MALAM PENGANTIN. 25

113 11 3
                                    

Tubuh Clara kringat dingin, telapak tangannya yang terkepal menggenggam ujung baju menjadi basah karena keringat. Yang membuatnya seperti sekarang adalah memikirkan hal apa yang akan terjadi kelak. Berkali-kali mencoba menghilangkan rasa gugup dan cemasnya dengan cara menarik nafas dalam-dalam.

Bukannya berkurang, perasaan gugupnya semakin menjadi-jadi, apa'lagi dadanya terasa begitu sesak sedari tadi malam.

Dia tidak pernah segugup ini sebelumnya, bahkan ketika berhadapan dengan banyak cowok pun dia tidak segugup ini. Shit!

"Jangan bengong, sayang," Rani menepuk pundak putrinya yang termenung di depan cermin.

Hari ini putri semata wayangnya terlihat sangat cantik. Mengenakan gaun pengantin yang sederhana tapi sangat elegan. Pundak putihnya setengahnya terekspos, rambut yang di ikat dengan model sederhana tapi sangat cantik.

Perut yang sedikit menonjolnya sangat terlihat, baju yang ia pakai sekarang sangat pas di bagian perutnya.

Dia bisa saja menutupi itu dengan cara menekan perutnya dengan baju khusus untuk menutupi perut buncit. Tapi Edgar tidak mengizinkan, takut anaknya gepeng di dalam. Clara tidak habis pikir dengan Edgar, mana bisa bayinya gepeng di dalam perut.

Kurang lebih seperti ini bajunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kurang lebih seperti ini bajunya.

"Ara nggak bengong, Ara lagi liatin muka Ara sendiri. Cantik kan, mah?" Clara tersenyum manis, membela diri.

"Cantik, cantik banget malah. Boleh mamah bicara sama kamu?" Clara menatap wajah Rani dari cermin. Menampilkan raut wajah bingung, seolah sedang bertanya.

"Kamu sekarang bukan lagi tanggung jawab kami, Ara sekarang sudah menjadi istri orang-"

"Calon, mah." koreksinya membenarkan.

"Iya itu, kamu harus nurut ya. Jangan pernah membantah Edgar nanti, layani dia setulus hati kamu. Lakukan kewajiban kamu sebagai istri dengan baik. Dosa hukumnya jika kamu membantah atau'pun menolak keinginan-nya. Bagaimana pun juga dia suami kamu nanti." Rani memberikan sedikit wejangan untuk putrinya nanti.

"Apa harus ya mah, Ara nikah sama kak Edgar?" tanyanya lesu.

"Mau bagaimana lagi, anak itu butuh sosok ayah Clara. Kamu jangan egois sayang," Clara kembali memandang Rani dari pantulan cermin di depannya. Terlihat senyum getir di wajah wanita setengah paruh baya itu.

"Ara nggak siap, Ara bisa kok hidup berdua sama anak ini." ucapnya agar Rani berubah pikiran. Dan menggagalkan pernikahan ini.

"Dengarkan mamah, mempunyai anak itu tidaklah mudah sayang, kamu nggak akan sanggup hidup berdua."

"Tapi-"

Cinta Dan Noda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang