Tujuh

265 22 2
                                    

Hari minggu pagi, Fachri sudah berada di dalam angkot menuju rumah sakit tempat Diaz dirawat. Tas di punggungnya terlihat berat dan penuh, tapi itu tak menyurutkan semangatnya.

"Gak sabar ketemu Diaz. Dia pasti seneng banget liat apa yang aku bawa," ucapnya pelan sambil memeluk erat tas punggungnya yang kini tengah ia pangku. Begitu melihat rumah sakit tempat Diaz di rawat sudah berada di ujung jalan, Fachri segera mengetuk langit-langit angkot, mencari atensi dari supir angkot dan memintanya untuk menghentikan angkotnya.

Dia kini tengah berada di depan gerbang rumah sakit tempat Diaz dirawat. Sambil memperbaiki posisi tas punggungnya, Fachri berjalan mantap melewati gerbang menuju ruang resepsionis yang berada tepat di depan pintu masuk.

"Permisi?"

"Ya? Ada yang bisa saya bantu, Dik?"

"Anu, ruang rawat Diaz Arya Nugraha di mana, ya?" Canggung, Fachri menyebutkan nama lengkap Diaz dan menanyakan di mana sahabatnya itu dirawat.

"Di ruang Melati nomor 12, lantai 3." Petugas wanita dengan seragam batik itu tersenyum pada Fachri dan menyebutkan nama ruangan dan lantai tempat Diaz berada. Fachri terlihat kebingungan dan sepertinya petugas itu tahu. Dia buru-buru menuliskan nama ruang dan nomor kamar yang baru dia sebut di atas selembar kertas kemudian menyerahkannya pada Fachri.

"Terima kasih banyak, Tante." Setelah mengucap terima kasih, Fachri segera mencari ruangan yang dimaksud sesuai dengan arah yang dituliskan oleh petugas resepsionis tadi. Sesekali dia juga bertanya pada orang yang kebetulan lewat karena ada banyak lorong di rumah sakit ini.

Langkah Fachri terhenti saat mendengar suara gelak tawa dari dua anak laki-laki di dalam ruangan yang ada di hadapannya. Dia pikir Diaz akan sangat kesepian, tapi sepertinya dugaannya salah. Dia hampir berbalik, tapi ibu Diaz lebih dulu mendapatinya berdiri di depan pintu dan memintanya masuk.

"Fachri, kan? Ngapain berdiri di sini? Ayo masuk! Diaz pasti seneng banget kamu datang ke sini jengukin dia. Tiap hari dia pasti nanyain kabar kamu, loh."

Ragu-ragu, Fachri akhirnya mengikuti langkah Ibu memasuki ruang rawat Diaz. Diaz kaget melihat sahabatnya berdiri di belakang ibunya sambil menunduk dan memainkan jemarinya.

"Fachri?" panggil Diaz, masih setengah tidak percaya. Sahabatnya itu hanya mendongak sebentar sebelum kembali menekuri lantai, membuat Diaz gemas sendiri dan ingin turun dari tempat tidurnya, tapi Nico menahan tangannya, meminta Diaz untuk tidak turun.

"Fachri, sini, aku kenalin sama Nico." Diaz memanggil Fachri untuk mendekat, tapi sahabatnya itu tidak bergerak sama sekali. Mengabaikan Nico yang mencegahnya turun, Diaz mendorong tiang infusnya dan berjalan mendekati Fachri. Di luar dugaan, sahabatnya itu justru berjalan ke luar, membuatnya kaget dan buru-buru mengejar Fachri.

"Fachri tunggu, kamu mau ke mana?!" Diaz sedikit berteriak memanggil Fachri, tapi sahabatnya itu tidak juga memelankan langkahnya. Padahal, sejak tadi Diaz sudah kelelahan, napasnya juga mulai tak teratur. Tekanan darahnya memang sedang turun hari ini, membuatnya lemas, bahkan tadi dia sempat mimisan cukup banyak. Makanya tadi Nico mencegahnya turun, tapi demi Fachri dia nekad melangkahkan kakinya.

"Fachri, tunggu." Suara Diaz sudah melemah. Dia menyandarkan tubuhnya di dinding saat napasnya semakin tidak beraturan. Sesak sekali, sesekali ia terbatuk sambil memegangi dadanya yang nyeri.

Fachri sepertinya menyadari bahwa Diaz tidak lagi mengejarnya. Dia perlahan menoleh. Matanya langsung terbelalak lebar saat melihat Diaz tengah bersandar di dinding dengan mata terpejam sambil mencoba mengatur napas. Fachri buru-buru berbalik dan memegangi bahu Diaz yang mulai melorot.

"Kamu kenapa? Ada yang sakit? Mau aku panggilkan dokter?" Fachri bertanya panik. Diaz hanya menggeleng, meminta Fachri membantunya duduk di kursi tak jauh dari tempat mereka. Kaki Diaz gemetar hebat, tubuhnya lemas bukan main, dia benar-benar kelelahan. Fachri menurut meski panik. Dia segera membantu Diaz duduk bahkan membiarkan Diaz menyandar di bahunya.

Till Last Breath ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang