kasih:)
<----------------------->

ARVAL 17+ (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang