TIGA BELAS

123 22 0
                                    

Sudah larut malam. Suasana terasa sunyi setelah semua orang masuk kedalam kamar masing masing. Segelas kopi hitam panas yang ikut menemani Edgar bermain benda pipih di miringkan itu. Edgar sedang main game.

Clara bahkan tidak keluar sama sekali sejak tadi. Clara sempat turun untuk sarapan namun perempuan itu balik lagi ke kamar nya.

"Ck, lepasin gue mau sarapan susah! " ucapnya ketus. Saat Edgar akan menyuapkan makanan nya kedalam mulut ia melirik ke pintu masuk ruang makan. Clara berdiri di sana dengan mata berkaca-kaca. Sepertinya perempuan itu melihat Annetha bergelayut di tangannya tadi. Clara buru buru membalikan badannya ketika Edgar sadar akan kehadiran dirinya.

Edgar membiarkan Clara pergi tanpa berniat untuk menemui gadis itu. Ia sengaja tidak mengejarnya dengan alasan membiarkan Clara tenang dulu.

Sosok itu tiba-tiba datang mendekat ke arah sofa kosong di samping Edgar. Duduk di samping Edgar seraya melingkarkan tangan di pinggang milik Edgar, Edgar risih dengan wanita ini ia masih tetap fokus pada permainan yang ada di dalam benda pipih itu.

"Gar... Kangen," ucapnya dengan kepala bersandar di bahu kukuh milik Edgar. Annetha menggesekan hidung mancungnya di ceruk leher Edgar, hembusan nafasnya terasa panas saat menerpa kulit leher.

"Ck awas!" Edgar coba menjauhkan tubuhnya dengan Annetha. bukannya berhenti wanita itu malah meraih satu sisi wajah Edgar dengan tangannya lalu, mencium bibir milik Edgar secara tiba tiba Cup! Shit. Kalau sudah begini rasanya menolakpun tidak bisa dan tidak ada gunanya. Edgar mesum soalnya. Edgar mulai ikut terhanyut dalam ciumannya.

Ciuman itu sengaja Edgar lepas kala wajah sendu milik Clara melintas di benaknya. Saat membuka mata, ternyata gadis itu memang berdiri di sana. Di balik pintu penghubung. Menatap Edgar dan wanita itu bergantain, tatapan yang tidak bisa Edgar mengerti apa maksudnya.

Sesaat netra itu bertemu dengan netra milik Edgar. Sebelum ia berbalik dan berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Shit!

"Balik ke kamar lo sana!" ucapnya malas.

"Masih kangen Gar," bukannya beranjak pergi Annetha malah semakin mengeratkan pelukannya di tubuh kekar Edgar.

Annetha Lavanya. Adalah salah satu teman SMA Edgar dulu. Sejak awal Edgar sudah mengatakan jika ia tidak memiliki rasa kepadanya. Tapi Annetha masih bersikukuh ingin menjalani hubungan dengannya ditambah Mami nya yang ingin Edgar segera menikah. Terpaksa Edgar harus menjalani hubungan ini walaupun hanya setengah hati, Annetha mungkin menyadari sikapnya terhadap wanita itu . Yang selalu cuek dan ketus.

"Neth please, gak enak kalau ada yang liat," ucapnya menahan emosi agar terdengar sedikit lembut.

"Kenapa kamu selalu kayak gini sih Gar?"

"Gue kesini buat liburan sama keluarga gue bukan mau ribut," jawabnya emosi "Lagian lo ngapain kesini! Lo bukan bagian keluarga gue."

"T tapikan aku... Aku pacar kamu Gar?"

"Apa lo bilang? Pacar? Sejak kapan gue punya hubungan sama lo, halu jangan ketinggian!" ucapan Edgar kali ini benar benar menyakiti perasaan Annetha. Akhirnya wanita itu melangkah, dan pergi dengan wajah cemberut.

Masa bodo mau Annetha sakit hati atas ucapannya barusan, ataupun tidak, Edgar tidak peduli. Yang ia pikirkan adalah Clara. Perasaan Clara setelah melihat kejadian tadi.

Annetha memang cantik, semua orang mengakui itu. Memiliki bentuk wajah oval, hidung mancung dan gigi gingsul yang menjadi daya tarik tersendiri. Memiliki tubuh tinggi di atas rata-rata terlihat seperti model. Hanya saja, versi cantik yang sesungguhnya hanya dimiliki, Clara.

Perlahan dadanya terpenuhi oleh rasa rindu, ia menatap ke lantai atas pada pintu kamar yang belum lama tertutup setelah Clara masuk.

Edgar bangkit lalu menaiki anak tangga menuju kamar itu. Handel pintu ia tekan dengan sangat pelan lalu membukanya. Clara mengangkat wajahnya, ia tampak terkejut ketika melihat Edgar yang masuk kedalam kamarnya. Ia berdiri dengan wajah yang basah menatapnya dengan tatapan kebencian.

"Keluar!" ucapnya dengan nada bergetar.

"Kakak cuman mau mastiin keadaan kamu Clara,"

"Urus aja pacar Kakak!" ia sedikit menekan nada bicaranya ketika mengucapkan kata pacar.

"Keluar... Ara bilang keluar!" lanjutnya lagi dengan suara tertahan serta jari telunjuknya mengarah ke pintu kamar. Edgar diam menatap mata gadisnya yang menyiratkan luka.

"Keluar sekarang, sebelum Ara teriak!"

Melihat Edgar yang tetap berdiri tidak bergeming sedikitpun, Clara mendorong dada tegap milik Edgar dengan kedua tangannya. Sia-sia, tubuh Edgar tidak bergeser sedikitpun. Dengan keputus asaannya ai memukul-mukul dada Edgar. Laki laki itu membiarkan Clara meluapkan semua emosinya hingga puas.

Saat dirasa pukulan Clara mulai melemah, diraihnya kedua tangan itu lalu ia tarik hingga tubuh mungil Clara menabrak dadanya. Kini wajah keduanya begitu dekat.

Kedua tangannya terangkat menangkup wajah pucat Clara lalu, menautkan bibir miliknya dengan bibir Clara. Ia meronta, tapi tenangganya tidak sebanding dengan besar keinginan Edgar untuk mencumbunya. Melebur rindu yang sekian lama Edgar simpan.

"Kakak... Rindu Ra," ucapnya setelah tautan bibir itu terlepas.

Plakkk

Clara menampar pipi Edgar dengan sangat keras sehingga wajah rupawan itu menoleh ke samping. It's okay. Ia memang pantas mendapatkannya bahkan itu saja tidak cukup atas perbuatannya.

"Dasar brengsekk, bajingan, lo tau? Lo ngggak jauh berbeda dengan binatang!" ucapnya dengan napas memburu dan tubuh bergetar, ucapan Clara tadi begitu menohok hati Edgar. Hal itu justru menyulut sesuatu di dalam diri Edgar. Mengingatkan Edgar pada malam panjang yang mereka lalui saat itu! Shit.

Edgar memang bajingan seperti apa yang Clara ucapkan barusan! Apakah Edgar harus membuktikan seberapa bajingannya dirinya? Baiklah akan Edgar tunjukan sebajingan apa dirinya malam ini.

***












Cinta Dan Noda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang