Sembilan

201 23 0
                                    

Diaz merasa luar biasa senang bahkan sampai loncat di atas ranjang pesakitannya saat Dokter Nathalie menyatakan Diaz telah sembuh dari flu yang ia derita. Kondisinya pun juga sangat stabil. Bahkan, Dokter Nathalie mengizinkannya bermain di taman rumah sakit lagi besok.

"Tapi inget, ke mana-mana harus pakai masker. Kalau capek harus berhenti. Obatnya harus diminum teratur. Kalau ngerasa ada yang gak enak langsung bilang. Paham?"

"Oke, Dok!" Tangan Diaz reflex menempel di samping keningnya seperti tengah hormat pada bendera saat upacara di sekolahnya. Tak lupa, senyum yang sangat lebar Diaz perlihatkan. Hal itu membuat Dokter Nathalie gemas, hingga mengusap kepala pelontos Diaz.

"Ya udah, saya tinggal dulu, ya? Kalau ada apa-apa bisa panggil saya," pamit Dokter Nathalie pada Ibu. Ibu mengangguk sambil tersenyum. Ia segera berdiri dan mengantar Dokter Nathalie sampai depan pintu ruang rawat Diaz sebelum menutup pintu itu kembali dan duduk di samping Diaz.

"Diaz, Ibu mau ngomong sesuatu, boleh?" Diaz yang awalnya tengah bermain dengan robot miliknya langsung mengangkat kepala, memusatkan perhatiannya pada Ibu yang tengah menatapnya dengan sorot mata serius.

"Ada apa, Bu?" Diaz semakin penasaran melihat tingkah Ibu yang berubah gusar. Ibu bahkan meremat-remat jemarinya sambil menunduk. Perlahan, tangan Diaz terulur, menyentuh tangan ibunya yang refleks membuat Ibu menatap Diaz kembali.

"Maafkan Ayah dan Ibu, Nak. Ayah sama Ibu mau Diaz sembuh, jadi Ibu harus bekerja. Gak akan lama, cuma dari pagi sampai sore. Maksimal jam 5 sore. Habis itu Ibu temani Diaz lagi di rumah sakit. Boleh?"

Kepala Diaz sudah tertunduk dalam-dalam. Tangannya yang tadi menangkup jemari Ibu sudah berada di pangkuannya lagi, tertaut di sana. Perlahan, tetesan air mata membasahi. Isakan pun mengiringi air mata yang semakin deras itu. Bibirnya terus menggumamkan kata maaf. Mendengar itu, Ibu langsung menarik Diaz dalam pelukannya. Air matanya juga mengalir.

"Hei, Diaz sudah buat Ayah dan Ibu bangga. Diaz berbakti sama Ayah dan Ibu. Pinter di sekolah, selalu dapat beasiswa. Itu sangat membanggakan. Sekarang Ayah sama Ibu mau Diaz sembuh. Ayah sama Ibu mau bareng Diaz terus sampai tua. Boleh, ya, kalau Ibu kerja?"

Diaz terdiam, cukup lama. Hingga akhirnya, setelah menghela napas panjang, Diaz mengangguk pelan. Kemudian tangisnya kembali berderai. Ibu lantas kembali memeluknya sambil mengucap syukur dalam hati. Dia pikir akan sulit meyakinkan Diaz, tapi ternyata anaknya itu mengerti dengan baik.

💉💊💉💊💉💊

Pagi ini Diaz bangun lebih awal karena tidak sabar menanti kedatangan Dokter Nathalie. Ibu sampai heran melihat Diaz yang sudah bangun sejak pagi buta dan terus menanyakan keberadaan Dokter Nathalie. Padahal, ibu sudah menjawabnya berkali-kali dengan jawaban yang sama, jam delapan.

"Udah, lebih baik kamu tidur lagi. Sekarang masih jam 5.35, loh," titah ibu, yang menaikan selimut Diaz sampai batas dada, sambil mengusap kepala pelontos putranya.

"Tapi, Bu. Nanti kalo Dokter Nat dateng Diaz masih tidur gimana? ibu juga harus kerja, kan? Kalau ibu sudah berangkat kerja dan Dokter Nat baru dateng gimana?" lagi Diaz kembali membuat ibu gemas dengan pertanyaannya.

"Ibu berangkat kalau kamu sudah diperiksa sama Dokter Nat. Lagian, kenapa sih gak sabar banget ketemu sama Dokter Nat? Biasanya juga males-malesan kalau mau diperiksa?"

"Rahasia. Ini urusan anak muda, Bu!"

"Oh, gitu. Sekarang pakai rahasia-rahasiaan sama ibu? Udah, sana tidur!" titah ibu, dan Diaz langsung memejamkan matanya, menuruti perintah ibu.

Tepat ketika sarapan Diaz datang, Ibu membangunkan Diaz. Ia sendiri sudah bersiap untuk bekerja. Perlahan, Diaz membuka matanya dan disambut oleh senyuman Ibu. Namun, alih-alih membalas senyuman itu, Diaz justru mengedarkan pandangan, mencari keberadaan Dokter Nathalie yang tak juga terlihat. Diaz lantas menatap Nico yang tengah menikmati sarapannya dengan santai. Ketika pandangan mereka beradu, Diaz buru-buru menaik-turunkan alisnya, memberi kode pada Nico yang langsung dibalas dengan gelengan.

Till Last Breath ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang